NovelToon NovelToon
Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintamanis / Murid Genius / Angst
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: yellowchipsz

Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.

Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.

Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Susu Cokelat Kesayangan Nenek

...٩꒰。•‿•。꒱۶...

...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...

...© Yellowchipsz...

...—Tetaplah indah meski bibirmu tak dianugerahi kata, karena hatimu lebih berkata.—...

...꒰˘̩̩̩⌣˘̩̩̩๑꒱♡...

*Note: Kalimat langsung "miring & tebal" : sebagai percakapan menggunakan bahasa isyarat.

...🌧️⛈️🌧️...

Kepada hujan yang menyembuhkan tandus bumi, Dikta tidak bisa mengontrol badai amarah yang tengah merajai hati laranya.

Ada satu kepuasan ketika Dikta berjaya menjatuhkan badan Lingga terus-terusan. Namun, rasanya tidak cukup ketika Dikta teringat senyuman tulus abangnya yang tidak pernah berbuat keji pada makhluk mana pun, bahkan dengan sehelai daun saja ... sosok Dirham akan menyentuhnya dengan hati-hati. Dirham hanya akan murka jika Dikta atau nenek disakiti/dihina oleh orang lain.

Derai hujan menjadi saksi atas perkelahian gila antara dua bintang kelas itu.

Sebagai wali kelas 12 IPA 2, pak Satria datang lebih cepat memasuki kelas anak-anak badung tersebut.

"Dikta!!!" marah pak Satria yang datang diikuti Puri. Dia berusaha menahan badan Dikta yang terus menyerang Lingga.

"Lepas, Pak!" ronta Dikta tidak ikhlas, darah di bibirnya akibat pukulan Lingga pun tak ia rasa, "Lingga udah berani menghina bang Dirham!!!"

"Sabar, Dikta!" mohon pak Satria yang sedih mendengar kemarahan Dikta yang ternyata berhubungan tentang Dirham, "Abangmu akan sedih melihatmu begini!"

"Abang saya udah nggak ada dan nggak akan bisa marahin Lingga! Makanya saya yang masih hidup ini berguna untuk membalas Lingga yang kurang dihajar!" murka Dikta sampai napasnya senak.

Murid-murid dari kelas lain sangat geger menonton perkelahian itu. Hal tersebut membuat Dikta menyadari jika dia makin menjadi pusat atensi.

Mengincar pandangan ke bagian pintu kelas, tubuh Dikta langsung berubah kaku saat menyaksikan kehadiran siswi populer dari kelas 12 IPA 1. Sosok itu … yang diduganya sebagai Nona Ikan Guppy. Masih dugaan!

Tentu, bukan cuma Dikta yang menjadi bahan lirikan. Kehadiran siswi imut dengan tampilan poni gorden tersebut berhasil membuat murid-murid cowok lainnya bergelora.

Dikta mendadak kehabisan energi di genggaman pak Satria, berpikiran mungkin gadis itu akan kecewa padanya.

Ada Saila? batin Dikta tertangkap basah.

Dikta malu, tapi diiringi harsa yang menggebu karena kehadiran gadis itu.

Gadis tersebut semula tampak berlinang usai menyaksikan perkelahian itu. Berikutnya, dia malah melemparkan senyuman semangat ke arah Dikta.

Memalingkan wajah segera Dikta lakukan untuk menyembunyikan mukanya yang lecet dan kacau. Napas masih tidak beraturan meski tubuhnya sudah lebih tenang. Senyuman dari gadis itu seolah menjadi obat untuk batin Dikta.

"Ke kantor!" marah pak Satria pada Dikta.

Lingga yang tumbang hanya bisa meringis kesakitan luar biasa pada lengan kirinya, rasanya ada bagian kerangka yang bergeser.

Guru lainnya membantu Lingga berdiri, sampai petugas PMR (Palang Merah Remaja) turun tangan untuk membawa Lingga ke klinik sekolah.

...٩꒰ ˘ ³˘꒱۶\~♡...

13.15

—Berawan. Hujan telah bersembunyi. ☁️

Tampak rumah asri yang cukup luas bertaburan bunga Calla Lily putih yang bermakna kelahiran kembali atau kesucian. Di bagian belakang rumah itu terdapat pemandangan seni dunia yang elok, yaitu bentangan air asin membiru yang dikunjungi para insan pemburu rekreasi—pantai.

Seorang wanita tua anggun dan prasaja sedang bersemangat menyelesaikan rajutan cantik di depan teras rumahnya yang adem. Keseluruhan rambutnya sudah memutih, tapi tidak melunturkan kecantikannya. Saat ini dia berkutat dengan rajutan membentuk kuda laut. Itulah aktivitasnya selain menanti cucu kesayangannya pulang dari sekolah.

