DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM14
POV GAVRIIL
"Lo jangan pernah nunjukin batang hidung lo di depan anak gue nanti. Gue gak mau tuh anak tau betapa buruk orang tua yang ia punya!" Suara dari cinta pertama ku itu terdengar bergetar.
Hana menatap ku dengan tatapan benci, ini yang pertama kali. Dada ini seketika nyeri, karena aku hanya bisa diam. Tak sanggup berkata-kata, seperti ada bongkahan batu besar yang menyumbat di tenggorokan ku.
Aku siap bertanggungjawab jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan pada Hana, setelah kejadian malapetaka yang di sebabkan oleh mama ku. Namun, pertanggungjawaban ku jelas bukan dengan sebuah pernikahan.
Aku Gavriil Mendeleev, keturunan Amerika-Rusia. Ya, aku bukan orang Indonesia, aku dilahirkan dan dibesarkan hingga usia enam tahun di negara Amerika. Usiaku saat ini sudah menginjak 32 tahun. Soal wajah? Banyak orang yang mengatakan aku sangat lah tampan. Soal uang? Aku terbilang kaya, profesi ku seorang Dokter. Selain itu, aku juga memiliki aset properti di beberapa kota.
Banyak dari rekan-rekan kerja ku, selalu memberikan pertanyaan yang sama. Kapan aku akan menikah? MENIKAH?
Pernikahan? Kalimat itu tidak pernah ada dalam kamus ku. Menikah, lalu menjadi orang tua? Membayangkan nya saja sudah membuat tubuhku bergetar.
Kejadian kelam di masa lalu membuat aku tidak ingin menjadi orang tua. Kejadian dua puluh enam tahun yang lalu, masih membekas lekat dalam memori dan merusak otak.
Flashback 26 tahun yang lalu, Amerika.
TAP!
TAP!
TAP!
Aku berlari menelusuri jalanan dalam gelapnya malam, dengan telapak kaki tanpa mengenakan alas dan penuh akan luka.
WOOF! GUK-GUK!
TIIIIIIIIN!
Dikejar anjing, diklakson mobil, itu lah hari-hari yang aku lewati. Setiap hari, aku harus pergi pagi dan pulang malam, serta wajib membawa berbotol-botol minuman keras.
Hal itu adalah rutinitas setiap hari yang wajib aku lakukan, sampai-sampai aku sudah terbiasa dengan ini semua.
Untuk anak seumuran ku saat itu, tentu aku sangat iri ketika tak sengaja melintas di taman bermain. Aku juga ingin bersenang-senang dengan teman sebaya. Namun, itu semua hanya menjadi angan-angan ku saja. Di usia ku saat itu, aku harus berjuang untuk bertahan hidup. Aku harus melakukan apapun yang diperintahkan oleh kedua orang tuaku agar bisa mendapatkan makanan. Jika tidak, aku akan kelaparan sambil menikmati pukulan-pukulan yang menghantam anggota tubuh ku.
PRANG!
Sebuah botol kaca di hantam hingga pecah tepat di kepala ku. Dapat aku rasakan ada yang mengalir dan menetes dari kening ku yang terasa sangat perih.
"DASAR ANAK BODOH! IDIOT! PERGI PAGI, PULANG MALAM, HANYA SATU BOTOL MINUMAN YANG KAU DAPAT?! KAU PIKIR INI CUKUP UNTUK KU BERSENANG-SENANG?!" teriak Austin ; Ayah ku.
Aku sangat ketakutan saat mendengar suara ayah yang menggelegar. Sambil meringis kesakitan, aku mengedarkan pandangan dan mencari ibu.
PLAK!
Belum sempat netra ini menemukan sosok ibu, ayah sudah melayangkan tamparan keras di wajahku. Saking kerasnya, aku sampai tersungkur di lantai.
BUGH! BUGH! BUGH!
