Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lembah Sim Cik kok.
Sementara itu, Thou Tiat Hwesio yang merasa setiap serangan nya selalu bisa di gagalkan oleh Pek Ngo Sian Li, menjadi semakin murka saja.
Hek Bin Kui li yang melihat Pek Ngo Sian Li sedang di gempur oleh Thou Tiat Hwesio secara habis habisan itu, segera memanfaatkan kesempatan untuk merebut gelang Qilin emas sakti di tangan Xiao Yuen itu.
Namun perkiraan nya luput, Pek Ngo Sian Li yang dia kira sedang lengah itu, ternyata memperhatikan semua gerakan gerik nya juga.
Baru saja tangan nya ter ulur untuk menyerang Xiao Yuen, namun serangkaian kekuatan besar menabrak diri nya hingga terpelanting berpuluh puluh tombak jauh nya, dengan tulang belulang nya yang terasa luluh lantak.
Dengan susah payah, wanita tua renta itu berusaha berdiri, lalu dengan tertatih tatih, pergi dari tempat itu.
Sementara itu, pertarungan antara Thou Tiat Hwesio dan Pek Ngo Sian Li sudah mencapai sepuluh jurus, ketika sebuah hantaman pukulan tangan kosong dari Pek Ngo Sian Li berhasil mendarat telak di dada Thou Tiat Hwesio.
"Buk!" .... Sebuah hantaman tangan kosong yang telak, menghantam dada pria gendut itu hingga terjajar beberapa puluh tombak jauh nya, nyaris roboh saat mendarat di tanah.
"Huek!" .... Dua gumpal darah segar muncrat keluar dari mulut Thou Tiat Hwesio.
"Omituhud!, Santi!, Santi!, wanita jalang jahanam biadab, ternyata ilmu mu semakin hebat saja, tetapi piceng belum kalah" ujar Thou Tiat Hwesio sambil mengerahkan seluruh energi nya kembali, dan menyerang kembali kearah Pek Ngo Sian Li.
Pertarungan kembali terjadi antara Thou Tiat Hwesio dan Pek Ngo Sian Li.
Thou Tiat Hwesio mengerutkan kening nya heran, dia sudah mengerahkan seluruh energi nya, namun wanita cantik yang menjadi lawan nya itu seperti tenang tenang saja melayani semua jurus jurus nya, bahkan kini dia mulai terdesak dengan hebat.
Merasa terdesak hebat, Thou Tiat Hwesio melompat mundur kebelakang, lalu mengeluarkan senjata nya berupa seuntai tasbih panjang dengan biji tasbih nya sebesar jempol kaki, dan terbuat dari batu hitam mengkilap.
Thou Tiat Hwesio segera melompat kearah Pek Ngo Sian Li, dan menyerang nya dengan tasbih panjang nya.
"Siuuuut!" ....
"Siuuuut!" .... Terdengar suara tasbih berdesing menyerang kearah Pek Ngo Sian Li.
Wanita cantik nan sakti itu melompat mundur kebelakang dua tindak, lalu mengerahkan separo energinya yang disalurkan ke kedua belah tangan nya.
"Blarrrr!" .... Sebuah dentuman nyaring terdengar saat pukulan tangan kosong dari Pek Ngo Sian Li bertabrakan dengan tasbih ditangan Thou Tiat Hwesio.
Biji tasbih itupun berhamburan kemana mana, bahkan beberapa butir justru berbalik menghantam pemilik nya sendiri.
Thou Tiat Hwesio tunggang langgang berjumpalitan dengan tubuh dihantam beberapa butir biji tasbih milik nya sendiri.
Tanpa bicara lagi, Thou Tiat Hwesio melesat pergi dari tempat itu, dan hilang di tikungan jalan.
Keheningan seketika melanda tempat itu, kini yang tinggal hanya Pak Ong Ya (Pangeran dari Utara) saja dan tujuh pemuda yang sedang bersembunyi di balik bangunan rumah orang.
Saat Pek Ngo Sian Li bermaksud pergi dari tempat itu, Pak Ong Ya yang tidak mengenal nya segera memburu kearah wanita cantik itu.
"Siocia!, tunggulah dulu siocia!" ujar Pak Ong Ya sambil melompat kedepan Pek Ngo Sian Li.
"Ada apa kau menghadang perjalanan ku tuan?" tanya Pek Ngo Sian Li menatap tajam kearah pria itu.
Sepintas, Pek Ngo Sian Li sudah tahu jika pria bertubuh anak muda ini sudah berusia lanjut. Namun tidak dengan Pak Ong Ya, dia tidak bisa mengetahui berapa usia Pek Ngo Sian Li ini.
"Sabarlah siocia, bagai mana jika kita ngobrol sambil minum minum arak siocia?" Pak Ong Ya menawarkan kepada Pek Ngo Sian Li, karena mengira wanita cantik ini masih muda.
"Maaf tuan!, saya tidak punya waktu, saya harus cepat cepat membawa kedua orang murid saya pulang!" Pek Ngo Sian Li berkilah.
Namun Pak Ong Ya tetap berdiri di depan Pek Ngo Sian Li, "tetapi saya tetap memaksa siocia untuk menemani saya minum minum arak dulu!" desak Pak Ong Ya.
