Cinta Dalam Diam

Malam harinya, Aluna pulang dengan di jemput Pak Anton, "Mari Non," ucap Pak Anton dan diangguki Aluna.

Entahlah, Aluan merasa malas setelah bertengkar dengan Dokter Ria. "Ini gimana nyembunyiin lukanya coba," gumam Aluna dan memegang plester yang ada di dahinya.

Ya, setelah pertengkaran tadi, tiba-tiba dahi Aluna terluka bahkan Aluna sendiri tidak tau jika dahinya terluka, untung saja Via mengetahuinya dan langsung membantunya untuk mengobati luka tersebut.

"Kayaknya ini kena jam tangannya Dokter Ria deh" gumam Aluna lalu ia pun menutupi luka tersebut dengan rambutnya.

Sesampainya di apartemen, Aluna langsung menghampiri Darrel yang tengah bermain dengan Nenek Putri.

"Mama!" panggil Darrel.

"Halo jagoan, gimana sekolahnya hari ini?" tanya Aluna.

"Seru dong Ma, Darrel juga gak rewel," ucap Darrel.

"Pinter," ucap Aluna.

"Mama kenapa kok ada ini di dahi Mama?" tanya Darrel dan memegang dahi Aluna.

"Mama gapapa sayang," ucap Aluan dan kembali menyembunyikan lukanya.

"Kenapa?" tanya Alvin yang baru saja datang.

Alvin pun memeriksa keadaan Aluna, "Ini kenapa ada plester?" tanya Alvin.

"Gapapa Mas, tadi cuma luka dikit dan gak parah," ucap Aluna.

"Siapa yang bikin kamu luka? mas aja gak berani buat kamu luka, kamu bilang ke Mas biar Mas urus semuanya," ucap Alvin.

"Mas, Luna gapapa kok. Gak ada yang nyakitin Luna, Luna aja yang ceroboh makanya jadi luka kayak gini," ucap Aluna.

Aluna sengaja berbohong pada Alvin karena ia tidak ingin masalah ini berlarut-larut, Aluna capek jika harus di hadapkan dengan masalah ini terus menerus jika Alvin tau maka semuanya akan semakin sulit dan dipastikan Dokter Ria akan berbuat nekat untuk menyakiti Aluna.

Disisi lain, Alvin sudah tau mengenai Aluna yang terluka karen Dokter Ria tentunya ia tau dari Via, meskipun sudah menikah dengan Aluna, Alvin tetap mempercayakan Via sebagai mata-matanya.

Alvin dan Aluna saat ini berada di kamar, sedangkan Darrel akhir-akhir ini memilih untuk tdiur di kamar Nenek Putri. Hal itu karena setelah pesta ulangtahun Darrel meminta pada Alvin untuk di berikan adik dan dengan cepat Mama Jihan pun mengatakan pada Darrel agar tidak tidur dengan Alvin dan Aluna jika ingin memiliki adik, akhirnya, sejak saat itu Darrel selalu tidur dengan Nenek Putri.

"Mas boleh minta sesuatu sama kamu?" tanya Alvin.

"Minta apa, Mas?" tanya Aluna.

"Kalau Mas minta kamu berhenti dari pekerjaan kamu, kamu mau?" tanya Alvin.

Aluna pun langsung menatap Alvin, "Kenapa Mas minta Luna berhenti?" tanya Aluna.

"Mas tau semuanya, Mas tau kalau luka kamu karena kamu bertengkar dengan salah satu Dokter kan," ucap Alvin.

"Mas tau darimana?" tanya Aluna.

"Mas tau darimana itu gak penting, Mas cuma meminta kamu berhenti karena Mas gak mau kamu terluka lagi, Mas sanggup kok biayain hidup kamu sanpai tua nanti. Kamu gak akan hidup menderita percaya sama, Mas. Kalaupun kamu mau kerja, Mas akan buatkan usaha untuk kamu, apapun usaha yang kamu mau pasti Mas akan bantu wujudkan," ucap Alvin.

"Luna tau Mas khawatir sama Luna, tapi ini adalah pekerjaan yang dari dulu Luna impikan. Luna gak mau menyia-nyiakan semua ini, gapapa kan," ucap Aluna.

