Pernikahan yang di awali dengan perjodohan memang tidak banyak yang endingnya bahagia. Hal ini yang di alami oleh Nur Azizah, bahkan di usia nya yang baru menginjak usia ke 25 tahun dia harus menjadi seorang single parent alias janda.
"Maaf Zah.." ucap Raka Abdillah yang tak lain adalah suami dari Azizah.
"Kenapa kamu tega sekali melakukan ini pada ku Mas.."
Bagaimana kehidupan Azizah setelah di ceraikan oleh suami nya, dan fakta apa saja yang Azizah ketahui tentang suami nya selama ini? Ikuti terus karya terbaru author ya Readers...jangan lupa dukungannya selalu 🥰☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ny.Irawana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14 Abian Al Rafa Rajendra
Azizah berjalan dengan gontai setelah keluar dari ruangan Pak Bram. Karena ada beberapa berkas yang harus dia tandatangani tadi sehingga membuat wanita itu keluar belakangan dari ruangan Pak Bram. Kalau Raka dan Rania sudah keluar lebih awal tadi, terlebih tadi Rania sangat emosional sehingga membuat Raka segera membawa istri nya keluar dari pada nanti nya Rania membuat kekacauan di sana.
Sebenarnya tidak hanya Raka dan Rania saja yang terkejut dengan isi surat wasiat almarhum mertua nya itu, Azizah sendiri sampai detik ini masih tidak percaya dan menyangka jika hampir seluruh harta kekayaan almarhum mertua nya jatuh ke dia dan Rizky.
"Pah...Mah....Zizah justru takut jika apa yang kalian berikan pada Zizah kelak akan menjadi petaka untuk Zizah dan Rizky," gumam Azizah sambil menghela nafas.
Srek,
Tiba - tiba tangan Azizah di cekal kuat oleh Raka saat wanita itu baru saja tiba di parkiran.
"Ah...." desis Azizah karena cengkraman kuat Raka yang begitu terasa ngilu di pergelangan tangan nya.
"Dasar wanita licik kamu ya Zah, jadi ini tujuan asli mu menikah dengan ku hah ! menguasai seluruh harta kekayaan keluarga ku iya!" bentak Raka sambil mempererat cengkraman tangan nya.
"Lepas mas, kamu tidak ada hak lagi untuk menyentuh ku. Ingat kita bukan mahram lagi," ucap Azizah sambil berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Raka.
Bukan nya melepaskan cengkraman nya Raka justru memperkuat cengkraman nya sampai pergelangan tangan Azizah berubah menjadi merah. Tangan Raka yang satu nya lagi pun tidak tinggal diam, dia arahkan ke dagu sang mantan istri dan menekannya kuat.
"Ingat ya Zah, aku ngga akan tinggal diam dengan apa yang sudah kamu lakukan pada ku, ingat itu!"
Setelah mengatakan hal itu Raka langsung menghempaskan Azizah begitu kuat sehingga membuat tubuh ringkih Azizah terjatuh. Rania yang melihat itu semua hanya tersenyum sinis ke arah Azizah sebelum dia berlalu menyusul sang suami yang sudah pergi begitu saja.
Azizah memandang sendu ke arah dua orang yang paling toxic dalam kehidupan nya itu. Sedetik kemudian dia memejamkan mata nya sambil beristighfar guna meredam suasana hati nya yang sedikit bergeming tadi.
"Aku tidak melakukan apa pun mas.." gumam Azizah sambil berusaha untuk berdiri.
Saat Azizah sedang berusaha untuk berdiri tiba - tiba ada seorang laki - laki yang mengulurkan tangan nya hendak membantu Azizah berdiri.
"Anda tidak apa - apa nona.." ucap laki - laki itu sambil mengulurkan tangan nya.
Tanpa menatap wajah sang laki - laki itu Azizah berdiri sendiri dengan bantuan badan mobil yang kebetulan tidak jauh dari dia jatuh saat ini dan mengabaikan uluran tangan laki - laki itu.
"Saya tidak apa - apa ..."
"Dasar orang aneh...mau dibantu palah main pergi begitu saja," gumam laki - laki itu sambil melihat punggung Azizah yang berlalu pergi begitu saja dari hadapannya.
**
"Bunda....semoga saja dagangan kita hari ini laris manis lagi seperti kemarin," kata Rizky yang penuh semangat sambil membantu Azizah menata dagangan nya.
