Update Sebulan Sekali (Opsional)
Local Galactic Group, dimensi yang menjadi ajang panggung pertarungan para dewa dalam siklus pengulangan abadi. Noah, Raja Iblis pertama harus menghadapi rivalitas abadinya, Arata, Dewa Kegilaan akan tetapi ia perlahan menemukan dirinya terjebak dalam kepingan-kepingan ingatan yang hilang bagaikan serpihan kaca. The LN dewa pembangkang yang telah terusir dari hierarki dewa. Mendapatkan kekuatan [Exchange the Dead] setelah mengalahkan dewa Absurd, memperoleh kitab ilahi Geyna sebagai sumber kekuatan utama.'Exchange the Dead' kemampuan untuk menukar eksistensi dan mencabut jiwa sesuka hati, mampu menukar kematian ribuan kali, menjadikannya praktis tak terkalahkan menguasai kitab ilahi Dathlem sebagai sumber kekuatan tambahan menciptakan makhluk-makhluk rendah dengan satu bakat sihir sebagai perpanjangan kekuasaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aturan Baru Konsekuensi Besar
Noah, dan Lera melintasi portal dimensional menuju - dunia Lifarhine tempat The Creator kedua kali memulai penciptaan sistem yang baru. Air laut yang berwarna keunguan berpendar lembut, menciptakan pemandangan yang menenangkan sekaligus misterius.
"Tempat ini..." Noah memandang sekelilingnya. Vianemur dalam genggamannya beresonansi dengan energi air di sekitarnya.
"Lifarhine," Lera menjelaskan. "Dunia kedua dibawah dimensi Sea Abyss yang diciptakan The Creator dalam sistem baru. Di sinilah semua berawal - dunia yang tersebar luas awalnya adalah struktur dari Dimensi Sea Abyss."
Mereka berjalan di atas permukaan air yang padat seperti kristal. Cahaya dari tubuh mereka menciptakan panorama yang memukau.
Dari kedalaman Sea Abyss, sebuah pilar cahaya keemasan muncul, menembus permukaan air. Sosok The Creator perlahan menampakkan diri - tidak dalam wujud fisik, tapi sebagai energi murni yang berpendar.
"Noah," suara The Creator bergema dalam pikiran mereka. "Kau telah menemukan Vianemur."
"Ya," Noah menggenggam pedang peraknya. "Tapi saya masih mencari Venuszirad."
"Venuszirad tidak hilang," The Creator menjawab. "Ia hanya tertidur, menunggu pemiliknya yang telah berubah."
"Apa yang harus saya lakukan untuk menemukannya kembali?"
Cahaya The Creator berpendar lebih terang. "Vianemur akan membimbingmu dalam perjalanan ini - kesadarannya terbagi dengan mahkluk Lehfilma panggil saja. Kunjungi setiap dunia dan dimensi yang telah kuciptakan. Di setiap tempat, ada pecahan jiwa Venuszirad yang harus kau temukan dan pahami."
"Pecahan jiwa?" Lera bertanya.
"Ya. Lakukan perjalanan dan bersabarlah, Venuszirad tidak hancur - ia bersemayam di suatu tempat."
Noah menatap Vianemur yang berkilau. "Dan pedang ini akan menunjukkan jalannya?"
"Vianemur adalah kompas spiritualmu," The Creator menjelaskan. "Tapi ingat, Noah - kekuatan sejati tidak terletak pada pedang, tapi pada pemahaman yang kau dapatkan dalam perjalanan mencarinya."
"Saya mengerti," Noah mengangguk. "Ke mana saya harus pergi pertama kali?"
"Mulailah dari dunia yang kau pijak itu, " The Creator menjawab.
Lehfilma dalam wujud Vianemur berbicara, "Kami akan menemaninya dalam perjalanan ini."
"Ya," The Creator setuju. "Tapi ingat, setiap ujian adalah milik Noah sendiri. Kalian hanya bisa membimbing, tidak bisa mengambil alih pertarungannya."
"Saya siap," Noah menggenggam Vianemur dengan mantap.
"Kalau begitu, pergilah," The Creator memberi restu. "Temukan Venuszirad dan tunjukkan padaku jangan ulangi kesalahanmu dulu akan ada aturan baru yang harus kau patuhi."
