Prang!!!
Seeeeettt!!
Hujan deras menyelimuti malam ketika Hawa Harper mendapati sebuah mobil mewah terguling di jalan sepi. Di balik kaca pecah, ia melihat seorang pria terluka parah dan seorang anak kecil menangis ketakutan. Dengan jantung berdebar, Hawa mendekat.
“Jangan sentuh aku!” suara pria itu serak namun tajam, meski darah mengalir di wajahnya.
“Tuan, Anda butuh bantuan! Anak Anda—dia tidak akan selamat kalau kita menunggu!” Hawa bersikeras, melawan ketakutannya.
Pria itu tertawa kecil, penuh getir. “Kau pikir aku percaya pada orang asing? Kalau kau tahu siapa aku, kau pasti lari, bukan menolong.”
Tatapan Hawa ragu, namun ia tetap berdiri di sana. “Kalau aku lari, apa itu akan menyelamatkan nyawa anak Anda? Apa Anda tega melihat dia mati di sini?”
Ancaman kematian anaknya di depan mata membuat seorang mafia berdarah dingin, tak punya pilihan. Tapi keputusan menerima bantuan Hawa membuka pintu ke bahaya yang lebih besar.
Apakah Hawa akan marah saat tahu kebenarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Bayangan dari Masa Lalu
“Harrison Noah!” suara tegas seorang wanita memecah keheningan di kediaman Noah.
Hawa yang sedang berbincang dengan Anna Noah di ruang tamu spontan menoleh. Suara itu berasal dari pintu utama. Harrison yang baru saja masuk dari ruang kerja langsung menegang.
Di depan pintu berdiri Ella Addison, mantan istrinya, dengan senyum sinis yang tidak Harrison harapkan akan kembali menghiasi hidupnya. Di belakang Ella, berdiri seorang wanita paruh baya dengan aura mengintimidasi. Wanita itu adalah Victoria Addison, ibunya, pemimpin salah satu kelompok mafia paling berpengaruh di wilayah lain, Iron Mask.
“Ella?” suara Harrison dingin. Matanya menyipit, memperhatikan kehadiran dua wanita yang kini berdiri seperti badai yang siap menghancurkan.
Ella melangkah masuk dengan percaya diri. “Kamu nggak berubah, Harrison. Selalu menyambut tamu dengan dingin,” katanya dengan nada mengejek.
Hawa menatap Harrison, lalu Ella, dengan kebingungan. Ia tidak pernah membayangkan mantan istri Harrison akan muncul di saat-saat seperti ini, terlebih membawa aura ketegangan.
“Ella, apa yang kamu mau?” Harrison mendekat, berdiri di antara Hawa dan wanita yang dulunya pernah ia sebut sebagai istri.
“Apa yang aku mau?” Ella tersenyum licik. “Aku mau Emma.”
Hawa spontan berdiri. “Emma? Maksud kamu apa, Ella? Emma anak kami.”
“Anak kita, maksudmu,” Victoria menyela dengan nada tajam. “Emma adalah darah Addison, dan dia berhak tinggal bersama keluarga yang lebih berkuasa.”
“Berkuasa?” Harvey Noah, yang baru saja tiba dari lantai atas, menyahut dengan suara berat. “Kalian pikir kalian bisa datang ke rumah ini, berbicara tentang kuasa, lalu mengambil cucu saya begitu saja?”
Anna Noah berdiri di sisi Harvey, menatap Victoria dengan tatapan tajam. “Emma adalah cucu kami, dan dia tumbuh bahagia di sini. Jangan pernah berpikir untuk memisahkannya dari keluarga ini.”
Harrison menatap Ella tajam. “Kamu gila kalau berpikir aku akan menyerahkan Emma pada kalian. Dia anakku, dan dia akan tetap bersamaku.”
Ella tertawa kecil, lalu melirik Hawa dengan pandangan meremehkan. “Oh, jadi ini penggantiku? Wanita sederhana yang kamu pilih setelah aku? Aku kasihan pada Emma, harus tumbuh dengan pengaruh wanita seperti ini.”
Hawa mengepalkan tangan, berusaha menahan diri. Tapi sebelum ia sempat menjawab, Emma muncul dari belakang Anna.
“Papa? Mama?” suara kecil Emma membuat semua mata tertuju padanya.
Ella langsung berjongkok, mencoba tersenyum manis. “Emma, sayang, sini ke Mama Ella.”
Emma melangkah mundur, menatap Ella dengan bingung. “Aku nggak kenal kamu.”
Hati Hawa terasa perih mendengar percakapan itu. Ia melangkah maju dan berjongkok di samping Emma. “Emma, semuanya baik-baik saja. Jangan takut.”