Setelah pulang dari kantor pak Bram, Azizah langsung menuju ke bazar, karena hari ini adalah hari terakhir acara tersebut maka wanita itu menyiapkan dagangannya dalam porsi yang lebih banyak lagi. Dan benar saja baru saja Azizah menyiapkan dagangannya stand dia langsung di serbu oleh para pembeli.
Tidak sampai dua jam jualan Azizah sudah ludes terjual semua nya sehingga membuat seorang anak kecil harus menelan kekecewaan.
"Aunty....mochi nya sudah habis ya?" tanya bocah laki - laki blasteran indo-arab yang tak lain adalah Kaivan.
"Eh...kamu bukannya yang kemarin ya?"
"Iya Aunty.." jawab bocah itu dengan senyum manis nya.
"Kamu mau minta mochi bunda ku lagi ya?" kali ini Rizky yang bertanya pada bocah yang usia nya sama dengan nya itu.
"Ngga...kali ini aku bawa uang kok, jadi aku mau beli mochi nya aunty. Tapi sayang mochi nya palah sudah habis."
"Oh....kirain kamu minta gratisan lagi."
"Rizky...ngga boleh bilang seperti itu, ngga baik sayang..." tegur Azizah dengan begitu lembut.
"Ehm...iya maaf bunda.."
Azizah tersenyum sambil mengusap rambut sang anak. Kemudian dia berjongkok menyamakan tinggi nya dengan Kaivan.
"Maaf ya anak ganteng, mochi nya sudah habis.."
"Yah...padahal Kai udah bawa uang banyak lho untuk beli Mochi nya Aunty."
"Tapi sayang nya mochi aunty sudah habis sayang, gimana dong...ehm, kalau ngga kamu beli mochi di stand yang lain saja ya?"
"Ngga mau Kai mau nya mochi aunty saja. Ngga mau yang lain, soal nya mochi nya aunty enak banget terus aunty nya juga cantik.."
"Eh..." Azizah sedikit kaget saat bocah kecil itu mengatakan hal seperti itu.
Hmmm
"Maaf mba jika anak saya kurang sopan," ucap seorang laki - laki yang tiba - tiba berdiri di belakang Kaivan.
Azizah yang mendengar suara bariton khas laki - laki dewasa itu, langsung mendongakkan wajah nya.
Deg,
"Bukankah dia wanita yang aku temui di parkiran tadi," batin laki - laki itu yang tak lain adalah Daddy nya Kaivan yang bernama Abian Al Rafa Rajendra.
Azizah tersenyum tipis ke arah laki - laki berusia tiga puluh tahun itu," tidak apa - apa pak, nama nya juga anak kecil. Tapi maaf sepertinya anak bapak tidak bisa menikmati Mochi nya karena jualan saya sudah habis sejak tadi."
Abian hanya mengangguk sebagai tanda kalau dia mengerti dengan apa yang Azizah maksud. Namun ada hal yang mengganjal di hati nya, kenapa wanita yang berada di depan nya itu tidak mengenal nya padahal mereka kan baru saja bertemu sekitar tiga jam yang lalu.
"Apa dia tidak mengenali ku?" tanya Abian pada diri nya sendiri di dalam hati.
"Dad...."
"Eh iya ada apa boy..."
"Kai pengen makan Mochi..." rengek bocah tiga tahun itu.
"Ya sudah kita beli mochi di tempat lain saja ya, di sini sudah habis terjual semua nya sayang. Tadi Daddy sempat lihat kalau di sana ada stand yang menjual mochi beraneka rasa juga."
"No...Kai tidak mau makan mochi selain buatan aunty mochi ini," sungut Kai. Tak lupa bibir anak itu sudah mengerucut khas anak kecil yang sedang ngambek.
Abian merasa bingung, jika anak nya sudah seperti itu bakal susah untuk membujuk nya. Orang yang biasa membujuk anak nya jika sedang tantrum entah dimana sekarang.
Azizah yang merasa iba melihat Abian kesusahan untuk merayu Kaivan akhir nya membuka suara nya," ehm...begini saja pak, bagaimana jika saya buatkan Mochi nya. Kebetulan di rumah masih ada bahan untuk membuat mochi nya. Dan kebetulan juga rumah saya tidak berada di belakang kampus ini. Setelah mochi nya jadi nanti saya antar ke sini lagi," tawar Azizah yang langsung membuat wajah Kaivan sumringah.
"Kai ikut aunty buat ya..ma Daddy juga.."
"Eh...."