Tak lama dari itu, terdengar suara mesin motor yang tak asing baginya. Dia mengusap alat bernama hearing aid yang terpasang di kedua telinganya, alat bantu dengar yang selalu dia pakai saat tidak tidur. Wanita itu adalah penyandang disabilitas—tuli-bisu.

"Ta-ta!" sambut wanita tua itu agak gagu. Hanya itu kata yang cukup jelas ia ucapkan untuk memanggil cucunya yang baru saja memarkirkan Belly—sang motor di pekarangan. Selain kata 'Tata', dia tidak percaya diri mengucapkannya karena terdengar kurang jelas, maka bahasa isyarat yang menjadi keahliannya.

Ruwet memenuhi air muka Dikta diiringi gemetar tubuh. Wujud Dikta benar-benar dalam keadaan kusut masai. Dia enggan untuk melepas helm, takut ketahuan sudah melakukan hal yang mungkin akan membuat marah wanita itu, tak lain adalah neneknya sendiri—Lily Gardenia.

Nenek Lily adalah ibu dari mamanya Dikta. Sejak kecil, Dikta sudah tinggal dengan nenek bersama abangnya karena kedua orang tua Dikta sudah meninggal sejak Dikta berumur 6 tahun.

Biasanya Dikta akan bersorak heboh dan memeluk neneknya saat pulang dari sekolah. Namun, kali ini dia merasa tidak layak. Dikta masih bertahan menutupi mukanya dengan helm sampai membuat sang nenek keheranan.

Nenek memulai aksinya untuk berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Tangannya bergerak indah menyampaikan kata dengan gestur spesial.

"Tata, kenapa seragammu berantakan? Kenapa helmnya tidak dilepas?" tanya nenek cemas.

Dikta masih bungkam dan pasrah ketika neneknya perlahan melepaskan helm yang dikenakannya.

Betapa terlukanya hati nenek saat melihat wajah Dikta penuh belah-belah kecil.

"Tata, kamu berkelahi lagi?! Apa kamu menolong murid teladan yang diganggu murid berandal di sekolah seperti waktu dulu?" tanya nenek membahas masa lalu Dikta saat menduduki kelas sepuluh. Nenek mengusap lembut ujung bibir Dikta yang berdarah.

Tangan Dikta gemetaran memegang surat panggilan untuk wali murid. Ya, usai berkelahi dengan Lingga di sekolah, Dikta mendapatkan surat panggilan itu, termasuk Lingga.

"Bukan, Nek," ucap Dikta diiringi bahasa isyarat untuk membalas pertanyaan nenek, "masalahnya berbeda."

Nenek menangis karena terlalu khawatir. "Apa yang terjadi dengan Susu Cokelatku ini? Apa kamu mematahkan lengan musuhmu lagi, Sayang?"

"Kali ini ...," ujar Dikta bergetar, "aku menyakiti lengan sahabatku sendiri, Nek."

"Maksudmu???" tanya Nenek makin panik.

"Lingga, Nek," jawab Dikta mencoba jujur dengan mata memerah, menahan bulir bening yang mendesak nyeri. Masih saja dia menganggap Lingga sebagai sahabat setelah semua prahara yang terjadi.

Nenek menganga sedih mendengarnya. Sudah lama nenek tidak mengetahui kabar tentang Lingga.

Sejujurnya, nenek rindu Lingga bermain ke rumah ini, tapi semua itu sudah lama sekali. Terakhir Lingga main ke sini saat kelas sepuluh semester dua. Setelah keributan antara Dikta dan Lingga terjadi, Lingga jauh dari jangkauan.

"Nenek boleh memarahiku, tapi Lingga benar-benar membuatku sakit hari ini," ungkap Dikta yang berjalan cepat masuk ke dalam rumah, meninggalkan neneknya yang masih mematung di teras.

Dikta berlari menaiki anak-anak tangga kecokelatan. Dia berjalan menuju perpustakaan pribadi tempat abangnya dulu sering bercengkerama dengan ratusan buku.

Sesampainya di taman pustaka, jantung Dikta merenyut lebih dahsyat. Tas sekolahnya terjatuh. Suasana di sini benar-benar mengingatkannya dengan sosok Dirham. Hanya tinggal potret Dirham tampan di sana, yang mengenakan seragam pelaut dengan pin nama Radirham Marva.

Dulu, setiap Dirham sedang libur dari tugas berlayar, pasti Dirham akan menghabiskan banyak waktu di perpustakaan ini. Sekarang semuanya hampa. Dirham sudah meninggalkan Dikta untuk selamanya sejak Dikta masih duduk di bangku kelas 11.

