NovelToon NovelToon
Cintaku Luar Biasa

Cintaku Luar Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Permintaan Rumi untuk mutasi ke daerah pelosok demi menepi karena ditinggal menikah dengan kekasihnya, dikabulkan. Mendapatkan tugas harus menemani Kaisar Sadhana salah satu petinggi dari kantor pusat. Mereka mendatangi tempat yang hanya boleh dikunjungi oleh pasangan halal, membuat Kaisar dan Rumi akhirnya harus menikah.

Kaisar yang ternyata manja, rewel dan selalu meributkan ini itu, sedangkan Rumi hatinya masih trauma untuk merajut tali percintaan. Bagaimana perjalanan kisah mereka.

“Drama di hidupmu sudah lewat, aku pastikan kamu akan dapatkan cinta luar biasa hanya dariku.” – Kaisar Sadhana.

Spin off : CINTA DIBAYAR TUNAI

===
follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CLB - Sambutan Keluarga

Hari ini Kaisar dan Rumi akan pulang ke Jakarta, hari yang dinanti oleh Kaisar sejak menjejakan kaki di tempat itu. Lebih antusias karena sekarang membawa pulang seseorang, yaitu istrinya.

Penampilan Rumi terlihat semakin manis dimatanya. Rambut lebih sering digerai dan tidak lagi membuat poni menyebalkan menutupi dahi. Kacamata pun sudah berganti yang dipilihkan Kaisar.

“Sudah semua?” tanya Kaisar, memastikan barang-barang mereka sudah masuk ke dalam mobil dan Rumi hanya menjawab dengan anggukan.

Wajah Rumi terlihat tegang bahkan semalam tidurnya tidak nyenyak membuat Kaisar tidak bisa melakukan aksinya.

“Kamu kenapa, sakit?”

“Nggak, Cuma takut aja.” Rumi menjawab sambil menunduk.

“Takut apaan sih, emang aku seseram apa sampai kamu takut ikut ke Jakarta. Kita sepakat jalani pernikahan ini, kalau tinggal berjauhan nggak yakin bakal bener.”

“Ish, bukan gitu.”

“Terus?” tanya Kaisar lagi.

Rumi mengedikkan bahunya. Ia ingat betul kalimat Ardi yang menghina dan merendahkannya kalau ia tidak pantas untuk orang hebat macam pria itu. Terdengar klakson, tentu saja itu ulah Medi yang sudah standby di mobil.

“Nggak ngerti, takut aja. Ya udah, kita berangkat.”

Kaisar masih berdiri menatap Rumi mengunci rumah lalu naik ke mobil.

“Nggak usah sedih juga Rum, namanya juga hidup. Kadang di atas kadang di bawah,” tutur Medi saat Rumi dan Kaisar sudah berada dalam mobil membuat pasangan itu heran.

“Nggak jelas pak, kita tuh mau perpisahan harusnya bukan kalimat itu yang terucap. Nih kunci kontrakan dan ini kunci motor.”

“Iya nanti saya urus ke Bu Eni. Ini motor kamu serius dihibahkan ke kantor?”

“Iya, nanti Bapak Kaisar Sadhana yang ganti. Bukan begitu, pak?” tanya Rumi lalu terkekeh dan Kaisar hanya berdehem.

Dalam perjalanan menuju terminal, tidak ada yang bersuara. Semua asyik dengan lamunan dan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya mobil sudah berhenti di depan shuttle travel.

Medi menurunkan semua bawaan Kaisar dan Rumi, termasuk koper besar yang berat milik Kaisar. Rumi tersenyum karena sebelumnya dia yang melakukan itu atas titah Medi. Pemberangkatan lima belas menit lagi, barang-barang sudah masuk ke dalam mobil travel.

“Mas Kaisar, terima kasih atas kedatangannya dan solusi untuk proyek yang selama ini bermasalah. Jangan lupa, saya jangan sampai dapat SP apalagi dimutasi. Titip Rumi Mas, meski bekerja belum lama, tapi gadis ini baik dan banyak bantu saya.”

