"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau Meninggalkan Ku
Setelah sama-sama mencapai kenikmatan yang tiada duanya. Farhan langsung mengutarakan niatnya untuk memperbaiki rumah Fira. Dan tentunya membuat sebuah kamar mandi di kamar mereka.
Karena saat Fira menggoda tadi, Farhan langsung mendapatkan ide tersebut.
"Boleh gak, jika aku minta lebih dari itu?" tanya Fira hati-hati.
"Mau apa? Katakan saja? Aku ini suamimu, dan tugasku adalah menyenangkan mu. Sama seperti yang barusan kita lakukan." goda Farhan.
Fira langsung memalingkan wajahnya karena malu.
"Katakan lah ..." pinta Farhan.
"Aku ingin pindah dari sini." lirih Fira menunduk.
"Kenapa? Apa kamu kurang nyaman?" Farhan bertanya seraya mengelus rambut Fira.
"Eum-eum ... Karena Alvin hampir setiap hari menatapku, dengan tatapan yang aneh, dan itu membuatku risih." adu Fira.
"Baiklah, jika itu mau mu. Kita akan pindah besok." ujar Farhan.
"Lah, kok dadakan sih. Harusnya kita cari tempatnya dulu." protes Fira
"Aku udah punya rumah. Dan masing-masing dari kami anak Papa Mama, sudah disediakan rumah. Tetapi aku punya rumah sendiri, yang dibeli pakai uang sendiri. Walaupun tidak sebesar rumah yang disediakan Papa, tapi, itu cukup nyaman bagiku." terang Farhan.
"Dan, ajaklah, Ibu ikut serta. Karena bagaimanapun dia hanya mempunyai Adik di dunia ini." perintah Farhan.
Besoknya, Saat Asma hendak membuka kedai. Fira dan Farhan langsung mengutarakan niat mereka untuk pindah rumah. Semula Asma memang menolak, dengan alasan banyak kenangan dengan almarhum suaminya, akan tetapi Farhan memberikan Asma pengertian dengan sangat lembut.
"Bu, kenangan dengan almarhum, bukan hanya ada di rumah ini. Tapi akan selalu ada di hati dan juga di pikiran kita." jelas Farhan. Saat Fira sedang membawakan piring-piring kotor ke sumur belakang.
Sumur mereka memeng terpisah dengan kamar mandi. Itu berada di pintu belakang, dan hanya di kelilingi oleh terpal.
"Lagipula, kita pindah bukan tanpa alasan Bu, kita harus menjaga kewarasan orang tersayang dan terkasih kita. Yaitu Fira." lagi Farhan memberi pengertian.
"Apakah selama ini Ibu egois? Karena Fira pernah mengajak Ibu pindah. Akan tetapi Ibu menolaknya." isak Asma. Karena teringat dengan permintaan Fira dulu.
"Tidak Bu, tidak ada orang tua yang egois. Dan sekarang, biarkan Fira tenang Bu, biarkan Fira melupakan setiap kejadian di malam naas itu. Karena aku pun sesekali pernah melihat Fira menangis dalam mimpinya. Saat aku tanya kenapa, dia selalu saja menyembunyikannya." papar Farhan.
"Terus rumah ini, apakah akan kita jual?" tanya Asma.
"Tidak Bu, kita akan memperbaikinya, nanti bisa kita sewakan. Karena untuk menjualnya pun, pasti Ibu gak tega." kata Farhan membuat Asma lega.
Asma dan Farhan sama-sama keluar dari rumahnya, kala mendengar ada suara ribut-ribut dari luar. Lalau disusul oleh Fira, yang baru saja beres dengan cuci piring.
"Kenapa Bu?" tanya Farhan pada orang-orang yang di ketahui tetangga dekat Asma. Karena beberapa orang daei mereka sering belanja di kedai.
"Gini loh, kata orang-orang, semalam nak Farhan memberikan mereka masing-masing uang lima ratus ribu. Jadi, kami juga pengen dong nak Fira." ucap seorang Ibu-ibu menutupi mukanya. Mungkin akibat terlalu malu.
"Iya, nak Fira. Kami juga mau!" seru yang lainnya.
"Nak? Tumben, secepat itukah derajat ku naik?" batin Fira mendengar panggilan dari orang dihadapannya.
"Baiklah-baiklah ..." kekeh Farhan mendapat sorakan dari ibu-ibu yang mungkin berjumlah dua puluh orang.
"Tapi, aku gak ada uang cash banyak. Bagaimana kalo kalian aku bagikan sembako yang ada di kedai." tawar Farhan, membuat semuanya mengangguk senang.
Fira dan Asma langsung membuka kedai. Dan mereka langsung menyiapkan sembako yang dikatakan Farhan. Karena semalam, Farhan sudah menelpon pemasok ikan untuk tidak mengantar ikan ke mereka. Jadi, stok ikan hari ini kosong.
Fira langsung memasukkan ke kantong sembako yang berisikan gula, minyak goreng, garam, sarden, telur, dan masing-masing beras satu karung. Juga barang-barang lainnya. Seperti, cabai, bawang-bawang, serta tomat.