"Akh, sakit, Ayah ... ampun ...." Aku memohon-mohon karena tidak sanggup lagi menahan rasa sakit akibat perutku diinjak berkali-kali.
"Jangan panggil aku Ayah! Aku tidak punya anak nakal seperti mu! Lihat ini, bir ku habis! Gara-gara kau, aku jadi tidak bisa bersenang-senang! Anak sialan!"
BUGH!
"MATI KAU! "
BUGH!
"MATI SANA, DASAR SIALAN!"
Setelah puas menghajar tubuh kurus ini, ayah pergi meninggalkan ku begitu saja. Aku menahan semua rasa sakit dengan meringkuk sendirian pada dinginnya lantai, sambil berkhayal menikmati beberapa makanan enak.
Ku teguk kasar ludah ini saat tersadar dari khayalan dan berusaha untuk berdiri. Tertatih-tatih aku berjalan, mencari keberadaan ibu. Bola mata ini seketika bersinar saat melihat ibu sedang bersandar pada sofa.
Aku mempercepat langkah ku demi menghampiri ibu. Biasanya, jika wanita pemilik rambut blonde itu melihat keberadaan ku, dia selalu meminta aku melayaninya dan akan diberi upah dengan beberapa camilan enak.
Hal yang di minta tidaklah rumit bagi seorang anak lelaki yang polos seperti ku. Ibu hanya memintaku untuk melayaninya dengan cara mengusap, membelai dan meremas buah dada nya hingga ia terkulai lemas.
"Ibu ...." Aku sedikit mengguncang lengan Ibu saat melihatnya tengah terlelap, tapi, Ibu tidak menjawab.
Lagi dan lagi, ibu kembali tak bisa di ajak bicara seperti biasa. Ibu benar-benar terlelap dengan jarum suntik yang masih menancap di lengan nya.
Ku tatap puluhan bekas jarum suntik yang terukir di kulit ibu. Apa ibu sakit keras sampai-sampai harus di suntik setiap hari?
"Ugh!" ku cengkram erat perut ku yang terasa perih. "Aku lapar, lapar sekali!"
Aku memilih berbaring di lantai, karena kedua kaki ku begitu lemas. Kapan terakhir kali aku makan? 3 hari yang lalu? Atau 4 hari yang lalu?
"Ah, iya, 4 hari. Padahal baru 4 hari, tapi, aku sudah sangat lapar. Apa ini karena aku terlalu sering menahan lapar?" aku bergumam sendirian.
BUMP! BUMP! BUMP!
Aku mendengar suara dentuman yang begitu keras. Tubuh ini yang tadinya sudah tak sanggup berdiri, mendadak mendapatkan energi. Aku segera berlari keluar rumah.
"Suara apa itu? Sepertinya tidak jauh dari sini." Aku terus melangkah, dengan noda darah yang mengotori kepala hingga ujung kaki.
Aku kembali menelusuri jalan tanpa menggunakan alas kaki, mencari-cari dari mana dentuman itu berasal. Sepertinya, ada suatu acara yang sangat meriah.
"Wangi~" Aku dapat mencium beraneka ragam aroma makanan.
Kerlap-kerlip lampu di suatu tempat, membuat aku menoleh. Bola mata ku seolah bercahaya. Di sana, di tempat itu, aku melihat banyak makanan.
'Makan ... aku mau makan ... banyak makanan .... ' batin ku.
Bagai terhipnotis, kini aku sudah berada tepat di depan meja hidangan dengan dua potong ayam goreng dalam genggaman.
"KYAAAAA! MALING! ADA MALING!" Jerit wanita berambut pirang dengan telunjuk mengarah padaku.
*
*
*
Bab selanjutnya Author up jam 7 malam ya ❤️🔥
tapi tetap semangat y Thor buat cerita ny yg lbih bagus lgi👍😘
lanjutkan pokoknya😆😆😆
bener tuh kata David🤭😆😆😆