Vernando Permana. banyak orang yang memanggilnya Nando, seorang siswa yang dikenal berekspresi datar. namun banyak siswi-siswi yang mengidolakan nya, tidak ada seorang siswi manapun yang bisa menembus dinding hati beku nya Nando.
Sampai takdir yang mempertemukan dirinya dengan seorang gadis ceria bernama Monisha Listiani yang biasa dipanggil Mona, kisah hidup dan kisah cintanya berawal dari situ.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHB | 21. Aa dan Si Eneng.
Selepas jadian, mereka kini bingung dengan kehadiran kedua orang tua di trans studio.
"Kenapa ada mereka?" Suara berupa bisikan itu dilontarkan begitu saja oleh Mona.
Sehabis siang-siang bolong iseng menyalakan petasan di atas langit, kini kedua orang tua Nando dan Mona tengah sibuk makan di restoran cepat saji, mereka terlihat santai, namun canggung satu sama lain.
"Situasi ini menyebalkan" Gerutu Mona terus membunyikan piring dengan sendoknya.
"Er?" Sepatah kata Bu Sisil memanggil sahabat nya. Ibunda dari Nando itu langsung menoleh "Iya Sil?"
"Gimana tentang mereka?"
Bu Erni terkejut "Eh tahan dulu"
"Kan itu mereka sudah jadian" Kata Bu Sisil.
Sorotan mata Mona terus mengimbangi kedua ibu-ibu yang lagi mengobrol ambigu. dalam sorotan itu seakan berkata Kenapa nih dua ibu-ibu komplek.
"Mah, emang ada apa ya dengan kita berdua?" Tanya Mona penasaran. Ibunya memilih enggan menjawab pertanyaan dari Mona.
Untuk memberikan situasi yang tidak semakin canggung, Bu Sisil langsung mengajak semua yang sudah berkumpul untuk pulang, mengingat karena waktu juga sudah mau sore.
"Aku masih betah disini" Tahan Mona yang komentari omongan Bu Sisil.
"Yaudah oke, nanti hati-hati pulang nya ya" Bu Sisil dan kedua orang tua terpaksa mengisi waktu luang liburnya di lain tempat.
Mereka meninggalkan Mona dan Nando yang masih bersama dalam keadaan bengong nya masing-masing.
Mona menyenderkan kepala di pundak Nando, memberi tanda ia sudah lelah, bahkan Mona bergumam sambil bejalan yang terus menempel di pundak Nando.
"Kita resmi pacaran kan?, mulai sekarang manggil nya Neng sama Aa ya" Pinta Mona.
"Kenapa gak sayang-sayangan?"
"Aku gak suka, kurang romance" Mona bergumam manja.
"Iya neng iya"
"Makasih Aa" Mona semakin menempelkan kepalanya ke pundak Nando.
So sweet
"Pulang yuk" Kata Nando mengajak, Mona gak menjawab, Nando bersikap tenang walau yang dilakukan Mona itu mengundang reaksi orang sekitar.
Suara bisikan berupa sindiran pun bertebaran, tatapan tajam dari pengunjung yang datang pun sudah mengunci ke arah mereka.
"Neng, kamu gak malu dilihat?" Nando mulai gak nyaman.
Mona menggeleng "Kalau sama kamu aku gak malu A" Kata Mona dengan enteng.
"Tumben apa kamu?"
Tak lama, Nando singgah membawa Mona ke tempat jualan Boba di area Trans Studio.
Mona tak pernah berhenti untuk jajan ngemil berbagai macam jenis makanan dan minuman.
"Gendut kamu lama-lama" Tegur Nando.
"Aku mau puas-puasin a, apaan sih"
Nando menunduk dan melihat sudah banyak keresek belanjaan yang dibawa gadis itu.
Tak mau semakin banyak lagi makanan yang akan di masukan ke dalam usus Mona.
Nando bawa Mona pergi dari area trans studio, niatnya Nando akan pulang saat itu juga.