"Gapapa sayang, Mas gak maksa kamu. Tapi, Mas hanya menawarkan untuk mencoba hal lain, kalau kamu masih mau bekerja di rumah sakit Mas gak masalah asalkan kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan jika terulang lagi, maaf Mas harus menyuruh kamu berhenti," ucap Alvin.

"Iya, Mas. Kalaupun Luna udah gak sanggup lagi, Luna pasti menyerah dari pekerjaan Luna," ucap Aluna dan diangguki Alvin.

Pagi harinya, Aluna kembali bekerja seperti biasanya. Namun, kali ini ia harus menghadapi ujian lainnya.

"Gawat, Lun," ucap Via yang masuk ke ruangan Aluna.

"Gawat, kenapa?" tanya Aluna.

"Lo, gue sama Dokter Ria di panggil ke komite disiplin," ucap Via.

"Kok bisa? ada yang tau soal kemarin?" tanya Aluna.

"Gak ada, kayaknya yang tau cuma lo, gue, Wenny sama Dokter Ibrahim.... sama suami lo juga, tapi gak mungkinlah ada yang cepu," ucap Via.

"Kalau gitu kita ke komite disiplin sekarang," ucap Aluna.

"Gue takut banget," ucap Via.

"Ya mau gimana lagi, ini udah resiko," ucap Aluna.

Mereka berdua pun menuju ruangan komite disiplin dan masuk ke dalam dimana sudah ada Dokter Ria disana.

"Bagus, kalian sudah datang. Jadi, saya dapat kabar dari Dokter Ibrahim jika kemarin ada masalah antara kalian dan saya juga sudah memeriksa rekaman cctv di ruangan Dokter Ria, ini adalah ketiga kalinya kalian membuat keributan besar yang memalukan rumah sakit. Saya sudah memberikan kalian keringanan dengan membiarkan masalah kalian terdahulu, tapi saat ini kalian sudah keterlaluan dan kami sebagai komite disiplin menjatuhkan hukuman pada kalian bertiga, kalian bisa memilih untuk dipindahkan ke desa untuk pengabdian atau kalian berhenti," ucap Pak Irwan.

"Tapi, Pak. Saya dan Aluna tidak memulai pertengkaran itu, justru Dokter Ria yang memulainya," ucap Via.

"Kami tidak peduli, bagi kami. Kalian semuanya yang salah, kalian pilih dan besok kalian harus sudah punya keputusan," ucap Pak Irwan.

"Saya lebih baik berhenti," ucap Dokter Ria lalu keluar dari ruangan tersebut.

"Kalian?" tanya Pak Irwan.

"Saya kan satu minggu lagi berhenti Pak, apa bisa saya menunggu sampai satu minggu lagi?" tanya Via.

"Tidak bisa, kalau kamu memilih berhenti, besok kamu sudah harus berhenti," ucap Pak Irwan.

"Saya akan beri keputusan saya besok, Pak," ucap Aluna.

"Saya juga, Pak," ucap Via.

"Baik, kalau begitu kalian bisa pergi," ucap Pak Irwan.

"Gila ya, nih rumah sakit seenaknya sendiri," ucap Via saat mereka sudah keluar dari ruangan tersebut.

"Aku bingung banget, kenapa harus itu pilihannya," ucap Aluna.

"Gak sih, menurut gue emang rumah sakit ini lagi harus kurangin karyawannya aja, lo tau kan kalau pihak rumah sakit bakal cari Dokter dari luar negeri mungkin karena itu kena masalah dikit langsung di kasih hukuman, tapi nih ya gue justru kaget pas tau kalau Dokter Ibrahim yang udah cepu ke komite disiplin, gila ya Dokter itu awas aja kalau ketemu gue bejek-bejek tuh orang," ucap Via.

"Pagi," sapa Dokter Ibrahim yang berpapasan dengan mereka.

"Pagi, Dok," jawab Aluna dan Via.

"Katanya kalau ketemu mau di bejek-bejek, gak jadi ya," ucap Aluna saat Dokter Ibrahim sudah pergi.

"Hehehe, lo mah gitu. Gue kan cuma asal ngomong aja tadi, tapi nih ya Dokter Ibrahim kayak gak ada rasa bersalah gitu gue lihat," ucap Via.

"Gak tau lagi aku, Vi. Aku gak mau mikir yang aneh-aneh," ucap Aluna.

.

.

.

Bersambung...