Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 28
Robby membawa Anye masuk ke rumah ibunya. Disana, dia depan TV, tampak Raisa dan Sera yang sedang bercengkrama sambil ngemil keripik. Dua orang cewek yang sedang rebahan di kasur lantai tersebut, langsung bangun melihat kedatangan Robby dan Anye.
"A... da apa ini?" tanya Raisa yang melihat wajah tegang Robby dan Anye. Ia menoleh ke arah Sera, mendapati temannya itu mengedikkan bahu, tanda jika dia juga tidak tahu.
"Kamu nyetatus apa kemarin?" Robby sampai membentak adik perempuannya itu.
"Nyetatus," ulang Raisa. "Nyetatus apa sih? Nyetatus dimana?"
"Di WA," bentak Robby. Bu Dini yang ada di kamar, sampai keluar mendengar Robby bicara dengan nada tinggi, seperti orang marah-marah.
"Oh... itu, emangnya kenapa?" Raisa melihat ke arah Anye, tersenyum miring. Tak ada raut bersalah sedikit pun di wajahnya. "Ada yang salah dengan statusku?" ia memutar kedua bola mata malas sambil bersedekap.
"Anye salah faham, dia fikir aku yang nikah," sahut Robby masih dengan nada tinggi.
"Rob, apa sih teriak-teriak kayak gitu ngomongnya," tegur Bu Dini yang tak suka anak bungsunya dibentak-bentak, apalagi demi Anye. "Ngomong baik-baik kan bisa."
"Gara-gara status Raisa, Anye salah faham, Bu," Robby menatap ibunya, telunjuknya mengarah pada Raisa.
"Enak aja gara-gara aku," protes Raisa. "Istri kamu aja yang bego. Orang aku nyetatus orang nikah sambil nulis samawa dan ngasih doa, kenapa dia salah faham. Selama ini sok sok an pinter, ternyata bego. Emang aku cuma manggil Mas Robby aja yang pakai sebutan mas. Tukang ojek aja aku panggil mas," dia tertawa mengejek.
Sera yang duduk di sebelah Raisa, menahan tawa mendengar Raisa ngata-ngatain Anye.
"Kamu dengarkan," Robby menatap Anye. "Itu orang yang nikah, bukan aku. Aku gak nikah sama siapa pun. Aku pantang mengingkari janji."
Kaki Anye terasa lemas, ternyata dia hanya salah sangka. Robby tidak menikah lagi, namun justru dirinya yang telah berselingkuh, tidur dengan Sagara.
"Dia nuduh kamu nikah lagi, Rob?" Bu Dini tersenyum miring, menatap Anye. "Kabulin aja, Rob, nikah lagi, biar jadi kenyataan."
Robby menarik lengan Anye meninggalkan rumah ibunya, masih banyak hal yang harus dia selesaikan dengan istrinya tersebut perihal kesalah fahaman ini.
"Dasar bego!"
Umpatan Raisa, dan tawa Sera, masih bisa terdengar di telinga Anye yang belum benar-benar keluar dari rumah mertuanya tersebut.
Setelah Anye dan Robby keluar, Sera dan Raisa langsung tos. Keduanya senang sekali karena project ngerjain Anye, sukses besar. Mereka ingin menyerang mental Anye, membuat hidup wanita itu tidak tenang dan akhirnya menyerah, minta cerai.
"Dasar bego, mudah banget terprovokasi hanya dengan foto yang aku ambil di internet dan di edit dikit," Raisa tertawa ngakak. "Ada untungnya juga, HP Mas Robby rusak."
"Tapi kalau Mas Robby tanya, itu foto siapa, kamu jawab apa?" Sera memikirkan hal yang mungkin saja terjadi.
"Halah, kan bisa bilang kalau itu foto teman kantor yang lagi nikah," Raisa tampak santai saja. Selama ini, Robby tak pernah marah padanya, jadi sedikitpun, dia tidak takut.
Anye terduduk di atas ranjang, sementara Robby masih mondar-mandir di depan istrinya tersebut, sampai akhirnya, berhenti bergerak gak jelas, menatap Anye yang menundukkan kepala. "Sekarang kamu percayakan, kalau aku gak nikah lagi? Bisa-bisanya hanya karena foto tangan menggunakan cincin kawin, dan caption 'mas' kamu langsung menyimpulkan jika itu aku. Seburuk itu prasangkamu padaku, Nye," terlihat gurat kekecewaan di wajahnya.
