mengagumi Idola, hingga jatuh cinta dan ternyata gayung itu bersambut.
bagaimana rasanya.???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisetsuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehebohan Meri saat sarapan.
Tiga puluh menit kemudian Yuan keluar dari kamar mandi, di lihatnya Meri sibuk dengan ponselnya.
"ku kira kau masih tertidur." ucap Yuan.
"aku belum ingin mati di tangan para tuan muda itu." ucap Meri.
"hahaha, tidak mungkin mereka membunuhmu tanpa alasan." Yuan menanggapi ucapan Meri.
"jika mereka tahu kau keluar kamar sendiri, nyawaku bisa melayang." ucap Meri sambil berjalan masuk kamar mandi.
Yuan hanya tersenyum menanggapi celotehan sahabatnya.
Beberapa waktu kemudian terdengar pintu di ketuk oleh seseorang, Yuan segera mendekati pintu dan membukanya.
Betapa terkejutnya dia saat membuka pintu, seseorang berdiri di depannya.
"selamat pagi nona manis, bagaimana kabar anda hari ini.?" sapa Alen ketika mengetahui Yuan membuka pintu.
"ALEEN.?! kapan kamu tiba.?" Yuan terkejut namun terlihat bahagia.
Alen menekuk lututnya untuk dapat sejajar dengan wajah Yuan.
"haiy bagaimana kabarmu.?" ucap lelaki itu.
"aku baik, kau kapan tiba.? kenapa tidak memberi tahu aku." jawab Yuan sekaligus memberi pertanyaan kepada lelaki itu.
"kami tiba semalam dan aku tidak ingin menganggu istirahatmu, bagaimana apakah sudah siap untuk sarapan.?" tanya Alen kemudian.
"tentu saja, aku sudah siap tinggal menunggu Meri saja." jawab Yuan sembari menatap kearah pintu kamar mandi yang masih tertutup.
"sudah biarkan saja dia, aku akan membawamu menuju meja makan." ucap Alen sambil mendorong kursi roda Yuan.
"tunggu. MERI,, AKU PERGI DULUAN BERSAMA ALEN.!" teriak Yuan, namun tidak terdengar jawaban dari dalam.
Kedua orang itu saling memandang kemudian berjalan keluar kamar.
"terima kasih, maaf merepotkan." ucap Yuan, kemudian mereka menuju ke ruang makan.
Setibanya di meja makan, semua orang sudah berkumpul di sana. Yuan merasa tidak enak hati membuat mereka menunggunya untuk sarapan. Alen segera memposisikan kursi roda Yuan di atara tempat duduknya dan Jeano.
"maaf membuat kalian menungguku." ucap Yuan lagi.
"tidak apa apa, kami juga baru saja duduk." ucap manager Bram.
"dimana Meri.?" tanya manager Bram kemudian.
"sepertinya dia masih dikamar mandi, saat aku menjemputnya tadi, aku tidak melihat batang hidungnya." ucap Alen menjawab.
"benar benar anak itu, ya sudahlah kita mulai saja sarapannya, jika menununggu gadis, itu tidak tahu sampai kapan." ucap manage Bram.
Saat akan memulai sarapan tanpa Meri, terdengar suara Meri berteriak memanggil nama Yuan. Dan beberapa detik kemudian dia tiba di ruang makan dengan wajah cemas.
"kak Bram Yuan hilang." ujar Meri panik.
Semua orang memandang ke arah Meri dengan tatapan seperti
'apa yang sedang kau lakukan.?’
Melihat semua orang tidak ada respon dengan apa yang di katakan, Meri kembali mengulang kalimatnya.
"kok kalian diam saja, Yuan tidak ada di kamar. Dia hilang." ucapnya dengan nada masih panik.
Entah benar benar tidak melihat Yuan, atau saking paniknya hingga benar tidak melihat keberadaan Yuan yang duduk manis di samping Jeano dan Alen.
Serentak semua orang yang tadinya memandang Meri beralih memandang Yuan, begitu juga Meri yang kemudian mengikuti arah pandang semua orang.
"YUAAAAN,,, kenapa kau sudah ada di sini aku bingung mencarimu sampai ke kolong tempat tidur." ucap Meri setelah melihat keberadaan Yuan dan mendekatinya.
"kenapa kau mencariku sampai ke kolong tempat tidur, kau kira aku akan bersembunyi disana.?" tanya Yuan tanpa eksresi.
"aku kira kau terjatuh dan tergelundung ke bawah kolong, syukurlah kau tidak apa apa. Tapi kenapa kau tidak menungguku hah.?" tanya Meri sambil berkacak pinggang.
"aku sudah memberitahumu kalau aku akan akan menuju ruang makan, tapi kau tidak merespon." ucap Yuan
"kau keluar dengan siapa.? sendiri.? " tanya Meri dengan berkacak pinggang.
"dia yang menjemputku, dan karna kau terlalu lama di kamar mandi akhirnya kami meninggalkanmu." jawab Yuan dengan santai.
"kalian berdua kapan datang.?" ucap Meri, ketika melihat Alen dan Kai.
"sudahlah kau jangan bawel, cepat duduk dan makan sarapanmu." ucap manager Bram.
Jimi yang duduk di samping Jeano segera menarik tangan Meri dan menyuruhnya duduk di kursi sebelahnya yang memang kosong.