Cahaya The Creator mulai meredup, kembali ke kedalaman Sea Abyss. Namun sebelum menghilang sepenuhnya, suaranya terdengar sekali lagi:
"Dan Noah... kali ini, gunakan kekuatanmu dengan bijak. Karena dalam sistem yang baru ini, setiap pilihan memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar dari sebelumnya."
Dengan itu, Noah, Lera, bersama pedang Vianemur memulai perjalanan mereka menuju dunia Liferhaine, langkah pertama dalam pencarian.
Saat mereka melintasi portal menuju dunia Liferhaine, pemandangan berubah drastis. Tidak ada lagi air berkilau, digantikan oleh padang rumput luas dengan pohon-pohon raksasa yang menjulang hingga menembus awan. Daun-daun keemasan berkilau ditimpa cahaya dua matahari yang menggantung di langit berwarna merah muda.
"Liferhaine," Lera memandang takjub. "Dunia kehidupan abadi."
"Tempat ini..." Noah menggenggam Vianemur lebih erat saat merasakan getaran aneh dari pedangnya. "Ada sesuatu yang familiar."
"Tentu saja," suara Lehfilma terdengar dari Vianemur. "Liferhaine adalah tempat di mana The Creator pertama kali menciptakan konsep kehidupan dan kematian. Di sini, batas antara keduanya sangat tipis."
Mereka berjalan menyusuri padang rumput, mengikuti arah getaran Vianemur yang semakin menguat. Bunga-bunga berwarna perak bermekaran di sekitar langkah mereka, mengeluarkan aroma manis yang menenangkan.
"Lihat itu," Lera menunjuk ke arah sebuah pohon raksasa yang berbeda dari yang lain. Batangnya berwarna putih mengkilap, dengan sulur-sulur energi keemasan yang melilit ke atas.
Noah melangkah mendekat. Vianemur bergetar semakin kuat dalam genggamannya.
"Pohon Kehidupan," Lehfilma menjelaskan. "Salah satu manifestasi kekuatan The Creator yang tertua."
Saat Noah semakin mendekat, sesuatu mulai muncul dari dalam batang pohon - sosok seorang wanita yang terbuat dari energi murni.
"Selamat datang, Noah," suara wanita itu terdengar seperti gemerisik daun. "Aku adalah Elhaine, penjaga Pohon Kehidupan."
"Apa yang harus kulakukan di sini?" tanya Noah.
"The Creator mengirimmu untuk belajar," Elhaine tersenyum. "Dan pelajaran pertamamu adalah tentang nilai sebuah kehidupan. Dulu kau menggunakan Venuszirad untuk menghancurkan. Kali ini, kau harus memahami bagaimana melindungi."
Tiba-tiba, langit berubah gelap. Dari kejauhan, terdengar raungan mengerikan.
"Para hewan Devourer," Elhaine menatap ke kejauhan. "Mereka datang untuk memakan energi kehidupan dari Liferhaine. Tunjukkan padaku, Noah - apakah kau akan menggunakan Vianemur seperti kau menggunakan Venuszirad dulu?"
Noah menatap pedang di tangannya, kemudian memandang ke arah monster-monster kegelapan yang mendekat. Kali ini, dia harus membuat pilihan yang berbeda.
Ujian pertamanya di Liferhaine telah dimulai.
Para hewan Devourer mendekat dengan cepat - makhluk-makhluk kegelapan berbentuk naga, dengan sayap hitam dan mata merah menyala. Energi kehidupan di sekitar mereka tersedot, membuat bunga-bunga perak layu dan rumput menghitam.
Noah menggenggam Vianemur erat, tapi tidak langsung menyerang. Dia teringat kata-kata The Creator tentang konsekuensi yang lebih besar dalam sistem yang baru.
"Lehfilma," Noah berbisik pada pedangnya. "Apa yang kau ketahui tentang para Devourer ini?"
"Mereka adalah makhluk keseimbangan," suara Lehfilma menjawab. "Diciptakan untuk mengontrol energi kehidupan agar tidak berlebihan. Tapi sekarang mereka kehilangan kendali."
Noah memperhatikan gerakan para Devourer dengan seksama. Di tengah kegelapan yang mereka pancarkan, dia melihat sesuatu - titik-titik cahaya kecil yang berpendar di dada mereka.
"Inti kehidupan," Elhaine menjelaskan, seolah membaca pikiran Noah. "Bahkan makhluk penghancur memiliki cahaya kehidupan dalam diri mereka."
