Warning ❗
Mengandung kata-kata mutiara (sebaliknya).
Bacalah dengan bijak, tidak suka pun tak apa bisa skip ya🤗
Alexa gadis berusia 20 tahun, anak broken heart. 3 tahun lamanya ia tinggal sendiri disalah satu rumah mewah setelah kedua orang tuanya cerai, dan melanjutkan kehidupan mereka bersama pasangannya masing-masing.
Kurangnya kasih sayang dari kedua orang tua. Menjadi Alexa tidak membatasi dirinya didunia malam. Kerap kali ia selalu menghabiskan malam bersama teman-temannya dan pulang larut malam dalam keadaan mabuk.
Pada suatu hari ia bertemu seseorang disebuah club malam dan berkenalan dengan seorang pemuda.
Satu malam yang panjang, mengubah kehidupan Alexa pada saat itu.
Next untuk mulai baca👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Ditengah-tengah keluarga baru papanya, Alexa seperti orang asing. Bahkan ia tidak mengenal baik istri baru papanya yang ia tahu ketika Alena selalu tidak ada waktu untuk mereka, wanita itu datang dan menggoda Anwar hingga mereka menikah.
Alexa membuka ponselnya beberapa pesan masuk dari nomor Aditya.
[Lo kemana?]
[Gue ada diluar]
[Lampu rumah Lo, mati apa Lo lagi pergi?]
[Gue masih khawatir sama Lo]
[Kalau sempat dibales ya,]
Pesan beruntun dari Aditya. Alexa malas untuk membalas pesan Aditya namun, sesekali ia menatap kembali layar ponsel itu, selama ini yang benar-benar peduli sama dia hanya Aditya dibandingkan teman-temannya yang lain.
[Gue lagi di rumah bokap, sementara gue tinggal disini dulu, rumah itu untuk sementara di kosong kan entak mungkin akan di jual gue gak tahu]
[Makasih Lo masih peduli sama gue]
balasan Alexa untuk Aditya.
Aditya tersenyum senang, ia merasa lega setelah menerima balasan dari Alexa dan berharap ia bisa lebih periang setelah kejadian ini.
Berharap juga ia bisa mengambil pelajaran dari apa yang sudah menimpa nya setelah menjalani hubungan dengan seorang pria seperti David.
Namun kicauan mulut banyak orang semakin pedas menilai sosok wanita seperti Alexa, mereka berasumsi sendiri bahwa Alexa memang bukan gadis baik, nakal, dan liar.
Namun Aditya tidak memperdulikan itu, yang ia tahu dia menyimpan perasaan yang tulus sejak dulu untuk Alexa, meski dia akan mencoba menolaknya lagi dan lagi.
Perhatian Aditya lebih kepada Alexa membuat gadis itu semakin dibuat luluh. Hanya saja ia masih belum bisa membuka hati untuk siapapun sesudah pengkhianatan David yang di lakukan nya.
Satu tahu begitu cepat berlalu, Alexa tinggal di rumah Sofie ia terus berusaha bertahan dengan sikap ibu tirinya dan anak sambung ayahnya.
Mereka semena-mena terhadap Alexa apalagi, dia hanya sekedar menumpang disana, Sofie dan anak-anak nya selalu membuat Alexa tertekan dengan niat agar gadis itu tidak betah tinggal disana.
Lain dengan pria bernama Evan, anak sulung dari Sofie putra pertamanya dari suaminya sebelum menikah dengan Anwar.
"Lo bisa kerja gak sih, dah lama tinggal disini masih gitu-gitu aja udah gak betah tinggal disini?" kecam Clara anak bungsu Sofie, gadis itu mendorong Alexa hingga ia terjatuh.
Dia nyaris seumuran dengan Alexa namun, sikapnya sangat tidak baik pada Alexa.
Evan memandangi nya dari meja makan, menatap Alexa yang tengah memunguti pecahan kaca yang sengaja Clara lempar agar terinjak oleh Alexa, tetapi gadis itu tidak sepolos perkiraan nya, niat untuk mencelakakan Alexa malah berbalik pada Clara sendiri hingga kakinya berdarah.
"Kamu kenapa Clara, kaki kamu kenapa bisa luka?" seketika Sofie panik melihat kaki Clara mengeluarkan darah.
Clara mendelik tajam kearah Alexa yang masih diam seribu bahasa tanpa melawan perlakuan Clara.
"Oh, jadi biang keladi nya ini. Kalau kerja itu yang bener, Alexa! Barang-barang saya bisa habis tiap hari kamu pecahkan!" sontak Sofie memarahinya, namun sedikit pun Alexa tidak bersuara.
