Rini terpaksa harus menikah dengan seorang pria koma demi menyelamatkan anaknya yang di sekap oleh ibu tirinya, namun siapa sangka jika pria tersebut adalah seorang yang dulu menghamilinya. Bagaimana kisah Rini selanjutnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Es yang mulai mencair
Suara derit pintu membuat Carlen menoleh kearahnya. Rini menarik sudut bumi bibirnya saat netranya bertemu dengan Carlen.
"Maaf aku terpaksa tidur di sini, karena kamarku di pakai Salma," ucap Rini
"Hmm," jawab Carlen acuh
Pria itu kembali memakai kacamatanya dan membaca buku di tangannya.
Rini segera meletakkan tas pakaiannya. Ia hanya meletakkan kopernya tanpa memindahkan isinya. Tentu saja itu karena Carlen tidak akan mengizinkannya untuk meletakkan barang-barang miliknya di kamarnya.
Rini kemudian membaringkan tubuhnya di sofa. Rasa lelah membuatnya terlelap lebih cepat.
Carlen hanya menghela nafas melihat istrinya, "Dasar istri gak peka, suami sakit bukannya di urusin dulu malah dia molor!" gerutunya. Ia pun meletakkan bukunya. menggeser posisi duduknya untuk mengambil obat yang sudah di letakkan di meja.
Ia berusaha untuk mengambilnya namun posisinya lumayan jauh hingga ia pun sampai terjatuh karena tak bisa menjangkaunya.
*Bughhhh!!
Rini seketika membuka matanya saat mendengar benda jatuh. Ia pun segera bangun untuk melihat apa yang jatuh.
Ia begitu terkejut saat melihat Carlen tersungkur di lantai. Ia pun buru-buru membantunya berdiri dan memapahnya.
"Kamu kenapa bisa jatuh?" tanya Rini
Carlen hanya menunjuk kearah obatnya yang tergeletak di meja.
"Oh mau minum obat," ujar Rini mengangguk-anggukkan kepalanya
Ia buru-buru mengambil obat itu dan memberikan kepadanya.
"Minumnya?" tanya Amar
"Oh iya," jawab Rini
Ia buru-buru mengambil segelas air putih dan memberikan kepadanya.
"Terimakasih," ucap Carlen
"Sama-sama," jawab Rini
Rini pun membalikkan badannya untuk kembali ke sofa, namun dengan cepat Carlen menariknya.
"Mau kemana?" tanyanya
"Bobo," jawab Rini dengan gayanya yang sok imut
"Kenapa tidak tidur di sini saja,"
Rini tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.
"Ok," jawabnya singkat
Ia kemudian segera berbaring di samping Carlen.
"Oh iya, aku itu kalau tidur suka bergerak tanpa sadar jadi supaya tidak terjadi sesuatu padamu aku akan membuat batas supaya aku tidak melukaimu," ucap Rini
Ia kemudian memasang beberapa bantal untuk membatasi keduanya.
Carlen pun hanya diam dan tak keberatan dengan apa yang dilakukan olehnya.
"Selamat malam Tuan Carlen semoga mimpi indah," ucap Rini sebelum tidur
"Hmm," jawab Carlen
Lelaki itupun berusaha memejamkan matanya namun entah kenapa ia susah untuk terlelap. Berbeda dengan Rini yang langsung pulas. Carlen melirik kearah Rini, ia tersenyum saat melihat wanita itu tidur dengan mulut menganga.
Ia pun mengambil ponselnya dan mengabadikannya.
"Siapa yang kira seorang dokter terbaik di negeri ini gaya tidurnya seperti ini," ucapnya lirih
Saat ia tengah menertawakan Rini tiba-tiba saja kaki rini bergerak menimpa perutnya.
"Arghhh!!" teriak Carlen kesakitan
Teriakannya yang keras membuat Rini reflek terbangun.
"Ada apa!" serunya dengan mata memerah
Carlen tampak meringis memegangi perutnya. Rini pun terkejut melihat warna merah yang menyembul di piyama suaminya.
"Astaga, perut kamu!" Rini buru-buru mengambil tas kerjanya. Ia membuka piyama suaminya dan mengecek luka di perutnya.
"Maafkan aku ya," ucapnya panik
Carlen hanya meringis menahan sakit saat wanita itu mengobati lukanya.
"Makanya aku lebih memilih tidur di sofa karena aku takut melukaimu, eh ternyata benar!" imbuhnya
"Pokoknya kamu harus bertanggungjawab," ucap Carlen
"Iya, iya, jangan khawatir aku gak bakalan kabur kok!" sahut Rini
"Selain perut, kaki juga!" Carlen menunjukkan kakinya
"Ok, sebagai permintaan maaf dari aku akan mengobati kakimu, tapi tidak di sini, besok datang saja ke tempat praktik ku,_" jawab Rini
"Yes!" seru Carlen
Lelaki itu seketika memalingkan wajahnya saat Rini melirik kearahnya.