Noah mengangguk paham. Dia mengangkat Vianemur, tapi bukan untuk menyerang. Pedang itu mulai bercahaya dengan energi keperakan yang hangat.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Lera.
"Mencoba cara yang berbeda," Noah menjawab. Dia mengarahkan Vianemur ke Pohon Kehidupan, membiarkan energi pedang itu mengalir ke sulur-sulur keemasan.
Seketika, sulur-sulur itu bercahaya lebih terang. Energi kehidupan murni memancar ke segala arah, membentuk kubah pelindung yang mengelilingi area itu.
Para Devourer menabrak kubah itu, tapi tidak bisa menembusnya. Lebih dari itu, cahaya dari kubah mulai mempengaruhi mereka. Titik-titik cahaya di dada mereka berpendar semakin terang.
"Mereka tidak perlu dihancurkan," Noah berkata pelan. "Yang mereka butuhkan adalah keseimbangan."
Perlahan, para Devourer mulai berubah. Kegelapan yang menyelimuti mereka memudar, digantikan oleh sisik keperakan. Mata merah mereka melembut menjadi keemasan.
"Kau memahami esensi sejati dari kekuatan," Elhaine tersenyum. "Bukan untuk menghancurkan, tapi untuk mentransformasi. Untuk menyembuhkan."
Dari tubuh para Devourer yang telah berubah, serpihan energi keemasan mulai berkumpul. Mereka melayang ke arah Noah, bersatu membentuk sebuah kristal kecil yang bercahaya.
"Pecahan itu, simpanlah pasti ada sesuatu dibalik nya," Elhaine menjelaskan. "Aspek Penyembuhan. Simpan dan pahami maknanya."Noah menerima kristal itu.
"Ke mana selanjutnya?" tanya Lera.
"Dunia Rabigerion ," suara Lehfilma menjawab dari Vianemur. "Di sana, bergegas."
"Semoga keberuntungan ada padamu Noah." Doa Elhaine.
Noah mengangguk, menggenggam kristal pertama dengan hati-hati. Satu langkah telah dilalui, namun perjalanan masih panjang. Dan kali ini, dia akan menempuhnya dengan pemahaman baru tentang arti sejati dari kekuatan.
Mereka memasuki portal menuju Rabigerion - dunia yang diselimuti kabut kemerahan dan udara yang terasa berat oleh energi magis. Kristal-kristal raksasa menjulang tinggi, memantulkan cahaya dalam spektrum warna yang memukau.
"Rabigerion," Lera memandang sekeliling dengan waspada. "Tempat di mana The Creator menyegel kekuatan-kekuatan kuno yang terlalu berbahaya untuk dibiarkan bebas."
Noah merasakan Vianemur bergetar lebih kuat dari sebelumnya. Kristal yang dia dapatkan dari Liferhaine juga mulai bercahaya, seolah beresonansi dengan energi di sekitar mereka.
"Hati-hati," Lehfilma memperingatkan melalui Vianemur. "Disini, batasan antara kendali dan kehancuran sangat tipis. Satu kesalahan bisa membebaskan kekuatan yang seharusnya tetap tersegel."
Mereka menyusuri jalan setapak yang terbuat dari kristal obsidian hitam. Di kanan kiri mereka, dalam kristal-kristal raksasa, Noah bisa melihat bayangan-bayangan bergerak - makhluk-makhluk dan energi yang terkurung di dalamnya.
"Mengapa The Creator menyegel mereka?" tanya Noah.
"Karena bahkan The Creator tahu ada hal-hal yang terlalu berbahaya untuk dibiarkan bebas," Lera menjawab. "Kekuatan-kekuatan yang bisa menghancurkan keseimbangan sistem itu sendiri."
Tiba-tiba, mereka mendengar suara retakan. Salah satu kristal raksasa mulai menunjukkan garis-garis pecah, cahaya merah menyala memancar dari dalamnya.
"Tidak mungkin," Lehfilma terdengar cemas. "Segel ini seharusnya tidak bisa pecah!"
"Kecuali..." Lera menatap Noah. "Kecuali ada yang memiliki kekuatan setara di dekatnya."
Noah menyadari arti kata-kata itu. Vianemur, dan mungkin juga pecahan Venuszirad yang dia bawa, telah mempengaruhi segel tersebut.