Raya dan Alvin langsung keluar dari rumah mereka, tatkala mendengar suara ribut-ribut dari arah depan. Kebetulan, ini masih pagi, dan Alvin belum berangkat kerja.
Fira sibuk mencatat nama-nama siapa saja yang udah mengambil sembako darinya. Asma juga sudah memisahkan sebagian sembako untuk Marni dan juga Raya, karena Asma keukeh harus mendahulukan saudara terlebih dahulu.
"Bu, tolong bagi tahu sama tetangga lainnya ya, kalo disini ada bagi-bagi sembako." ujar Farhan. Dia juga memberikan mereka masing-masing satu lembar uang merah.
"Wih, Bang Farhan hebat ..." puji Raya dengan mata berbinar. Alvin langsung memutar mata. Dia sama sekali tidak cemburu saat mendengar Raya memuji Farhan.
"Aku mau juga dong Bang ..." pinta Raya dengan suara manja.
Fira yang melihat adegan itu, langsung memerah.
"Bu, berikan punya Raya. Biar yang lainnya bisa masuk." ujar Fira menahan cemburu.
"Mau aku bantu Fira?" tanya Alvin. Dia bisa melihat tatapan cemburu dari Fira pada Raya.
"Ini punya mu, sekarang keluarlah, biar yang lainnya bisa masuk." perintah Fira pada Raya yang berada si samping Farhan. Sedangkan Farhan sendiri sibuk mengamati Alvin yang menatap ke arah Fira. Bahkan dia tidak sadar, jika Raya ada didekatnya.
"Sayang, kamu istirahat lah, biar ini Abang yang kerjakan. Dan Abang akan meminta suami dari Ibu ini untuk membantu kita." ujar Farhan menunjuk Ibu-ibu yang merupakan tetangga samping rumahnya. "Bu, tolong ajak suaminya kesini ya." pinta Farhan. Karena semalam tetangga tersebut tidak mendapatkan apa-apa. Makanya hari ini dia berani datang ke kedai.
Fira masih tidak bergeming, karena Raya masih berada si samping suaminya. Sampai akhirnya, Fira menggandeng lengan Farhan, yang bersebelahan dengan Raya.
"Kenapa cemburu?" cetus Raya menyunggingkan senyuman.
"Sama kamu? Emang apa kelebihan mu?" cibir Fira.
"Eh ada Raya? Udah dapat sembako? Coba tanya sama Ibu, karena dia sudah memisahkan punyamu." ujar Farhan kala sadar jika Raya berada di dekatnya.
Raya langsung melongo tak percaya.
"Jadi, dia tidak ngeh, kalo aku ada disini?" batin Raya.
"Kamu sama Ibu masuk aja ya? Jangan lupa untuk siap-siap." ujar Farhan.
Kemudian, dia juga mengatakan hal yang sama pada Asma.
"Emangnya kalian mau kemana?" tanya Alvin, juga di angguki Raya.
"Kami suami istri, jadi bebas mau kemana aja." sahut Farhan jengkel.
"Eh eh eh ,,, ada apa ini? Kok rame amat?" tanya Marni yang baru saja datang berbarengan dengan Danu.
Asma yang baru saja hendak keluar dengan Fira langsung menoleh. Karena mereka keluar lewat pintu belakang. Sedangkan Marni datang dari arah depan.
"Iya, kenapa ini dibagi-bagi semua?" tanya Danu.
"Rencananya kami mau pindah Paman, jadi barang-barang disini kami sedekahkan, pada mereka semua." sahut Farhan.
"Pindah kemana? Emang kamu udah beli rumah?" tanya Alvin yang penasaran.
"Kenapa aku bertanya kayak gitu sih? Kan dia orang kaya." batin Alvin.
"Gak tahu sih ya, karena aku mempunyai beberapa buah rumah, dan diluar kota juga aku mempunyai apartemen." sahut Farhan memamerkan hartanya.
Sebenarnya dia hanya ada satu rumah pemberian orang tuanya, dan juga satu rumah yang dibelinya. Lainnya mereka mendirikan villa, untuk disewakan.
"Pamer ..." lagi Alvin membatin.
"Boleh dong, sesekali ajak Bibi dan Raya ke apartemen. Karena seumur-umur, Bibi belum pernah lihat, kayak mana sih apartemen itu." rayu Marni.
"Atau Bang Farhan, ajak kami untuk ke perumahan kalian juga bisa kok. Aku sampai ngidam loh, mau masuk ke sana." ungkap Raya, dia mencoba menarik simpati dari Farhan.
"Fira, jadi kamu mau meninggalkan ku." tanya Alvin mendekati Fira. Sedangkan Farhan sedang berbicara dengan keluarga Danu.
Dan Asma, malah membantu tetangganya dan mengatakan apa saja yang harus dimasukkan ke kantong plastik.
tp klo crta romantis2 ga ada konflik jg mls bacanya.
berti othor berhasil klo bs menciptakan emosi pembaca kaya aku ini.. gemeshh kali sama org yg ga tau diri dan ga ngaca kaya jalan raya ini.