S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05. MB 5
...~•Happy Reading•~...
Penyidik Bram mulai mengatur strategi untuk hadapi tersangka yang licik dan suka bermain drama juga playing victim.
"Membebaskan kedua anaknya, Pak?" Petugas Raka terkejut mendengar perintah pimpinannya untuk membebaskan Oseni dan Gina. Dia tidak berpikir demikian, sebab yakin mereka lakukan tindakan yang dituduhkan oleh Pak Johan.
"Iya. Bebaskan mereka berdua dengan syarat wajib lapor 2 hari sekali. Kalau ada bolong satu kali, langsung diciduk." Perintah penyidik Bram serius dan berstrategi.
"Siap, Pak. Laksanakan." Kedua anggota bersikap sigap dan siap laksanakan tugas yang diperintahkan. Melihat sikap penyidik Bram, mereka yakin pimpinannya punya rencana tertentu untuk ketiga tersangka tersebut.
"Sebelum perintah ini dilaksanakan, mohon ijin mau melapor, Pak. Kami sudah menyelidiki latar belakang ketiga tersangka sesuai perintah." Petugas Raka segera mohon ijin melapor hasil penyelidikan dia dan rekan-rekannya.
"Baik. Apa yang diperoleh dari hasil penyelidikkan kalian?" Penyidik Bram melihat petugas Raka yang diberikan tugas penyelidikan bersama rekan-rekannya.
"Siap, Pak. Lapor... Mantan suami Ibu Dinna masih hidup dan sudah menikah lagi. Keluarga barunya tinggal di Jakarta. Ini keterangan mantan suami Bu Dinna...." Petugas Raka menyerahkan laporan data tempat tinggal hingga profesi mantan suami Bu Dinna.
"Berarti mereka cerai hidup. Selidiki penyebabnya." Perintah penyidik Bram lagi.
"Siap, laksanakan. Ijin melaporkan juga, hasil penyelidikan tentang kedua anaknya. Mereka mempunyai bapak yang sama. Sedangkan anak tertua yang bernama Oseni, pernah ditahan dengan tuduhan melakukan tindak pidana." Laporan petugas Raka membuat penyidik Bram berpikir lagi.
"Tersangka Oseni pernah melakukan tindak pidana dan pernah ditahan? Apakah kasusnya disidangkan?" Penyidik Bram jadi berpikir lagi setelah mengetahui kakak Gina pernah ditahan.
"Kasusnya tidak disidangkan, Pak. Dia dibebaskan dengan jaminan oleh pengacaranya." Petugas Raka menjelaskan lagi.
"Dia dibebaskan dengan jaminan pengacara? Jadi dia bisa punya pengacara? Kalau begitu, selidiki kasusnya dan dia ditahan di mana." Penyidik Bram jadi fokus pada latar belakang Oseni yang pernah berkasus. Sesuatu yang tidak diduganya.
"Siap, laksanakan." Petugas Raka makin bersemangat diijinkan menyelidiki lagi.
"Kalau begitu, hanya tersangka Gina yang dibebaskan bersyarat setelah tanda tangan BAP. Tersangka Oseni tetap ditahan dan kita akan selidiki catatan kriminalnya." Penyidik Bram jadi merubah strategi setelah mengetahui kakak Gina mempunyai catatan kriminal.
"Siap, laksanakan." Petugas Raka dan rekannya segera meninggalkan ruang kerja penyidik Bram untuk melakukan tugas yang diperintahkan.
Setelah ditinggal anggotanya, penyidik Bram membaca laporan petugas Raka tentang latar belakang Bu Dinna dan kedua anaknya.
Penyidik Bram segera menghubungi kantor polisi yang pernah menahan Oseni untuk mengetahui jenis kasus dan nama petugas yang membebaskan dia. Penyidik Bram mencurigai ada sesuatu yang berbau tidak sedap, setelah mengetahui Oseni dibebaskan oleh pengacara. Padahal sekarang mereka mengatakan tidak bisa menyediakan pengacara.
...~°°°~...
Sebelum tiba batas waktu penahanan terhadap Bu Dinna dan kedua anaknya, petugas Raka mengeksekusi perintah pimpinannya setelah menyelesaikan berkas-berkas sesuai dengan petunjuk. Gina dibawa ke ruang interogasi untuk diperiksa lagi sebelum dibebaskan.
"Anda mau merubah kesaksian dalam Berita Acara Pemeriksaan tertanggal...." Kemudian petugas Raka membaca isi berita acara pemeriksaan yang dibuat Gina sebelumnya.
"Tidak, Pak. Karna itu yang sebenarnya." Gina menjawab cepat sebelum pikirannya berubah dan mengganti dengan keterangan yang lain.
"Kalau begitu tanda tangan BAP ini." Petugas Raka mendorong lembaran berita acara dan pena ke depan Gina.