Kristal itu akhirnya pecah sepenuhnya. Dari dalamnya, muncul sosok yang terbuat dari api hitam dan petir merah - Diverxeno, salah satu kekuatan kuno yang paling ditakuti.
"Bebas..." suara mahkluk yang telah sekian lama dalam tempurung bergema seperti guntur. "Setelah sekian lama, akhirnya bebas!"
Noah mengangkat Vianemur, tapi kali ini dia ragu. Pengalaman di Liferhaine mengajarinya bahwa kekerasan tidak selalu menjadi jawaban. Tapi bagaimana menghadapi kekuatan yang memang diciptakan untuk menghancurkan?
"Noah," Lehfilma berbicara. "Ingat apa yang kau pelajari. Bahkan dalam kehancuran, ada kehidupan. Bahkan dalam kegelapan, ada cahaya."
Diverxeno melancarkan serangan pertamanya - gelombang api hitam yang membakar segala yang disentuhnya. Noah menggunakan Vianemur untuk menciptakan perisai, sementara otaknya berpacu mencari solusi.
Dia memandang kristal pecahan Venuszirad dari Liferhaine, kemudian menatap Diverxeno. Mungkin kali ini, ujiannya bukan tentang mengalahkan atau menyegel kembali - tapi tentang memahami.
Noah mengambil langkah pertama menghadapi tantangan barunya di Rabigerion, mengetahui bahwa setiap pilihan yang dia buat akan menentukan tidak hanya nasibnya, tapi juga keseimbangan sistem itu sendiri.
"Tunggu!" Noah berteriak, mengejutkan semua yang hadir termasuk Diverxeno. "Aku ingin berbicara denganmu."
Api hitam di sekitar Diverxeno berkobar lebih tinggi. "Berbicara? Dengan makhluk yang telah memenjarakanku selama ribuan tahun?"
"Bukan aku yang memenjarakanmu," Noah menjawab tenang, menurunkan Vianemur perlahan. "Dan aku ingin tahu ceritamu."
Petir merah menyambar di sekitar mereka, tapi Noah tetap berdiri tegak sihir lemah seperti itu tidak mungkin bisa melukai Noah. Kristal Liferhaine di tangannya bercahaya lembut, seolah memberikan kekuatan.
"Noah, apa yang kau lakukan?" Lera berbisik cemas.
"Mencoba memahami," Noah menjawab. "The Creator pasti punya alasan untuk setiap tindakannya."
Diverxeno tertawa getir. "Kau ingin tahu ceritaku? Baiklah." Api hitamnya membentuk imaji - gambaran masa lalu yang kelam. "Aku diciptakan sebagai penyeimbang. Ketika kehidupan tumbuh terlalu pesat, akulah yang membersihkan. Ketika ciptaan menjadi terlalu kuat, aku yang melemahkan."
"Tapi kemudian kau kehilangan kendali," Lehfilma menambahkan melalui Vianemur.
"Kehilangan kendali?" Diverxeno mendesis. "Tidak. Aku justru melakukan tugasku dengan sempurna. Terlalu sempurna hingga The Creator takut kekuatanku akan menghancurkan sistem yang ia ciptakan."
Noah mengangguk paham. "Kau seperti para Devourer di Liferhaine. Diciptakan untuk tujuan tertentu, tapi kemudian..."
"Kemudian apa?" tantang Diverxeno. "Menjadi terlalu efektif? Terlalu kuat? The Creator menciptakan kami untuk menghancurkan, lalu mengurung kami karena kami terlalu baik dalam melakukannya!"
"Mungkin bukan itu masalahnya," Noah melangkah maju. "Mungkin masalahnya adalah keseimbangan. Para Devourer belajar bahwa kehancuran bukan tujuan akhir, tapi bagian dari siklus yang lebih besar. The Creator mengurung ratusan tahun mungkin karena tidak ingin kau ditemukan oleh dewa - yang selalu menginginkan kekuatan."
Diverxeno terdiam sejenak. Api hitamnya berkobar lebih tenang. "Kau berbicara seperti seseorang yang pernah kehilangan kendali atas kekuatannya sendiri."
"Ya," Noah mengakui. "Dan aku belajar bahwa kekuatan sejati bukan tentang seberapa banyak yang bisa kau hancurkan, tapi tentang bagaimana kau bisa menciptakan keseimbangan."