Saat sedang menikmati sarapannya, Yuan memandang ke arah Hyungga yang sedari tadi hanya diam.
“Hyungga, kenapa diam saja.? kau sedang tidak enak badan.?” tanya Yuan mentap Hyungga dengan khawatir.
“tidak, aku hanya sedang tidak mood sarapan.” jawab Hyungga.
“kenapa, kau tidak berselera dengan menu pagi ini.? apakah mau aku mintakan menu yang lain.?” Yuan menawarkan.
Yuan tidak sadar dengan kondisinya saat itu, dia lupa bahwa saat ini dia sedang duduk di kursi roda yang membuatnya tidak leluasa melakukan kegiatan apapun.
“tidak, tidak perlu. Aku bisa makan ini, kau makan saja sarapanmu.” jawab Hyungga dengan cepat.
“heiy kau lupa saat ini kau sedang menjadi pasien.” ucap Meri sedikit berbisik ke arah Yuan.
Yuan menatap ke bawah ke arah kakinya, dia baru teringat kalau kakinya belum sepenuhnya kuat untuk menopang tubuhnya.
“sudahlah kak, kau harus focus pada kesehatanmu sendiri. Jangan perdulikan kami ataupun hal yang lainnya.” ucap Jimi.
Tiga puluh menit kemudian, satu persatu dari mereka menyelesaikan sarapannya.
Setelah mereka menyelesaikan sarapan mereka, manager Bram segera meminta semua orang untuk datang keruang meeting yang semalam.
"kenapa rasanya tegang sekali ya, apakah mereka sudah tahu kebenarannya.?" tanya Meri setengah menunduk di telinga Yuan agar suaranya tak terdengar orang lain.
"entahlah, saat menemuiku di kamar tadi Alen tidak mengatakan apapun. Dia juga tidak menjawab ketika kutanya kapan mereka tiba."
Meri berbisik ke arah Ian yang duduk di sebelah kirinya.
“Ian, ada hal penting apa sih sepertinya serius sekali.” tanya Meri.
“nanti juga kakak akan tahu sendiri.” jawab Ian singkat.
“kau jangan membuatku penasaran. Semenit akan terasa seminggu jika aku sedang merasa penasaran.” jawab Meri.
“apakah ini masalah kecelakaan Yuan.?” tanya Meri lagi.
Ian tidak menjawab, hanya menatap Meri dan mengangkat kedua alisnya sebagai tanda setuju atas pernyataan Meri.
Yuan mengerutkan alisnya, dan memandang ke arah Jeano yang sedari tadi hanya terdiam mendengarkan pembicaraan mereka bertiga.
“Jeano, apakah ada hal yang kau sembunyikan dariku.?” tanya Yuan kepada pemuda itu.
“tidak. Memang apa yang aku sembunyikan darimu.?” jawab Jeano.
“lalu kenapa sepertinya pertemuan nanti menjadi sangat penting.?” tanya Yuan penasaran.
“karna ini menyangkut dirimu. Apapun hal tentang dirimu adalah sangat penting buatku, juga untuk mereka semua.” jawab Jeano.
Yuan terdiam, matanya beradu pandang dengan Jeano membuat jantungnya berdegup tidak karuan.
Meri yang melihat kedua orang itu menyela.
“apakah kau sudah mengetahui siapa pelaku yang mencelakai Yuan.?” tanya Meri penasaran.
“kalian akan tahu nanti.” jawab Jeano sembari mengalihkan pandangannya dari Yuan, dan beranjak menuju ruang meeting.
Alen kemudian berjalan sembari mendorong kursi roda Yuan.
"Kai, kapan kau tiba kesini." tanya Meri kepada Kai yang berjalan di sampingnya.
"semalam, kami tiba sudah hampir tengah malam." jawab Kai.
"kenapa tidak mengabari kami, kau bisa mengirim pesan kepadaku kan.?" tanya Meri lagi.
"kami tidak ingin menganggu kalian, lagian sepertinya kalian berdua sudah tertidur pulas karna lampu kamar kalian sudah padam." jawab Kai.
"mereka sudah tahu.?" tanya Meri.
"humb." Kai hanya menjawab singkat.
Kemudian mereka memasuki ruang meeting dan duduk di kursi yang saling berhadapan di meja oval.
Meri duduk di samping kiri Yuan, yang kemudian di sampingnya ada Alen, Kai, manager Bram dan juga Jonath.
Di samping kanan Yuan ada Jeano, Ian, Jimi, Giyo, Hyungga dan juga Soni.
Meri bingung dengan posisi duduk mereka yang tidak seperti biasanya dan ada beberapa kursi kosong di depan mereka.
"kak,, kok tumben kalian tidak duduk di seberang sana.?" tanya Meri kepada manager Bram.
"akan ada orang lain yang duduk di sana." jawab manager Bram.
Masih dengan kebingungannya, namun Meri tidak ingin membahas lebih lanjut.
Beberapa menit kemudian, kakak perempuan Jeano, Jean datang bersama kedua detektive yang datang saat di rumah sakit dan dua orang petugas kepolisian setempat memasuki tempat meeting.
Bingung dengan kedatangan orang orang yang sebelumnya belum pernah di lihatnya, Yuan menatap Jeano dan juga Alen.
Yuan berfikir kedua orang ini pasti mengenal siapa mereka. Namun kedua orang yang di pandangannya, tidak merespon tatapan bingung dari Yuan.