Emma langsung memeluk Hawa erat. “Mama Hawa, aku nggak mau pergi.”
Tatapan Ella berubah dingin. “Emma, dengar ya, aku ibu kandungmu. Kamu seharusnya tinggal sama aku.”
Hawa berdiri, membalas tatapan Ella dengan keberanian yang tak ia sangka milikinya. “Ella, Emma adalah anak Harrison. Dia dibesarkan dengan cinta di rumah ini. Jangan berpikir untuk memaksanya pergi hanya karena status biologismu.”
Victoria maju selangkah. “Kamu pikir kamu siapa, berani berbicara seperti itu pada anakku?”
“Aku orang yang akan selalu melindungi Emma, apa pun yang terjadi,” jawab Hawa tanpa ragu.
Harrison melangkah di depan Hawa dan Emma, menatap Ella dan Victoria dengan kemarahan yang tak bisa ia sembunyikan lagi. “Ella, Victoria, dengarkan aku baik-baik. Emma tidak akan pernah tinggal bersama kalian. Kalian hanya masa lalu. Jangan coba-coba menghancurkan masa depan yang sedang aku bangun.”
Ella mendekat, mencoba menyentuh Harrison. “Tapi Harrison, kita bisa mulai dari awal. Aku masih mencintaimu.”
Harrison menepis tangannya. “Cinta? Kamu meninggalkanku demi ambisimu. Kamu bukan bagian dari hidupku lagi, Ella.”
Suasana semakin tegang. Victoria tersenyum dingin. “Kalau itu keputusanmu, Harrison, jangan salahkan kami jika kalian menyesal.”
Harrison balas menatapnya. “Aku tidak takut pada ancamanmu, Victoria. Keluar dari rumahku sebelum aku memanggil keamanan.”
Ella terdiam, terluka oleh penolakan Harrison. Tapi ia tidak menunjukkan kelemahannya. Bersama Victoria, ia pergi, meninggalkan ancaman yang menggantung di udara.
Hawa memeluk Emma erat, mencoba menenangkan gadis kecil itu yang kini menangis ketakutan. Harrison berdiri di belakang mereka, memasang wajah dingin yang penuh tekad.
Di luar rumah, Ella berbicara pada Victoria dengan nada rendah. “Aku belum selesai, Mama. Harrison harus tahu bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang berharga.”
Victoria mengangguk, matanya penuh perhitungan. “Kita akan membuat mereka membayar. Iron Mask tidak pernah kalah.”
***
“Aku harus memastikan mereka nggak kembali lagi,” ujar Harrison tegas setelah menceritakan semuanya pada Ares di ruang kerjanya. Nada suaranya menunjukkan bahwa ia tidak akan membiarkan ancaman ini berlalu begitu saja.
Ares, yang merupakan tangan kanan Harrison sekaligus sahabatnya, mengangguk dengan ekspresi serius. “Kita harus meningkatkan keamanan. Iron Mask bukan musuh sembarangan, Tuan Harrison. Aku sudah mendengar cerita tentang mereka. Mereka kejam, licik, dan nggak segan-segan menggunakan cara kotor.”
Harrison bersandar di kursinya, mengusap wajahnya dengan tangan. “Aku tahu. Tapi aku nggak akan membiarkan siapa pun menyentuh keluargaku, terutama Emma. Dia sudah cukup menderita karena masa lalu.”
Ares terdiam sejenak, lalu berbicara dengan hati-hati. “Bagaimana dengan Hawa? Apakah dia tahu seberapa besar ancaman ini?”
Harrison mendongak, matanya tajam. “Hawa tahu, tapi aku nggak akan membiarkan dia terlibat lebih jauh. Ini bukan tanggung jawabnya. Ini urusanku.”
Ares menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Dia sudah terlibat, Tuan Harrison. Hawa nggak hanya mencintaimu, tapi juga Emma. Dari apa yang aku lihat tadi, dia akan melakukan apa pun untuk melindungi kalian berdua, bahkan jika itu berarti menempatkan dirinya dalam bahaya.”
Harrison terdiam mendengar kata-kata itu. Ia tahu Ares benar. Hawa adalah wanita yang luar biasa, dan keberaniannya tadi saat menghadapi Ella membuatnya semakin mencintainya. Tapi justru itulah yang membuat Harrison semakin takut. Ia tidak ingin kehilangan Hawa, seperti ia kehilangan banyak hal dalam hidupnya.
***
Di ruang lain, Hawa sedang menenangkan Emma yang masih terisak di pelukannya.
“Mama Hawa, aku nggak mau pergi. Aku cuma mau sama Mama dan Papa,” ucap Emma dengan suara kecil di sela-sela tangisnya.