Dia mengangkat kristal Liferhaine, membiarkan cahayanya menerangi kegelapan Diverxeno. "Lihat? Bahkan dalam cahaya paling terang ada bayangan, dan dalam kegelapan paling pekat ada secercah harapan."
Perlahan, sesuatu mulai berubah. Api hitam Diverxeno mulai bercampur dengan warna keemasan. Petir merahnya melembut menjadi kekuningan.
"Apa yang terjadi padaku?" Diverxeno bertanya, suaranya tidak lagi menggelegar.
"Kau menemukan keseimbangan," Noah tersenyum. "Seperti para Devourer, kau tidak perlu dikurung atau dihancurkan. Kau hanya perlu memahami tujuan sejatimu."
Dari tubuh Diverxeno yang berubah, serpihan energi kedua mulai terbentuk - kristal berwarna ungu gelap yang berpendar dengan kekuatan yang terkendali.
"Pecahan Kendali," Lehfilma menjelaskan. "Aspek kedua dari Venuszirad."
Noah menerima kristal itu, merasakannya beresonansi dengan kristal Liferhaine. "Ke mana selanjutnya?"
"Dunia Ebensijven ," Lera menjawab. "Tempat di mana waktu mengalir berbeda."
Diverxeno, yang kini lebih tenang dan seimbang, membungkuk pada Noah. "Terima kasih telah menunjukkan jalan yang berbeda. Mungkin ini yang The Creator inginkan sejak awal - bukan pengekangan, tapi pemahaman."
Noah mengangguk. Dua pecahan telah ditemukan, dan pemahaman barunya tentang kekuatan semakin dalam. Dengan Lera di sisinya dan Vianemur sebagai pemandu, dia melangkah menuju portal berikutnya.
Portal dimensi membawa mereka ke Ebensijven - sebuah dunia yang tampak seperti lukisan abstrak. Langit berpendar dalam warna-warni aurora, sementara daratan di bawah mereka seolah bergerak dalam pola-pola geometris yang terus berubah.
"Ebensijven," Lera memandang takjub. "Tempat di mana realitas dan ilusi bercampur menjadi satu."
Noah merasakan sensasi aneh saat melangkah di tanah yang bergerak. Vianemur dan kedua kristal yang dia bawa bergetar dengan ritme yang berbeda-beda, menciptakan harmoni yang ganjil.
"Di sini, persepsi adalah segalanya," Lehfilma menjelaskan. "Apa yang kau lihat mungkin nyata, mungkin juga tidak. Tergantung bagaimana kau memahaminya."
Mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang terus berubah bentuk. Di kejauhan, mereka melihat sebuah menara kristal yang menjulang tinggi - puncaknya seolah menembus langit dan menghilang dalam pusaran aurora.
"Menara Ilusi," Lera berkata. "Tempat di mana The Creator menyimpan segala kemungkinan yang tidak terwujud."
Tiba-tiba, udara di sekitar mereka bergetar. Sosok-sosok transparan mulai muncul - bayangan-bayangan dari berbagai realitas alternatif.
"Ini..." Noah terkesiap saat melihat dirinya sendiri dalam berbagai versi. Ada Noah yang memilih jalan berbeda, Noah yang gagal, Noah yang menjadi penguasa tirani, bahkan Noah yang tidak pernah menemukan Vianemur.
"Realitas paralel," Lera menjelaskan. "Di Ebensijven, semua kemungkinan ada secara bersamaan."
Salah satu bayangan melangkah maju - versi Noah yang tampak lebih gelap dan berbahaya. "Kau pikir kau sudah belajar dari kesalahanmu?" bayangan itu bertanya dengan nada mengejek. "Kau pikir kau sudah berubah?"
Noah menggenggam Vianemur erat. "Aku tahu aku sudah berubah."
"Benarkah?" bayangan itu tertawa. "Lalu mengapa kau masih mencari kekuatan? Mengapa masih mengejar Venuszirad?"
"Karena..." Noah terdiam sejenak, mencari jawaban yang tepat.
"Noah," Lehfilma berbicara melalui Vianemur. "Di sini, kebenaran dan kebohongan sama nyatanya. Yang membedakan adalah pilihanmu untuk percaya pada yang mana."
