NovelToon NovelToon
Pernikahan Satu Tahun

Pernikahan Satu Tahun

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: wiwit rthnawati

Andara Mayra terpaksa menerima perjodohan dengan seorang pria yang sudah dipilihkan oleh ayahnya.

Namun dibalik perjodohan yang ia terima itu ternyata ia sudah memiliki kesepakatan sebelumnya dengan sang calon suami. kesepakatan jika setelah satu tahun pernikahan, mereka akan bercerai.

akankah mereka benar-benar teguh pada kesepakatan mereka? atau malah saling jatuh cinta dan melupakan kesepakatan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwit rthnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

puncak

Pagi hari aku sudah bersiap, bahkan jam tujuh aku sudah menunggu mas Bara di meja makan.

"Tumben pagi-pagi udah siap."

"Iya dong. Calon ibu direktur harus on time."

"Calon? Bukannya udah jadi ya. Ini bapak direkturnya." Mas Bara menunjuk dirinya sendiri.

"Ish. Enggaklah. Beda. Aku mau jadi direktur sendiri di perusahaanku."

"Oke oke. Magang aja dulu yang bener."

Aku dan mas Bara kembali berangkat bersama. Kali ini aku melihat seorang wanita cantik yang memiliki body yang sama bagusnya dengan mbak ana masuk kedalam ruangan mas Bara.

"Hai Bar."

"Bella. Ada apa kemari?"

Dari celah pintu yang tak tertutup rapat aku bisa melihat jika wanita yang mas Bara sebut Bela itu mencoba mendekati mas Bara.

"Ingin berjumpa denganmu. Bagaimana kalau kita makan siang bareng?" Wanita itu mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan di telinga mas Bara.

"Aku gak bisa." Mas Bara tampak begitu dingin menjawab wanita itu.

"Ayolah Bar, Ana kan lagi gak ada. Kamu pasti butuh teman. Aku siap kok temenin kamu."

Aku bergidig jijik saat melihat wanita itu membelai pundak dan wajah mas Bara dengan begitu sensual.

Tok tok tok

Aku mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan mas Bara. Kulihat wanita itu beranjak menjauh.

"Maaf mengganggu pak. Saya hanya ingin minta tandatangan bapak."

Wanita itu terus menatapku intens. Sepertinya ia kesal karena aku sudah mengganggu aksinya. Tapi ya biar saja lah, siapa suruh mengganggu suami orang. Ups.

"Mayra." Mas bara tiba-tiba memanggilku.

"Ya pak?"

"Bisa tolong bantu saya periksa berkas ini." Mas bara memberikan dua buah berkas padaku. Sepertinya mas Bara ingin agar aku cepat keluar dari ruangannya. Baiklah.

"Baik pak, saya akan mempelajari dan memeriksanya." Aku berbalik hendak keluar.

"Mau kemana? Disini saja." Mas bara kembali berucap. Sepertinya dugaanku tentang ia yang menginginkanku cepat pergi itu salah. Nyatanya dia malah sengaja membuatku tetap diruangan ini.

"Nona Bella, jika sudah tak ada kepentingan lagi disini. Silakan anda pergi."

Wajah dingin mas Bara menandakan jika ia tak begitu suka dengan Wanita yang bernama Bella itu.

Dengan wajah kesal akhirnya wanita itupun keluar.

"Siapa pak? Cadangan?" Pertanyaanku membuat mas Bara menatapku tajam. Sepertinya aku sudah salah bicara.

"Heeee. Maaf. Becanda pak." Aku mulai membaca berkas yang diberikan mas Bara tadi.

"Loh, ini kok beda ya?" Aku melihat rincian dari satu berkas dengan berkas yang kedua itu berbeda hasilnya. Padahal perinciannya itu sama.

Mas Bara hanya tersenyum tipis.

"Dan ini uang makan kok bisa lebih besar daripada uang tukang. Gimana maksudnya pak?" Setelah kulihat kembali ternyata ada yang janggal kenapa hanya untuk uang makan bisa sampai menghabiskan 30% dana. Rasanya itu tidak masuk akal.

"Pintar juga kamu ternyata ya." Aku menatap heran pada mas Bara.

"Apa kamu bisa menyimpulkan sesuatu?" Ia kembali bertanya.

"Apa ini salah satu tindak penyelewengan dana?"

"Ya. Kamu benar sekali. Ada seseorang yang berani menyelewengkan dana di salah satu proyeku dan kita akan menindaknya besok."

"Hah kita?" Aku kembali menatapnya heran.

"Iya. Besok kita akan pergi ke bogor untuk mengecek proyek disana. Aku ingin tahu penyelewengan apa lagi yang ada disana."

"Masa aku harus ikut sih mas?"