Hawa mengusap punggung Emma lembut, mencoba menahan air matanya sendiri. “Sayang, kamu nggak akan ke mana-mana. Aku janji. Papa dan Mama di sini untuk melindungi kamu.”
Emma menatap Hawa dengan mata penuh harapan. “Janji, Ma?”
Hawa mengangguk tegas. “Mama janji. Apa pun yang terjadi, kamu akan selalu aman di sini.”
Anna Noah masuk ke kamar dengan membawa teh hangat untuk Hawa. Ia menatap cucunya yang sedang dipeluk Hawa, lalu beralih ke Hawa dengan senyum lembut.
“Kamu kuat sekali, Hawa,” ucap Anna pelan. “Emma butuh kamu, dan aku tahu kamu akan selalu melindunginya.”
Hawa menatap Anna, merasa lega mendapatkan dukungan dari ibu Harrison. “Emma adalah segalanya untukku, Mi. Aku nggak akan biarkan siapa pun mengambilnya.”
Anna mengangguk, lalu duduk di sisi Hawa. “Dulu, aku juga seperti kamu. Saat Harrison kecil, banyak orang yang mencoba menghancurkan keluargaku. Tapi aku selalu percaya bahwa cinta seorang ibu lebih kuat dari apa pun. Kamu juga harus percaya, Hawa.”
Hawa merasa matanya berkaca-kaca mendengar kata-kata Anna. Ia memeluk Emma lebih erat, berjanji dalam hati bahwa ia tidak akan pernah membiarkan siapa pun memisahkan mereka.
***
Malam itu, Harrison berdiskusi panjang dengan Ares dan tim keamanannya. Ia memberikan instruksi detail tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk memastikan keselamatan keluarganya.
“Pasang kamera pengawas tambahan di sekitar rumah,” perintah Harrison. “Aku juga ingin ada penjaga di setiap pintu masuk. Jangan biarkan siapa pun masuk tanpa izin.”
Ares mengangguk, mencatat semua perintah Harrison. “Aku juga akan menghubungi beberapa kontakku untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Iron Mask. Kita harus tahu gerakan mereka selanjutnya.”
Harrison mengangguk, merasa sedikit lebih tenang. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tahu ancaman ini belum berakhir.
***
Di luar, seorang pria misterius mengamati kediaman Noah dari kejauhan. Ia berbicara melalui ponsel dengan nada rendah.
“Mereka terlihat waspada,” lapornya. “Apa langkah selanjutnya?”
Suara di ujung telepon terdengar dingin dan penuh perhitungan. “Kita tunggu sampai hari pernikahan. Saat itu, mereka akan lengah, dan kita akan bergerak. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana.”
Pria itu mengangguk sebelum mengakhiri panggilan. Ia terus mengamati rumah besar itu dengan tatapan tajam, menunggu momen yang tepat untuk bertindak.
***
Di dalam rumah, Hawa duduk di ruang tamu bersama Harrison. Setelah memastikan Emma sudah tertidur dengan tenang, mereka akhirnya memiliki waktu untuk berbicara berdua.
“Mas Harrison, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Hawa pelan.
Harrison menatapnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Ella dan ibunya, Victoria, mereka nggak hanya ingin Emma. Mereka ingin menghancurkan aku. Victoria adalah salah satu ketua mafia terkuat, dan dia nggak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia mau.”
Hawa terdiam, mencerna informasi itu. “Jadi, ini bukan hanya tentang Emma? Ini tentang balas dendam?”
Harrison mengangguk. “Benar. Dan aku nggak akan membiarkan mereka menang. Aku akan melindungi kamu dan Emma, apa pun yang terjadi.”
Hawa meraih tangan Harrison, menggenggamnya erat. “Aku percaya sama kamu. Tapi ingat, kamu nggak sendirian. Aku di sini untuk kamu.”
Harrison merasa hatinya hangat mendengar kata-kata itu. Ia meraih wajah Hawa, menatapnya dalam-dalam. “Aku bersyukur kamu ada di sini, Hawa. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi kalau aku kehilangan kamu.”
Mereka berdua saling menatap dalam keheningan, menemukan kekuatan dalam satu sama lain. Sebelum Hawa akhirnya pulang di antar Harrison ke kediaman Harper.
Sementara itu, di tempat lain, Ella berbicara dengan Victoria.
“Mama, aku nggak peduli apa yang harus kita lakukan. Aku mau Emma, dan aku mau Harrison kembali.”
Victoria tersenyum dingin. “Kalau itu yang kamu mau, kita akan mendapatkannya. Pernikahan itu akan menjadi kesempatan emas kita untuk menghancurkan mereka.”
Bersambung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hi semuanya, jangan lupa like dan komentarnyanya.
Terima kasih.