Noah menatap kedua kristal yang telah dia kumpulkan - Penyembuhan dari Liferhaine dan Kendali dari Rabigerion. Keduanya bersinar terang, mengingatkannya pada pelajaran yang telah dia dapat.
"Aku mencari Venuszirad," Noah akhirnya menjawab, "bukan untuk mendapatkan kembali kekuatan, tapi untuk memahami makna sejati dari kekuatan itu sendiri."
Bayangan-bayangan di sekitar mereka mulai bereaksi terhadap kata-katanya. Beberapa memudar, sementara yang lain menjadi lebih jelas.
"Dan menurutmu apa makna sejati dari kekuatan?" tantang versi gelapnya.
"Keseimbangan," Noah menjawab mantap. "Bukan tentang menghancurkan atau menciptakan, tapi tentang memahami kapan harus melakukan masing-masing. Seperti Diverxeno yang akhirnya menemukan tujuan sejatinya, seperti para Devourer yang belajar menjadi bagian dari siklus kehidupan."
Saat dia berbicara, kristal-kristal di tangannya mulai beresonansi dengan lebih kuat. Cahaya mereka menerangi bayangan-bayangan, membuat yang gelap memudar dan yang terang semakin bersinar.
"Dan di sinilah ujian sejatimu dimulai," sebuah suara baru terdengar. Dari puncak Menara Ilusi, sesosok figur turun perlahan - Ebenveth, penjaga realitas-realitas yang tidak terwujud.
"Untuk mendapatkan pecahan ketiga," Ebenveth melanjutkan, "kau harus menghadapi semua kemungkinan dirimu. Hanya dengan memahami siapa dirimu di semua realitas, kau bisa menemukan siapa dirimu yang sebenarnya."
Noah mengangguk, siap menghadapi ujian berikutnya. Kali ini, pertarungannya bukan melawan musuh luar, tapi melawan berbagai versi dari dirinya sendiri - sebuah perjalanan untuk menemukan kebenaran sejati di antara ribuan kemungkinan.
Ebenveth mengangkat tangannya, dan seketika ruang di sekitar mereka berubah. Mereka kini berada di dalam Menara Ilusi, dikelilingi oleh cermin-cermin yang menampilkan berbagai versi kehidupan Noah.
"Setiap cermin," Ebenveth menjelaskan, "menunjukkan pilihan yang bisa kau ambil. Yang telah kau ambil. Yang mungkin akan kau ambil."
Noah melihat dirinya dalam berbagai situasi - ada Noah yang memilih untuk tetap menggunakan Venuszirad untuk kekuasaan, Noah yang menyerah dan hidup sebagai mahkluk biasa (tidak abadi), Noah yang berhasil menemukan keseimbangan lebih awal.
"Tapi mana yang nyata?" tanya Noah.
"Semuanya nyata," Lera menjawab. "Di Ebensijven, setiap kemungkinan adalah realitas tersendiri."
"Dan itulah tantanganmu," Ebenveth menambahkan. "Kau harus memilih - bukan versi terbaik dari dirimu, tapi versi terbenar dari dirimu."
Noah melangkah mendekati cermin-cermin itu. Setiap bayangan memiliki ceritanya sendiri, pengalaman dan pelajaran yang berbeda.
"Bagaimana aku bisa tahu mana yang benar?" Noah bertanya pada Lehfilma.
"Gunakan apa yang telah kau pelajari," Lehfilma menjawab melalui Vianemur. "Kristal Penyembuhan mengajarkan tentang kehidupan. Kristal Kendali tentang keseimbangan."
Noah memejamkan mata, merasakan energi dari kedua kristal yang dia bawa. Saat dia membuka mata, dia melihat sesuatu yang berbeda di salah satu cermin - versi dirinya yang tidak tampak terlalu kuat atau terlalu lemah, tidak terlalu baik atau terlalu jahat.
"Versi itu," Noah menunjuk, "tampak paling... nyata."
"Karena itulah dirimu yang sebenarnya," Ebenveth mengangguk. "Bukan yang terkuat atau terlemah, tapi yang paling seimbang. Yang memahami bahwa kekuatan sejati datang dari penerimaan akan semua sisi dirimu."
Saat Noah melangkah mendekati cermin itu, bayangan-bayangan lain mulai bereaksi. Beberapa mencoba menariknya, menggodanya dengan janji-janji kekuatan atau kedamaian absolut.
"Jangan tertipu," Lera memperingatkan. "Kesempurnaan bukan tujuanmu."