“Hm, tenang saja,” sahut Kaisar saat mereka berjabat tangan.

“Rum, maaf ya kalau selama ini saya suka perintah. Namanya juga kerja, ‘kan saya atasan kamu. Nggak mungkin kamu malah suruh-suruh saya.”

Rumi mencibir lalu membalas jabat tangan Medi. “Iya, pak. Terima kasih atas bimbingannya selama ini.”

“Harusnya kamu terima kasih juga karena ulah saya kamu menikah dengan Mas Kaisar.”

“Ck, sudah, ayo naik.” Kaisar menarik tangan Rumi yang masih bersalaman dengan Medi. “Semoga selamat sampai tujuan Pak Medi,” ujar Kaisar lalu menaiki mobil travel.

“Bukan saya doang yang nggak jelas, Mas Kaisar juga mulai nggak jelas. Harusnya saya dong yang bilang selamat sampai tujuan.”

Rumi melambaikan tangan pada Medi saat mobil perlahan meninggalkan terminal lagi-lagi Kaisar menarik tangan Rumi dan menghentikan ulahnya.

“Pak, di sana kita tinggal di mana?” tanya Rumi. Ia belum tahu banyak tentang Kaisar.

“Apartemen, aku tinggal di apartemen. Besok baru kita bertemu keluargaku yang ada di Jakarta,” sahut Kaisar dan Rumi mengangguk pelan. “Jangan kaget kalau mereka aneh, bahkan lebih aneh dari Medi.”

Kaisar membayangkan bagaimana mulut Johan dan Mihika yang akan usil menggodanya karena berhasil membawa pulang jodohnya. Selama ini ia selalu menjadi bulan-bulanan karena betah dengan status jomblo.

“Aneh gimana, Pak?”

“Nanti juga tahu.”

Baru satu jam perjalanan, Rumi sudah menguap. Perlahan ia memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya. Kaisar sejak tadi sibuk dengan ponsel karena jaringan mulai stabil. Terkejut saat terasa pergerakan di bahu, ternyata Rumi tertidur dengan kepala bersandar kepadanya.

Melihat itu Kaisar tersenyum dan tidak membuat gerakan yang membuat Rumi terjaga. ‘Bersandarlah padaku, maka kamu akan bahagia,’ batinnya lalu mengulum senyum.

***

Johan mengangguk pelan saat menyimak penjelasan dari salah satu manager HRD mengenai rotasi karyawan dan usulan pembukaan lowongan pekerjaan meningkat karena banyak posisi kosong beberapa sudah darurat untuk segera diisi.

“Oke, silahkan buka rekrutmen. Ingat, jangan ada nepotisme. Kalaupun dari internal mengajak kerabat atau teman, tetap lakukan prosedur penerimaan karyawan seperti biasa. Tidak ada yang namanya karyawan titipan.”

Ardi mendengar itu teringat istrinya. Kalau Mela tidak hamil lebih baik bekerja saja, daripada menghabiskan uangnya untuk hal yang tidak jelas. Kalau dipikir, jika Mela tidak hamil belum tentu mereka menikah.

“Pak,” tegur sekretarisnya membuat Ardi tersadar dan menoleh. “Pak Johan bertanya pada anda,” bisiknya.

“Oh, iya, maaf.”

“Kamu baru ‘kan?” tanya Johan lalu membuka berkas di depannya berisi identitas Ardi.

“Betul pak, saya Ardi dari Surabaya.”

“Hm.” Johan masih membaca berkas. “Track record kerja kamu di sana bagus, kita lihat selama di sini apa bisa mempertahankan prestasimu. Seperti yang kita tahu kalau marketing di pusat dibagi tiga. Properti premium, wilayah pinggiran Jakarta dan apartemen. Kamu masuk ke ….”