Alexa terus bergeming membiarkan ibu dan anak itu, terus mencibir nya.
"Saya sedang bicara sama kamu!" Sofie meras ditantang oleh Alexa dengan sikapnya yang terus diam.
"Heh .. Anak gak tahu diri denger gak sih kita lagi ngomong sama kamu?!" Clara menjambak rambut Alexa hingga ia meringis kesakitan.
"Ra, gak usah bikin rusuh deh. Ini masih pagi,"Evan melerai tangan Clara dari Alexa. "Lo juga kalau orang tanya jawab, gak usah diem kek gitu."timpalnya Evan menyorot tajam kearah Alexa.
Alexa menyeringai dan pergi melengos begitu saja menuju dapur tanpa menggubris satu keluarga itu.
Wajahnya kesal, ia terus menahan perlakuan mereka yang semena-mena jika bukan karena ia berjanji untuk bersikap baik selama ia ada dirumah ini sesuai keinginan Anwar. Mungkin ia sudah melakukan hal yang tidak mereka duga.
Dengan kesal ia menghentakkan tangan nya ke meja, dan melempar pecahan Kacar yang sudah ia punguti ke tempat sampah.
"Kenapa lu kesel?"
Evan tiba-tiba sudah berada dibelakang Alexa melihat kekesalan nya yang ia lampiaskan kepada meja didepannya.
"Ngapain Lo, ngintilin gue Lo takut kalau gue bernai macem-macem sama keluarga Lo?"
Pria itu tertawa kecil. Mendengar ucapan Alexa, seolah tengah ada sesuatu yang lucu.
"Kenapa ketawa Lo, ada yang lucu?"sergahnya kesal.
"Enggak, pengen aja ketawa. Padahal bisa aja Lo bales mereka tadi, tapi aneh nya gue lihat Lo belakangan ini gak pernah ngelawan seperti sebelumnya."
Alexa melengos dan berhenti disamping Evan seraya berbisik. "Gue gak mau bokap gue kecewa lagi, itu aja."
Alexa pergi dan berlalu dari hadapan Evan. Pria itu menatap nya dengan dingin, namun ada hal lain yang belum diketahui Alexa dari sosok Evan, pria itu terlihat berbeda dengan Sofie mau pun Clara.
Dia acuh tak acuh, bahkan dia tidak sama sekali pernah berbuat hal yang sama seperti yang di lakukan ibunya dan adiknya.
Evan bahkan sering menentang ibunya dan membela nya. Namun walaupun begitu pria itu memiliki lidah yang tajam sering kali ia mengucapkan hal yang menyinggung perasaan Alexa.
Perhatian kecil terkadang ada dari pria bernama Evan itu, namun Alexa sering kali menolak bantuan dalam bentuk apapun.
Sudah beberapa bulan lamanya, Alexa bekerja disebuah toko cafe, setelah berita tentang video syur itu semakin terlihat terdengar lagi ia memberanikan diri untuk keluar dan pergi mencari pekerjaan hingga akhirnya ia mendapat kan pekerjaan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Kemana kamu?"tanya Sofie melihat penampilan Alexa yang sudah terlihat rapi.
"Kerja."ketus jawab Alexa. Ia gegas memakai sepatu tanpa menghiraukan orang disekitarnya.
"Sebentar lagi kamu gajian kan?"
Alexa mengernyit.
"Clara sedang menginginkan sesuatu, sebagai ganti kamu sudah melukai kakinya pagi ini, kamu harus membelikan apa yang dia mau."ucap Sofie seraya bertumpu kaki membaca majalah di ruang tamu.
"Beli aja sendiri!" celetuk Alexa memutar bola matanya malas, ia sudah selesai memakai sepatu nya dan merapikan kembali pakaiannya lalu pergi dari hadapan Sofie.
Sofie menatap kepergian Alexa dengan marah, wanita serta baya itu bertolak pinggang. "Kurang ajar kamu! berani kamu membantah ku, akan aku pastikan hidup kamu lebih menderita lagi tinggal disini."
Evan melihat mereka dibalik jendela pria itu pun tengah bersiap untuk pergi bekerja, melihat sikap ibunya yang semakin berani pada Alexa membuat ia tidak menyukai nya sama sekali.
Pria itu gegas menyambar kunci motornya, Sofie melihat kepergian Evan begitu tergesa-gesa seperti biasa tidak ada ucapan apapun ataupun sikap hangat Evan terhadap Sofie.
"Evan! kamu gak mau salam sama mama dulu ..."teriak Sofie tidak sama sekali didengar oleh Evan. Ia terus melajukan motornya hingga keluar pintu gerbang dan tidak terlihat lagi.