"Aku tahu," Noah tersenyum. "Kesempurnaan adalah ilusi. Keseimbangan adalah kenyataan."
Dia mengulurkan tangan, menyentuh cermin yang menampilkan versi dirinya yang seimbang. Seketika, cermin itu bersinar terang, dan dari dalamnya muncul kristal ketiga - berwarna biru safir yang berkilau dengan cahaya dalam.
"Kristal Kebenaran," Lehfilma menjelaskan. "Aspek ketiga dari Venuszirad."
Noah mengambil kristal itu, merasakannya beresonansi dengan dua kristal lainnya. Penyembuhan, Kendali, dan Kebenaran - tiga aspek yang perlahan mulai membentuk pemahaman utuh tentang kekuatan sejati.
"Selamat," Ebenveth tersenyum. "Kau telah menemukan dirimu yang sejati. Tapi perjalananmu belum selesai."
"Masih ada banyak dunia lagi," Lera menambahkan. "Dunia Juranghaya."
Noah mengangguk. Tiga kristal telah ditemukan, masing-masing membawa pelajaran yang berbeda.
Noah mengeratkan genggamannya pada ketiga kristal itu, merasakan energi mereka yang berputar dan saling terhubung. Sensasi hangat menjalar dari tangannya ke seluruh tubuh, seolah ketiga kristal itu sedang berkomunikasi satu sama lain, berbagi rahasia kuno yang telah lama tersembunyi.
"Dunia Juranghaya," Noah mengulang kata-kata Lera. "Apa yang menungguku di sana?"
Ebenveth melangkah mendekat, jubah hitamnya berdesir lembut. "Juranghaya adalah tempat di mana semua realita bertemu - seperti titik pusat dari roda yang tak terhingga. Di sana, kekuatan Venuszirad mencapai puncaknya."
"Tapi juga tempat yang paling berbahaya," Lehfilma menambahkan, suaranya bergema melalui Vianemur. "Banyak yang mencoba mencapai Juranghaya. Sedikit yang kembali."
Noah menatap ketiga kristal di tangannya. Kristal Penyembuhan berwarna hijau zamrud berpendar lembut, mengingatkannya akan pelajaran tentang kehidupan dan empati. Kristal Kendali memancarkan cahaya merah delima, simbol dari kekuatan dan keseimbangan. Dan kini, Kristal Kebenaran berwarna biru safir, berkilau dengan kebijaksanaan yang dalam.
"Aku siap," kata Noah mantap. "Tapi bagaimana cara mencapai Juranghaya?"
Lera mengangkat tangannya, dan udara di sekitar mereka bergetar. Cermin-cermin di Menara Ilusi mulai berputar, menciptakan spiral cahaya yang memukau. "Juranghaya tidak bisa dicapai dengan cara biasa. Kau harus menggunakan kekuatan ketiga kristal secara bersamaan."
"Tapi ingat," Ebenveth memperingatkan, "kekuatan sebesar itu bisa menghancurkanmu jika kau tidak siap. Bahkan dengan semua yang telah kau pelajari."
Noah mengangguk, memahami risiko yang dia hadapi. Dia telah belajar bahwa kekuatan sejati bukan tentang dominasi, melainkan tentang pemahaman. Tentang menerima semua aspek dari dirinya - kebaikan dan kegelapan, kekuatan dan kelemahan.
"Pegang kristal-kristal itu," Lehfilma menginstruksikan, "dan bayangkan mereka sebagai satu kesatuan. Bukan tiga kekuatan terpisah, tapi satu kekuatan yang utuh."
Noah memejamkan mata, memusatkan konsentrasinya. Dia merasakan energi dari ketiga kristal mulai berpadu. Kristal Penyembuhan memberikan kehangatan yang menenangkan. Kristal Kendali menawarkan kekuatan yang stabil. Kristal Kebenaran membawa kejernihan pikiran yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Ruangan mulai berputar lebih cepat. Cermin-cermin berkilau semakin terang hingga cahayanya membutakan. Noah merasakan tubuhnya seolah ditarik ke segala arah sekaligus.
"Jangan melawan!" dia mendengar suara Lera berseru. "Biarkan energinya mengalir!"
Noah melepaskan semua resistensi dalam dirinya. Dia membiarkan energi ketiga kristal membawanya, mempercayai bahwa keseimbangan yang telah dia temukan akan menuntunnya.