Dirham meninggal setelah menjalani tugas sebagai kapten, dia memendam sakit hingga meninggal di atas kapal yang berlabuh. Duka itu benar-benar menghancurkan Dikta yang baru mengetahui jika abangnya menderita kanker hati stadium akhir.

Atensi Dikta berikutnya tertuju pada buku berharga milik abangnya yang berada di atas meja. Buku itu ..., buku yang membuat Lingga marah padanya. Jemari Dikta menyentuh tulisan timbul pada bagian sampul buku, yaitu BUKAN MALAIKAT HUJAN.

Gemetar.\~

Dikta tidak bisa lagi berlagak tangguh. Dia bebas di sini. Ini rumahnya, tidak ada yang bisa menghakiminya meluap kenestapaan.

Sesaknya dada Dikta tiba-tiba, tidak bisa digambarkan dengan imaji. Dikta ingin jujur pada Semesta bahwa dia merasa hidupnya terbagi-bagi. Seperti ada sosok dirinya berada di dunia yang berbeda, tapi semua itu samar. Hal itu juga terlalu gila jika disampaikan ke orang lain.

Apakah neneknya akan percaya jika Dikta mengatakan bahwa isi buku Bukan Malaikat Hujan tulisan abangnya itu adalah kejadian nyata di dimensi lain?

Bagi Dikta, abangnya adalah orang paling jujur sedunia. Semua yang dikatakan abangnya adalah kebenaran dan Dikta selalu percaya. Saat dulu sosok Dirham pernah berbohong satu kali, Dirham akan menampar dirinya sendiri sampai Dikta menangis.

Bukan sembarangan Dikta membenarkan perasaannya tentang dimensi lain. Semua itu karena perkataan abangnya yang sudah menyaksikan sendiri dunia itu tanpa mengajak Dikta. Bagi Dirham ... dunia lain itu terlalu berisiko.

Namun, betapa kesalnya Dikta karena sang abang melarangnya untuk membaca bab terakhir buku Bukan Malaikat Hujan.

Ada apa dengan bab terakhir? Mengapa Dikta tidak boleh menuntaskan bacaannya?

Apa gue intip aja bab terakhir bukunya? batin Dikta tergiur ingin melanggar janji.

Bersambung ... 👑

1
Ichacha
Huwaaa ada apa ini😭😭😭😭
Ichacha
Gimana si maksudnya gak ngerti 😭😭
Ichacha
Oh aku ngerti, Mamanya Saila mirip ya sama mamahnya Dikta🥺🥺
Ichacha
Kenapa, ada apaa😭😭😭
Ichacha
Kebayang banget gue mukanya Lingga gimana 😭 Ngakak bangett 😭😭😭
Ichacha
Nah iya tuh, Saila🤣🤣🤣🤣🤣
Ichacha
Ehhh jangannn😭😭😭Nakal banget itu tangannya 😭🫵🏻
Ichacha
Susu Dikta katanya, Ahahahaha ngakak banget guee😭😭😭😭😭😭😭🫵🏻
Ichacha
Saila, apaan sih kamu, enggak😔
Ichacha
Makasih banget yg udah memberi keajaiban ini, Mahluk atau pun itu ke Lingga, dia baik banget 😭
Ichacha
Yeyyy akhirnya baikan🥹🥹, kamu beneran masih hidup Lingga🥹😭
Ichacha
Itu Keajaiban, ada Mahluk yg memberi keajaiban itu ke Lingga, aku yakin🥹 Makasih banget pokoknya 🥹😭
Ichacha
INI BAIKAN YA BENERANN😭😭🥹
Ichacha
Sabar Ta, sebentar lagi Lo bakalan pacaran kok sama Saila Nona ikan Guppy 😆😌
Ichacha
Ini beneran Lingga, gak ada nyamar atau pun masuk ke badan lingga, udah jelas banget ada seseorang atau mahluk yg udah berikan keajaiban itu ke Lingga, aku yakin 🥺🥺🥹😭😭
Ichacha
Ngakak banget 😭 lagian aneh banget kok tiba-tiba bisa sehat gitu gimana caranya 😭😭😭
Ichacha
Ya ampun, aku ngakak banget 😭😭😭😭😭🫵🏻
DIBA V☔💧🌧️
MOMMMMM LAGI LAGI LAGI 👻👻👻🥟🥟🥟🥟😭😭😭😭
DIBA V☔💧🌧️
AKU AUTO NGIBRITTTTT KE RUMAH TETANGGAAA 😭😭😭😭😭😭😭💥💥💥💥💥💥
DIBA V☔💧🌧️
alhamdulillah EHHHHHH😭😭😭😭😭😭💫💫💫💫💫💫 ini siapa yg sendawa??????????
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!