"Tuan!, saya mohon menyingkir lah, kau tidak bisa memaksa Pek Ngo Sian Li tuan!" Pek Ngo Sian Li memohon kepada Pak Ong Ya agar menyingkir dari hadapan nya.
"He he he he!, kau juga tidak tahu rupanya siocia jika kemauan Pak Ong Ya tidak bisa di bantah!" ujar Pak Ong Ya sambil tertawa cengengesan.
Mata pek Ngo Sian Li tiba tiba berkilat menatap kearah pria bertubuh pemuda itu.
"Oooh jadi begitu kah?, kau juga tidak tahu rupa nya, tak ada siapapun yang bisa memaksa Pek Ngo Sian Li, rupanya usia mu saja yang sudah delapan puluh dua tahun, tetapi tidak dengan akal mu, kalau kau tidak mengenal Pek Ngo Sian Li, itu wajar, karena usia mu belum seperempat dari usia ku, tetapi setidak nya usia seperti mu, sudah menjadi lebih dewasa lagi!" ucap Pek Ngo Sian Li mulai marah.
Meskipun sangat terkejut mendengar kata kata wanita cantik di hadapan nya ini, nun untuk mempercayai jika wanita ini sudah sangat tua, bagi Pak Ong Ya itu tidak masuk akal. Apa lagi pikiran nya sudah di tutupi oleh kecantikan Pek Ngo Sian Li, sehingga bahaya besar tidak lagi di lihat nya.
"He he he he, sudahlah siocia, orang lain bisa kau dusta i, tetapi tidak dengan Pak Ong Ya, ayolah siocia, kau harus menemaniku minum minum arak!" ujar Pak Ong Ya sambil berusaha meraih tangan Pek Ngo Sian Li.
"Buk!" ....
Sebuah hantaman tangan kanan dengan kekuatan besar mendarat di dada Pak Ong Ya, membuat tubuh pria itu terlempar sangat jauh hingga puluhan tombak, jatuh di tanah nyungsep diatas kotoran kuda.
Dengan susah payah, pria itu berusaha bangkit, namun kembali tumbang ketanah seraya memuntahkan darah segar cukup banyak.
"Kau tahu sekarang? Jika Pek Ngo Sian Li tidak bisa dipaksa oleh siapapun juga, bahkan oleh para Dewa langit sekalipun, kau terlalu memaksa ku untuk berlaku kejam!" ucap Pek Ngo Sian Li sambil berlalu dari tempat itu dengan membimbing tangan Qian San dan Xiao Yuen menuju ke gerbang Utara kota Ming.
"Kita kemana guru?" tanya Xiao Yuen di perjalanan.
"Kita ke Sim Cik Kok, disanalah tempat tinggal guru mu ini" jawab Pek Ngo Sian Li sambil terus berjalan menuju ke gerbang Utara.
Sim Cik Kok (Lembah Patah Hati), berada jauh di Utara, melewati kota Song, tepat nya di sebelah Utara Gunung Siong.
"Jauh kah itu guru?" tanya Qian San.
"Jauh!, jauh sekali di Utara sana, perjalanan beberapa purnama dari tempat ini!" jawab Pek Ngo Sian Li.
"Apakah kita tidak menunggu Turnamen bela diri ini selesai kah guru?" tanya Xiao Yuen.
"Tidak!, tidak!, guru mu ini khawatir akan lebih banyak tokoh tokoh sakti yang berdatangan ingin merebut gelang emas di tangan mu itu nak!"sahut Pek Ngo Sian Li lagi.
Akhirnya Xiao Yuen terdiam mendengar ucapan guru nya itu, meskipun masih ingin melihat keramaian di kota Ming, tetapi bagi nya, menuruti perkataan guru nya adalah hal utama.
Setelah keluar dari gerbang kota, dan melewati kebun kebun penduduk, akhirnya mereka tiba dijalan yang kiri kanan nya di penuhi dengan hutan lebat.
Dengan memanggul Qian San di belakang nya, Pek Ngo Sian Li berlari diantara dahan dahan pohon hutan, tidak lagi melalui jalanan.
Sedangkan Xiao Yuen Mengikuti nya dari belakang, berlari diantara dahan dahan pohon dengan ilmu lari cepat, dan ilmu meringankan tubuh.
Pek Ngo Sian Li sengaja menghindari jalan raya, agar mereka tidak bertemu dengan orang orang yang juga sedang melakukan perjalanan.
Bahkan kota Han, pun tidak dia singgahi, terus berjalan ke Utara, sambil sesekali istirahat.
Saat istirahat itulah, Pek Ngo Sian Li mengajarkan dasar dasar ilmu silat kepada Qian San, serta menyempurnakan jurus jurus silat yang sudah dikuasai oleh Xiao Yuen.
Hingga tidak terasa, setelah lebih dari lima purnama, mereka pun tiba di lembah Sim Cik Kok (Lembah Patah Hati), yang tepat berada di sisi Utara Gunung Siong.
Lembah Sim Cik Kok ini berlawanan dengan nama nya, sebenarnya sebuah lembah yang tidak terlalu besar, namun begitu indah nya, sebuah telaga ditengah tengah lembah yang di kelilingi oleh pohon Ying (Sakura) yang sedang berbunga.
...****************...