"Sudah selesai!" seru Rini
"Bantu aku tidur, perutku sakit kalau aku banyak gerak," ucap Carlen
Rini pun segera membantu pria itu merebahkan tubuhnya. Namun Carlen sengaja memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari perhatian dari istrinya itu. Ia bahkan berkali-kali berteriak kesakitan hingga membuat Rini semakin khawatir dan merasa bersalah.
"Haduh gimana dong aku gak bisa tiduran kalau sakit gini," ucap Carlen yang menolak berbaring karena kesakitan
"Kalau miring gimana?" tanya Rini
"Sakit juga," jawab Carlen dengan ekspresi wajah sedih
"Terus kamu gak mau tidur?" tanya Rini
"Aku tidur sambil duduk saja," jawab Carlen
Rini merasa lega mendengar jawaban Carlen, setidaknya ia bisa beristirahat lagi setelah kelelahan menghadapi suaminya itu.
"Ya sudah kalau begitu, kamu tidur di sini aku balik lagi ke sofa," ucap Rini
"No, kamu tetap di sini, karena aku tidak bisa tidur tanpa sandaran," jawab Carlen
"What??" Rini melotot mendengar ucapan sang suami
Carlen merasa salah tingkah mendengar jawaban Rini. Ia pun menggerakkan bola matanya sambil memberikan alasan agar wanita itu tidak salah sangka padanya, "Jangan berpikir macam-macam, aku tidak terbiasa tidur seperti ini, setidaknya aku butuh sandaran agar aku bisa tidur dengan nyaman. Jadi aku perlu bersandar di bahumu," ucap Carlen memberikan klarifikasi
"Apa kamu tidak bisa pakai bantal??" tanya Rin
Carlen menggeleng, " Bagaimana kalau jatuh?" ucapnya dengan wajah mengiba
"Ya udah iya, iya!" jawab Rini dengan ekspresi wajah terpaksa
Ia pun segera duduk di samping Carlen dan pria itu langsung menyandarkan kepalanya di bahunya.
Tidak lama ia pun terlelap, sementara Rini tampak menahan pegal karena menopang tubuh suaminya yang lumayan besar. Ia terlihat berkali-kali memukul-mukul bahunya yang mulai terasa pegal dan kebas.
Rasa letih membuatnya merasa ngantuk, meskipun ia berusaha menahannya namun tetap saja ia tak kuasa menahan lebih lama hingga akhirnya ia terlelap juga.
Keesokan paginya Gala bergegas menuju ke kamar sang ayah untuk membangunkannya.
"Selamat pagi papah!" ucap Gala saat sang pelayan membukakan pintu kamar sang ayah
Bocah itu langsung berlari masuk, namun ia seketika menghentikan langkahnya dan menganga saat melihat ayah dan ibunya tidur sambil berpelukan.
Seketika Maudy langsung menutup mata cucunya itu dan menariknya keluar.
"Mamah dan papah kenapa belum bangun??" tanya Gala
"Karena mereka kelelahan setelah bermain game,"
"Game apa?" tanya Gala
"Game membuat adik baru," jawab Maudy
"Oh," jawab Gala
"Yeay, aku mau punya adek baru!" seru Gala
"Makannya kamu tidak boleh mengganggu papah dan mamah saat sedang bersama," jawab Maudy
"Baik Nek, aku tidak akan menganggu mereka. Aku mau Jagain adek Caca saja, kasian dia masih sakit," jawab Gala
Ia kemudian berlari menuju kamar Caca.
Sementara itu Salma yang diam-diam menguping pembicaraan mereka pun segera bergegas menuju ke kamar Carlen. Wanita itu ingin memastikan apa benar yang diucapkan oleh Maudy.
Namun baru saja ia tiba di depan kamar, Rini keluar dari kamar sambil mendorong kursi roda Carlen.
Tentu saja hal itu membuat Salma kesal. Ia segera merubah wajah masamnya dengan senyuman manis.
"Selamat pagi sayang," ucapnya kemudian mencium pipi Carlen
Ia pikir Rini akan cemburu melihatnya namun sayangnya Rini tak bereaksi apapun. Ia bahkan tak keberatan saat Salma memintanya untuk membiarkan Carlen bersama dengannya.
Namun tiba-tiba saja Carlen justru menolak dan meminta Rini untuk mengantarnya ke meja makan.
"Maaf Salma, sepertinya aku sudah terbiasa dengan istriku," ucap Carlen seketika membuat wanita itu semakin kesal padanya