“Apartemen, Pak. Saya divisi marketing apartemen,” jawab Ardi menyela ucapan Johan.

“Oke, kita evaluasi enam bulan ke depan. Untuk diketahui, divisi kamu ini sebelumnya selalu mencapai target melebihi rencana.”

“Baik, pak.”

“Seluruh divisi marketing di bawah arahan Kaisar Sadhana. Kamu belum bertemu dia ‘kan?” tanya Johan lagi.

“Belum, Pak,” jawab Ardi sambil menggeleng pelan

“Sedang ada tugas di luar kota, hari ini sudah kembali. Tapi … dia baru menikah mungkin akan cuti dulu. Nanti juga kamu kenal, bersiap saja karena orangnya tegas dan agak sedikit arogan.”

Lagi-lagi Ardi hanya bisa mengangguk pelan. Rapat hari itu cukup lama, hanya terjeda makan siang lalu berlanjut. Hampir pukul empat sore masih berlangsung.

“Sebentar,” ujar Johan saat ia sedang bicara dan akan menutup rapat.

“Iya, Kai. Gimana, istrimu diajak juga ‘kan?” tanya Johan lalu terkekeh.

“Dibawalah masa ditinggal. Aku sudah sampai Jakarta, langsung ke apartemen.”

“Ajak ke rumahku, kita makan malam di rumah. Besok baru temui Mihika,” ujar Johan dan Kaisar menjawab dengan decakan.

“Nggak ada, besok aja di tempat Om Johan dan undang Bu Mihika sekalian,” titah Kaisar mengatur Johan.

Karena kepulangannya membawa kabar baik, Johan tidak marah dan akan menyanggupi permintaan keponakannya.

Sedangkan di tempat berbeda, Kaisar baru saja mengakhiri panggilan tepat saat Rumi selesai dengan urusan di toilet. Dalam perjalanan Kaisar sudah mengirim pesan pada seseorang yang memastikan kendaraannya selalu dirawat selama Kaisar tidak ada.

“Ayo, mobilku sudah datang.”

Orang yang mengemudikan mobil Kaisar keluar dari mobil dan menyapa pria itu serta mengangguk pada Rumi. Mengambil alih semua barang bawaan ke dalam bagasi.

“Biar saya yang bawa, kamu boleh lanjut ke kantor,” titah Kaisar dan pria itu mengangguk dan pergi.

Rumi masih terheran memandang mobil Kaisar. SUV premium yang terlihat gagah.

“Hei, ayo,” ajak Kaisar sudah membuka pintu mobil untuk Rumi.

Tidak pernah membayangkan kalau ia akan naik mobil mewah, apalagi diperlakukan seperti tuan putri. Pernah ikut Ardi dengan mobilnya, tapi selalu membuka pintu sendiri. Rumi mengulum senyum saat sudah berada dalam mobil dan lupa untuk menggunakan seatbelt.

“Eh,” pekiknya terkejut dengan ulah Kaisar yang menarik seatbelt. Wajah Kaisar begitu dekat dengan wajahnya, terasa hangat ketika menghembuskan nafas. Bahkan tangan pria itu sempat menyentuh bagian depan tubuh Rumi.

Belum hilang kagum dan terpesona dengan ulah Kaisar, meski sempat jahil mencuri kesempatan. Rumi kembali terperangah saat mobil memasuki kawasan apartemen mewah.

Bahkan parkir mobil Kaisar bukan dibasement melainkan parkiran khusus. Langsung menuju lobby, tangan mereka sempat bersentuhan tidak sengaja saat melangkah bersisian.

“Mana kartu identitasmu.” Pinta Kaisar. Rumi membuka tasnya dan mengeluarkan yang diminta Kaisar. Ternyata mendaftarkan Rumi sebagai penghuni apartemen dan meminta kartu akses untuk menggunakan lift juga meminta petugas membawakan semua barang di mobil ke unitnya sambil menyerahkan kunci mobil.

