Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita bahagia atau?
Jantung Sri terasa dag dig dug tidak menentu saat berjalan di lorong rumah sakit, entah apa yang menjadi pertimbangan Regan sehingga tiba-tiba pria itu mengajak dirinya untuk bertemu dengan ibunya di rumah sakit. Saat di apartemen Sri bahkan sempat menolak ajakan Regan yang berniat untuk memperkenalkan dirinya dengan Sari, mengingat status Regan yang kini masih belum bercerai, itu sama saja dirinya bunuh diri karena dengan sengaja memperkenalkan diri sebagai selingkuhan Regan. Namun Regan berhasil meyakinkan dirinya jika sang ibu bukan seperti yang Sri bayangkan, Sari akan mengerti dan Regan menjaminnya sehingga akhirnya Sri mau pergi bersamanya, meski terhitung sudah 3 kali ganti baju karena merasa tidak pede dengan penampilannya, lalu terhitung sudah 4 kali nolak balik ke kamar mandi untuk buang air kecil dna mendadak mules karena gugup.
Sri sudah menyiapkan senyum termanisnya saat Regan meraih handle pintu ruang rawat sang ibu,Sri bahkan sudah mempersiapkan rangkaian kata untuk menyapa calon ibu mertuanya itu namun semuanya pupus sudah saat ternyata di dalam ruangan Sari justru menyambut kedatangan dirinya dan Regan dengan sambutan yang membuat dirinya dan Regan syok tidak bisa berkata kata.
"Regan,,, ibu senang sekali akhirnya ibu akan mempunyai cucu, kenapa kamu merahasiakannya dari ibu? Anak nakal!" ujar Sari dengan senyum lebar dan wajah sumringahnya menyambut kedatangan Regan yang tiba tiba langkahnya terhenti di ambang pintu ruangan dimana dirinya dirawat, begitu pun Sri yang langkahnya ikut terhenti dan mematung di balik punggung sang kekasih.
Suara Sari begitu jelas terdengar di telinga Sri, membuat hati gadis itu terasa bak di remas. Berita kehamilan Karina yang di sampaikan oleh Sari membuat dada Sri terasa perih bukan main. Regan hanya menceritakan tentang perselingkuhan Karina dengan kakak tirinya, namun tentang berita kehamilan istri sah kekasihnya itu baru dia dengar pagi ini.
Berjuta pertanyaan, asumsi dan bahkan tuduhan kini berjejalan di kepala Sri, benarkah Karina kini tengah hamil? Jika itu benar, lalu anak siapa yang berada dalam perut wanita yang selalu tampil cantik dan modis itu? Benarkah itu benih dari Regan? Apakah Regan membohonginya selama ini? Pertanyaan demi pertanyaan timbul tenggelam silih berganti dalam benaknya, membuat kepala Sri terasa ngilu bukan main di buatnya.
"Kenapa hanya berdiri di sana? Masuklah!" Sari melambaikan tangannya pada putra kesayangannya itu.
"Ah, eh,,, iya bu." Gugup Regan.
"Siapa itu?" Mata Sari kini tertuju pada sosok Sri yang keberadaannya tadi tertutup tubuh Regan.
"Itu sekretaris Regan yang baru, Bu." sambar Karina saat Regan baru tersadar jika dirinya datang bersama Sri dan berniat ingin memperkenalkan kekasihnya itu pada sang ibu, namun baru saja Regan membuka mulutnya, Karina sudah terlebih dahulu menjawab pertanyaan Sari.
"Oh, sekretaris Regan, sini masuk, Nak! Siapa nama mu, sepertinya kita belum pernah bertemu sebelumnya." sapa Sari ramah.
"Namanya Lestari, Bu. Iyakan sayang?" jawab Karina lagi seolah sengaja ingin menunjukkan pada Sari jika dirinya si paling tau tentang Regan dan bersikap sangat manis seolah tidak pernah ada masalah di antara mereka.
"Lestari, sini masuk,,," kali ini Sari melambaikan tangan kanannya pada Sri yang wajahnya mulai memucat.
Ada rasa kesal bercampur marah saat tidak ada pembelaan atau penjelasan dari Regan saat Karina memperkenalkan dirinya sebagai sekretaris pria itu pada Sari, terlebih saat Karina dengan sengaja memanggil Regan dengan sebutan sayang, hal itu terasa bak sengaja sedang mengejek dan menabur garam pada luka yang di dapatnya saat ini, sungguh rasanya sangat perih.
"Ah, emh,,, tidak usah bu, saya menunggu di luar saja kebetulan masih ada yang harus saya kerjakan di sana," tolak Sri seraya tangannya menunjuk ke arah luar mencari alasan.