Ketika cahaya mulai meredup dan ruangan berhenti berputar, Noah membuka matanya. Pemandangan di hadapannya membuat napasnya tercekat.
Mereka tidak lagi berada di Menara Ilusi. Di sekeliling mereka terbentang lansekap yang mustahil - puluhan, mungkin ratusan dunia yang berbeda, semua terlihat secara bersamaan seperti mozaik realitas yang rumit. Langit di atas mereka dipenuhi dengan galaksi-galaksi yang berputar, sementara di bawah kaki mereka, tanah seolah terbuat dari kristal yang merefleksikan semua dunia yang ada.
"Selamat datang di Juranghaya," kata Reghel sang penjaga pelan. "Pusat dari segala dunia dibawahnya, kau harus menjelajahi lagi dunia - Juranghaya adalah Dunia yang menopang dunia yang dia pilih - terdapat tujuh Dunia. Jelajahi lah terus pengetahuan dan keseimbangan."
Reghel mengangkat tongkatnya yang berkilau keemasan, menggambar sebuah lingkaran di udara. Di hadapan mereka, muncul proyeksi tujuh lingkaran yang saling terhubung, dengan Juranghaya di pusatnya.
"Tujuh dunia," Reghel menjelaskan, "masing-masing memiliki perannya dalam menyeimbangkan realitas. Dan yang pertama harus kalian jelajahi adalah Ifthur Eidifnator."
Noah melirik ke arah adiknya, Exiriazurna. Gadis itu mengangguk mantap, tangannya menggenggam erat Vianemur yang berpendar lembut.
"Ifthur Eidifnator," Exiriazurna berkata pelan, "dunia pertama di bawah Juranghaya. Apa yang membuat dunia ini istimewa?"
"Dunia ini adalah tempat di mana energi murni terbentuk," Reghel menjawab sambil menunjuk ke arah salah satu lingkaran yang berpendar keunguan. "Di sana, kalian akan menemukan sumber dari kekuatan yang mengalir ke semua dunia lainnya."
Noah merasakan ketiga kristalnya beresonansi lebih kuat. "Kristal-kristal ini... mereka seperti merespons sesuatu."
"Tentu saja," Lera menimpali. "Kristal-kristal Venuszirad berasal dari energi murni Ifthur Eidifnator. Mereka merasakan panggilan untuk kembali ke asal mereka."
Reghel mengayunkan tongkatnya sekali lagi, dan sebuah portal mulai terbentuk - gerbang berpilar kristal dengan energi keunguan yang berputar di tengahnya.
"Kalian harus berhati-hati," Reghel memperingatkan. "Ifthur Eidifnator, Disana banyak penjagaan yaitu para Hewan kasar dan malaikat. Aku adalah penopang itu sendiri jika kau mengalahkan aku semua - Noah kau akan mendapatkan semua ini."
"Tidak, aku tidak lagi memikirkan kekuasaan."
Noah dan Exiriazurna saling pandang, komunikasi tanpa kata yang hanya bisa dipahami oleh saudara. Mereka telah melalui banyak hal bersama, dan ini adalah babak baru dalam perjalanan mereka.
"Kami siap," kata mereka bersamaan.
Mereka melangkah. Noah merasakan kristal-kristalnya berdenyut semakin kuat, sementara Vianemur dalam genggaman mulai memancarkan cahaya yang lebih terang.
"Satu hal lagi," Reghel berkata saat mereka hampir mencapai ruang. "Di Ifthur Eidifnator, masa lalu dan masa depan kadang bertemu. Jangan terkejut jika kalian menemukan jawaban atas pertanyaan yang belum kalian tanyakan."
Dengan kata-kata misterius itu bergema di telinga mereka, Noah dan Lera melangkah memasuki dunia bawah. Cahaya keunguan menyelimuti mereka, dan mereka merasakan tarikan yang kuat ketika struktur dunia di sekitar mereka mulai berubah.
Petualangan mereka di dunia pertama di bawah Juranghaya - Ifthur Eidifnator - baru saja dimulai.
apa maksudnya begini,
Mengapa Dia hanya memikirkan hiburan untuk dirinya hingga membuat kita mati mempertahankan sebuah 'nyawa'.
mungkin bagus jika kalimatnya begitu. coba dipertimbangkan.