“Tidak sembarang orang bisa masuk ke sini,” bisik Kaisar lalu mengembalikan kartu identitas dan access card pada Rumi.

Tiba di depan unit hunian Kaisar, Rumi mengingat kode untuk membuka sensor pintu.

“Wow,” ucap Rumi tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya melihat suasana di dalam apartemen.

Siapa sebenarnya Kaisar, dengan tempat tinggal semewah itu dan diperlakukan istimewa.

“Masuklah dan anggap saja rumah sendiri.”

“Pak, ini serius saya boleh tinggal di sini? Saya nggak masalah kalau harus tinggal di unit yang lebih kecil dan sederhana.”

“Astaga, ini rumahku Rum. Ya kamu tinggal di sini juga, ngapain harus sewa yang lebih kecil.”

Pantas saja Kaisar terkejut saat mendapati kontrakan yang akan ditempati begitu sempit, nyatanya apartemen pria itu begitu luas dan mewah.

“Orangtua bapak tinggal di ….”

“Papa sudah tidak ada, Mama tinggal di kampung. Nanti kita kesana, setelah temui keluargaku yang ada di sini.”

Rumi hanya bisa mengangguk pelan. Kali ini bukan hanya takut dan gugup ia merasa nyalinya semakin ciut untuk menemui keluarga besar Kaisar.

“Istirahatlah, nanti sore kita belanja dan makan di luar!”

“Belanja?”

“Hm. Kamu bebas beli apapun, tenang saja aku yang bayar,” ujar Kaisar sambil menepuk dadanya dengan sombong.

Kalau sebelumnya Rumi semangat ketika diajak berbelanja, kali ini berbeda. Ia lebih memikirkan bagaimana pertemuan dengan Mama Kaisar atau ibu mertuanya.

“Apa tidak masalah Bapak pulang ke kampung bawa saya?”

Kaisar malah terkekeh mendengar pertanyaan Rumi. “Masalah apaan, yang ada kamu bakal disambut dengan pesta, kalau perlu tujuh hari tujuh malam."

“Hah!”

\=\=\=\=

Pembaca : makin seru, lanjut thor

Author otw kasur mau rebahan

1
Siti Dede
Jadi inget Dara & Sultan
CintaAfya
sabar Kai cuma seminggu aja..
rmhtangga Ardi semakin hari semakin berantakan.. Mela tu istri gk sedar diri
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Eva Karmita
Gatot ya kasihaaaann 🤣🤣🤣🤣🤣
Iccha Risa
kesabaranmu teruji kembali mas Kaisar wkwkwk
Purnama Pasedu
mela lebay
Dewi kunti
awas keselek kulite
Mrs.Riozelino Fernandez
wow... ya bosan la klo gini terus kelakuan si Mela...😒
Mrs.Riozelino Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
gagal total...sabar ya Kai...
Vita
q d belakang author dech
klo ardi yg demo q yg maju
klo kaisar yg demo q ikut othor makan kuaci smbil liat kaisar ngomel kagak jelas smp klimpungan mikirin tu pedang 🤣🤣🤣
Farida Razigi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Farida Razigi
Semoga berkah kaisai
Farida Razigi
Assalamualaikum thor salam kenal ya...aq ngikuti Ig km thor...
Siti Dede
Laaah kenapa aku baru tahu agda karya barumu thooor
aliifa afida
lanjut thor
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Eva Karmita
sabar ya Kai mungkin Mak otor masih belum seratus persen merestui mu jadi kamu harus berusaha lebih keras lagi untuk mengambil hati Mak otor 🤣🤣🤣🤣
Eva Karmita
mulai dah si Mela ganjen lupa tu perut udah kayak bola kaki , masih aja gatel so" kecantikan jadi orang 😏😏
Eva Karmita
Rumi sayang ngk tuuuuuhhhh...👻🙈😂😂😂😂😂😍
Dewi kunti
sakne kaisar, author edan 😤😤😤😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!