Sri memilih untuk pergi dari sana karena akan terasa konyol jika dirinya yang di perkenalkan dengan status sekretaris Regan itu harus turut berada di ruangan itu untuk menyaksikan kebahagiaan keluarga Regan yang tengah merayakan kehamilan Karina.
Kewarasan Regan baru pulih saat Sri sudah berbalik badan dan melangkah menjauh dari ambang pintu.
"Tari tunggu!" seru Regan yang bersiap untuk menyusul Sri, namun lagi lagi langkahnya harus tertahan saat tiba tiba pergelangan tangannya di tarik Karina.
"Dokter Shinta bilang ada kabar baik tentang ibu mu, apa kamu tidak ingin mendengarnya?"
Regan menarik tangannya melepaskan diri dari Karina, dia begitu khawatir pada Sri yang saat ini pasti sedang salah paham dan bersedih, namun tiba tiba dokter Shinta muncul dari depan pintu.
"Ah, sudah datang rupanya, kebetulan ada yang harus aku sampaikan tentang perkembangan ibu mu." ucap dokter Shinta seraya tersenyum dan mengangguk ramah ke arah Sari yang duduk di tepi ranjang.
Dengan pikiran yang terbagi Regan mendengarkan penjelasan Dokter Shinta, namun untungnya dia masih bisa sedikit fokus, bagaimana pun ini menyangkut sang ibu. Dokter Shinta menjelaskan jika kondisi Sari kini sudah mulai membaik, dan dukungan dari keluarga juga dapat membantu pemulihannya, begitu kurang lebih yang di sampaikan Dokter Shinta pada Regan dan Karina yang ikut mendampinginya di ruang rawat sang ibu mertua.
"Tuh kan bener, berita kehamilan ku yang membuat ibu kini jadi sehat ya bu,,,"seloroh Karina dengan percaya dirinya yang tinggi.
"Tentu saja, ini sudah lama ibu tunggu tunggu. Ibu sudah tidak sabar ingin menggendong cucu pertama ibu, anak kalian ini membawa semangat baru untuk ibu untuk tetap bertahan dan sehat, ibu ingin hidup lebih lama agar bisa bermain dengan cucu ibu kelak." Sari mengusap usap perut Karina yang masih terlihat rata itu dengan wajah yang sangat bahagia.
Berbanding terbalik dengan raut wajah Regan yang terlihat tegang dan tertekan, bukannya dia tidak bahagia dengan kabar kesehatan ibunya yang kini membaik, namun sikap keterlaluan Karina telah membuatnya sangat marah saat ini.
Ingin rasanya Regan mengatakan pada sang ibu jika putranya telah di khianati oleh Karina dan saat ini Karina bukan sedang mengandung benihnya, namun sungguh Regan tidak kuasa menghancurkan raut bahagia sang ibu atas kabar bohong yang di sampaikan Karina pada wanita paruh baya itu.
"Bagaimana jika nanti setelah keluar dari sini ibu tinggal bersama kami saja di rumah kami, biar aku dan Regan bisa memantau juga mengurus ibu, bagaimana sayang, apa kamu setuju?" Karina tersenyum culas karena merasa dirinya sedang di atas angin dan tau jika Regan tidak akan menolak usulnya, bukankah dengan begitu dirinya juga bisa membuat Regan tinggal lagi di rumah mereka bersama sama dan meninggalkan Sri.
"Kalau kamu keberatan tidak usah, Nak. Lagi pula ibu tidak mau merepotkan kalian, biar ibu tinggal di rumah ibu saja, bersama bik Sumi." kata Sari yang merasa Regan seperti kebingungan saat hendak menjawab permintaan Karina untuk mengajaknya tinggal bersama.
"Oh t-tidak, tentu saja aku tidak keberatan bu, mana mungkin aku keberatan mengajak ibu tinggal bersama kami, justru aku senang sekali." ujar Regan dengan senyum yang di paksakan.
"Ah sayang, terimakasih, aku bahagia sekali, aku juga jadi ada temannya di rumah, aku juga bisa bertanya seputar kehamilan pada ibu," melihat ada kesempatan, Karina memeluk tubuh Regan dan mencium pipinya.
"Aku tidak akan memaafkan kecurangan mu yang satu ini, berengsek!" geram Regan berbisik di telinga Karina yang sedang memeluknya, sungguh dia sangat marah karena merasa Karina telah menggunakan sang ibu sebagai alatnya, dan dia lupa jika Karina cukup paham jika berhubungan dengan Sari, jelas Regan tidak bisa berkutik.