"Jadi sekarang, kamu nyalahin aku, Mas?" Anye menatap Robby tajam. "Kamu gak merasa salah juga hah! Aku gak langsung percaya kayak perkiraan kamu, gak bego kayak yang adikmu bilang. Aku udah nyoba untuk mencari tahu, aku menelepon kamu berkali-kali, tapi ponsel kamu gak aktif. Menurut kamu, apa fikiranku masih bisa jernih kalau seperti itu?"
"Astaga!" Robby meraup wajah dengan kedua telapak tangan. "Ponsel aku rusak, sekarang masih ada di tempat servis. Kalau kamu gak percaya, nanti malam ikut aku ngambil di tempat servis."
Anye tertunduk lesu, tak menyangka jika semua ini adalah sebuah kesalah fahaman. Tapi... apa benar ini adalah murni kesalah fahaman, atau jangan-jangan, Raisa sengaja menggunakan momen untuk menghancurkan rumah tangganya dan Robby.
"Nye... " Robby mendekati Anye, duduk di sebelahnya. "Aku udah janji sama kamu, kalau aku gak akan poligami. Aku gak akan pernah ingkar janji, Nye."
Tubuh Anye gemetar saat Robby menggenggam tangannya. Air matanya meleleh, teringat akan perselingkuhannya dengan Sagara.
"Aku sayang kamu, Nye. Aku gak mungkin nikah lagi."
Ucapan sayang Robby, membuat rasa bersalah Anye makin besar. Ini tidak bisa dibiarkan, dia tak mau marasa bersalah seumur hidup karena sudah mengkhianati Robby, dan rumah tangga ini, memang sudah terlalu toxic. Dia menarik tangannya dari genggaman Robby. "Aku tetap ingin bercerai, Mas."
"Astaghfirullah, Nye. Istigfar," Robby menghela nafas panjang. "Tidak boleh seorang wanita meminta cerai tanpa alasan yang syari. Diharamkan surga bagi wanita seperti itu, Nye."
Anye tersenyum getir, menatap Robby. Dia memang tak terlalu pintar urusan agama, tak tahu alasan syari yang dimaksud Robby itu seperti apa? Yang ia tahu, ia hanya ingin menjaga kesehatan mentalnya.
"Rumah tangga kita sudah terlalu toxic, Mas. Aku tidak bisa melanjutkan ini semua. Apa kamu fikir, mentalku tidak terganggu saat seluruh keluargamu membenciku? Apa menurutmu aku baik-baik saja saat suamiku setiap hari bersama wanita lain? Apa aku masih bisa baik-baik saja saat setiap hari dibilang mandul, gak guna, gak tahu diri, egois? Enggak, Mas," Anye menggeleng pelan. "Aku gak bisa melanjutkan pernikahan ini. Keputusanku sudah final, aku mau kita bercerai."
"Enggak," Robby menggeleng cepat. "Aku gak mau cerai." Dia berdiri memunggungi Anye, menyembunyikan wajah frustasinya.
"Egois!" tekan Anye. "Kamu tahu aku tidak bahagia, tapi kamu tak mau melepaskanku. Apa mau kamu sebenarnya? Ada Sera yang menunggumu, kamu bisa langsung menikah dengannya setelah mengurus perceraian kita. Aku lelah, Mas," ia menyeka air mata yang mulai jatuh ke pipi. "Mari kita akhiri semua ini dengan baik-baik biar tak ada lagi yang tersakiti."
"Enggak. Seperti janjiku, selamanya, hanya kamu yang akan menjadi istriku."
Anye berdiri, menarik lengan Robby agar menghadap kearahnya. "Egois kamu, Mas! Kamu hanya mikirin perasaanmu, tanpa mau tahu bagaimana hancurnya mentalku gara-gara keluarga toxic kamu itu," ia menujuk ke arah rumah mertuanya. "Pernah kamu membela aku, Mas? Gak pernah. Bahkan beberapa saat yang lalu, saat adikmu terang-terangan mengatai aku bego, ada kamu memarahinya? Ada kamu berusaha membelaku? Enggak," tekannya sambil melotot dan nafas naik turun. Dia tak akan diam kali ini, dia akan mengungkapkan semua isi hatinya karena tekad untuk cerai, sudah sangat bulat.
"Istirahatlah, kamu mungkin sedang lelah, jetlag. Aku keluar dulu," Robby mengambil kunci mobil di laci nakas, melangkah keluar rumah, mengabaikan Anye yang berteriak memanggilnya.
sebenarnya robby suami yang baik dan bertanggung jawab, tapi karena kebohongannya yang menjadikan posisi anye jadi bulan2nan hinaan keluarga robby, sedang robby sebagai suami selama ini juga lemahhh...tak tegas dalam melindungi istrinya dan sekarang saat anye minta cerai, robby ingin bertahan...kebohonganmu yang akan membuat anye pergi darimu Rob...