"Saya tidak mau tanda tangan, kalau tidak ada pengacara, Pak." Gina bersikuku, tidak mau tanda tangan berita acara pemeriksaan.
"Apakah semua yang anda katakan dalam berita acara ini tidak benar?" Tatapan petugas Raka tidak beralih dari mata Gina.
"Benar, Pak." Gina jadi panik dan mulai bingung, mendengar pertanyaan petugas Raka.
"Apakah anda dipaksa untuk menjawab pertanyaan penyidik dengan jawaban yang ada di berita acara pemeriksaan ini?" Tanya petugas Raka lagi.
"Tidak, Pak." Gina makin bingung dan panik.
"Lalu apa yang membuat anda tidak mau tanda tangan ini, kalau yang anda katakan benar dan tidak dipaksa oleh orang lain?"
"Saya hanya mau ada saksi, Pak." Jawab Gina setelah lama berpikir, karna tidak punya alasan yang tepat.
"Saksi? Selain kami berdua, ada rekaman pemeriksaan yang bisa dibuktikan di pengadilan. Jika tidak mau tanda tangan BAP ini, pembebasan anda tunggu sampai ada pengacara yang mendampingi anda." Petugas Raka berkata tegas.
"Saya mau dibebaskan? Kalau begitu saya tanda tangan sekarang, Pak." Gina langsung menarik lembaran kertas di depannya lalu minta ikatan di tangannya dibuka untuk tanda tangan.
Petugas Raka berdiri untuk membuka ikatan pada tangan Gina. "Sekarang baca surat pembebasan anda. Jika tidak mentaati pembebasan bersyarat ini, anda akan ditahan dan tidak akan ada pembebasan bersyarat lagi." Petugas Raka menjelaskan sebelum ditanda tangani oleh Gina.
"Saya benar-benar akan dibebaskan, Pak?" Tanya Gina dengan hati girang.
"Anda sudah baca surat pembebasan bukan? Baca lagi sebelum tanda tangan." Petugas Raka jadi heran.
Gina bukan tidak mengerti, tapi tidak menyangka akan dibebaskan begitu saja. Hanya dengan menanda tangani berita acara pemeriksaan. Sejenak hatinya sangat girang. Namun kemudian dia mulai panik memikirkan tempat tinggal, setelah dibebaskan. Hal itu tidak bisa dia bicarakan dengan petugas yang sedang memperhatikannya.
"Pak, saya bisa bertemu dengan Mama dan kakak saya sebelum keluar dari sini?" Gina berharap bisa bertemu dengan mereka, agar bisa tahu apa yang akan dilakukan di luar dan mau ke mana.
"Tidak bisa. Setelah tanda tangan, anda akan kami bebaskan." Petugas Raka bertindak sesuai petunjuk pimpinannya. Semua gerak-gerik dan perubahan wajah Gina diperhatikan oleh petugas Raka.
...~°°°~...
Setelah dibebaskan, Gina berdiri diam di depan kantor polisi. Dia tersadar, tidak punya tempat tujuan. Tidak ada teman dekat yang mau menampungnya. Begitu juga dengan uang yang dimiliki tidak cukup untuk mencari tempat kost atau hotel kelas melati.
Ketika duduk di halte bus dengan tas pakaian di dekat kakinya, dia teringat kepada Papanya. Dia segera naik angkutan umum menuju kantor Papanya.
"Selamat siang, Pak Gustav. Putri bapak sedang menunggu di lobby. Apakah diijinkan ke ruangan bapak?" Resepsionis memberitahukan kehadiran Gina kepada Papanya.
"Putri saya? Biarkan saja di lobby." Pak Gustav terkejut, sebab tidak ada yang menelponnya. Selama ini, jika perlu uang, anak-anaknya hanya menelpon dan akan ditransfer, sebab mereka tidak mau bertemu dengannya.
Tidak lama kemudian, Pak Gustav tiba di lobby dan melihat Gina sedang menunggu dengan tas pakaian kecil di dekat kakinya. Pak Gustav makin heran, sebab hanya melihat Gina.
"Gina, ada apa datang ke kantor? Mengapa tidak telpon dulu?" Tanya Pak Gustav dengan alis bertaut.
"Gina bingung, Pa. Ceritanya panjang. Sekarang Gina sangat lapar." Gina berbicara dengan wajah memelas, agar tidak dimarahi Papanya.
"Kalau begitu, mari keluar cari makan." Pak Gustav mengajak Gina keluar makan di luar, agar tidak menjadi perhatian para pegawai dan tamu yang datang ke kantor tersebut.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...
kira-kira siapa orang yang dimaksud Dinna buat ditemuin SM gina
makanya jangan aneh-aneh
ayo lianty tunjukkan kamu bukan wanita lemah yang bisanya nangis
sabar lianty kamu ikuti aja permainan mereka kamu juga harus pandai berakting kayak mereka..💟