Mona manyun bibir ketika sudah duduk tenang di dalam mobil. "Aa apa sih aku masih belum puas"
"Neng gak liat apa itu bungkus makanan berserakan?" Tunjuk Nando ke depan dashboard mobilnya
Banyak yang sudah dibeli oleh Mona, bahkan hampir memakan tempat dashboard mobil depan itu.
"Kamu juga suka kan sama rasa eskrim nya tadi?" Cibir Mona.
Nando menoleh dingin "Apa hubungan nya neng?"
"Ya Aa juga sebenernya menikmati jajanan yang ada di trans studio, udah deh balik aja yuk"
Nando seakan sudah terkontaminasi dengan suara bising dari mulut Mona.
Dia pun langsung menyalakan mesin mobil, telinganya juga sudah di sumpal dengan earphone bluetooth nya.
Siklus itu masih berlangsung ketika Mona melihat martabak manis di jalan.
"A aku mau!" Tunjuk Mona ke arah sebrang, bahkan tatapan nya terus mengunci orang jualan itu, kepalanya pun sampai berputar ke arah kanan.
Nando cuek, bahkan pria itu sedang angguk- angguk karena musik yang di dengar nya begitu enak didengar.
"AA IH!" Mona melepas earphone nya.
"Kenapa neng?"
"Tau ah" Mona menyenderkan kepala di sandaran jok mobil, bibir nya mengerucut sebal, tangan nya sedang bersilang di dada, raut wajah nya seolah bete, tatapan nya fokus ke arah depan.
Lucu.
"Neng.. Neng.." Dengan latah Nando malah mencium puncak kepala Mona.
Mona yang lagi marah, dia langsung menjambak rambut Nando selagi dia lengah.
"Neng lepas, lampu udah ijo" Nando menunjuk lampu merah didepan nya.
"Bodo! Dari dulu, sampai sekarang kamu itu ngeselin binti nyebelin, tau gak!" Mona melepas tarikan rambut Nando. Nando kembali fokus nyetir mobil.
"Habisin dulu tuh depan mata, baru beli martabak" Protes Nando.
"Tapi neng gak mau Aaaa, Neng udah kenyanggggg" Mona bersuara nada ngambek.
Nando mengerut kening "Terus kalau kenyang kenapa mau beli martabak?"
Seolah ngajak ribut. Mona langsung meladeni, saat itulah Nando berhenti bicara.
**
Sampai perumahan, Mona langsung ngeloyor masuk ke dalam rumahnya, sedangkan Nando fokus memarkiran mobil ayahnya.
Nando sejenak masuk ke dalam rumah, orang tuanya ternyata masih belum pulang.
Begitu juga orang tua Mona, mereka sedang pergi bukan untuk melanjutkan berlibur, tapi untuk membicarakan tentang anak-anak nya.
Sampai akhirnya Nando mengetuk pintu rumah Mona, niatnya dia untuk menepi dan meneduh disana bersama pacar baru.
Dan itu yang pertama Nando memberanikan diri bertamu di rumah tetangga
"Neng" Nando mengambil gelas yang sudah di isi air oleh Mona.
Mona menoleh "Iya Aa"
"Dirumah kamu gak ada ART?" Tanya Nando penasaran.
"Enggak, papah gak perlu manggil ART dirumah kenapa a?"
Nando mengerut kening "Terus kalau kamu ditinggal gitu?"
"Ya aku ngurus semua rumah ini A, kaya kemarin tau kan ada Novi sampe nginep, kamu juga ke rumah sepi kan."
"Masak, ngepel, nyapu, setrika, nyuci baju itu semua siapa yang ngerjain?" Nando mulai berani bertanya tentang kehidupan pacar baru nya.
"Semua aku yang handle" Jawab Mona
"Oh.. Turut berduka cita ya"
"Anjir lah, aku kira kamu ada rasa kasihan gitu sama aku, mau aku jambak lagi!"
Mona langsung memberi aba-aba, saat itu juga Nando sigap melindungi rambut nya dengan kedua telapak tangan nya.