"Selain kamu adalah istriku, kamu juga akan menemukan banyak pelajaran disana. Lumayan kan buat bekal nanti kalau jadi direktur."

Perkataannya ada benarnya juga. Tak apa juga lah aku ikut. Lumayan, bisa sekalian liburan. I'm coming bogor.

Yeah, seperti dugaanku. Hamparan perkebunan teh mengelilingi proyek yang sedang mas Bara bangun kali ini, Sebuah resort megah di puncak cisarua bogor. Dengan hanya memakai kemeja hitam yang tangannya ia gulung sebatas siku membuat penampilan mas Bara terlihat santai dan tampan. Please deh May. Akhir-akhir ini mataku sedikit sulit kujaga.

"Tugas dulu. Baru liburan." Seolah tahu pikiranku, mas Bara langsung menegurku. Ia membawaku masuk kedalam area proyek.

Ia melihat-lihat para pegawai. Ia juga tak segan mengecek beberapa bahan bangunan yang dipakai.

"Pak, ini takarannya benar seperti ini?" Mas Bara menanyai tukang yang sedang mencampur adonan semen dan pasir.

"Iya pak. Dari atasan saya nyuruhnya begitu." Kulihat tangan mas Bara mengepal pasir yang ia pegang.

"Pasirnya kok kayak gini banget ya pak. Apa pasir kayak gini bagus?" Mas Bara kembali menanyai tukang proyeknya.

"Setahu saya sih pasir kayak gini daya kekuatannya kurang pak. Tapi ya semuanya sudah disiapkan oleh atasan. Ngomong-ngomong bapak ini siapa ya?"

"Saya Barata Yudha. Pemilik proyek ini." Wajah tukang itu nampak pias.

"Bapak tenang saja. Saya sudah mengantongi nama tersangkanya. Bapak hanya cukup jadi saksi saja nanti. Apa bapak bersedia?" Dengan bijak mas Bara berbicara dengan tukang itu.

"Baik pak. Saya bersedia. Tolong maafkan saya."

"Ya ya. Saya mengerti. Tapi lain kali jika ada hal yang tidak sesuai seperti ini saya harap bapak segera melapor langsung ke pusat dan tolong pasir ini ganti semuanya. Dan takarannya juga saya ingin yang terbaik."

"Baik pak. Saya mengerti."

Mas bara pun nampak menelpon seseorang. Ia juga menyuruh asisten lie mengurus tukang tadi dan membereskan semuanya.

"Mas beneran udah tahu siapa dalangnya?" Aku mengikutinya dari belakang.

"Masih orang lama."

"Orang lama?"

"Ya. Anak buah om hardi."

"Om hardi?"

"Kamu gak tahu ya?" Ia nampak tersenyum lucu melihatku.

"Adik papa, Hardi Wijaya anak kedua kakek wijaya." Aku nampak tak asing mendengar nama itu. Tapi siapa ya? Dan dimana aku mendengarnya.

"Sudah lama dia bermain-main denganku. Dia kurang suka dengan pencapaian papa terutama dengan kemajuanku sebagai penerus papa. Apalagi kakek yang mengangkatku menjadi direktur utama di wijaya company membuatnya merasa iri."

"Terus selama ini mas diam aja?"

"Selama ini aku diam. Tapi kali ini enggak. Aku akan menyelesaikannya. Sudah berkali-kali dia menyabotase proyekku seperti tadi. Dan aku tak bisa mentolelirnya lagi."

Tak ada yang kami bahas. Aku sendiri cukup takut untuk bertanya lebih jauh. Karena ini privasi keluarganya.

Mas Bara menghentikan mobilnya di sebuah resort yang tak begitu jauh dari resort miliknya tadi.

Aku menatap kagum melihat keindahan resort ini.

"Indah kan? Kita nginap disini ya."

"Iya mas. Kayaknya betah banget deh kalau nginep disini."

"Pesan dua kamar mbak." Mas Bara memesan dua kamar pada resepsionis.

"Maaf pak. Kebetulan kamar disini tinggal satu. Selain menjelang weekend, cuti akhir tahun menjadi faktor utama tempat ini penuh." Aku terduduk lesu. Ah sayang banget.

"Ya sudah gak papa deh mbak saya ambil." Mataku mendelik menatapnya. Apa dia bercanda.

"Enggak mas aku nggak mau." Aku menolaknya.

"Terserah kamu mau apa enggak. Yang pasti Aku mau nginep disini. Kamu gak denger tadi kalau saat ini weekend dan cuti akhir tahun. Semua resort yang ada di daerah ini juga pasti penuh semua. Kamu mau balik lagi ke jakarta? Aku sih capek." Ia berjalan menuju kamar yang dituju. Dan akhirnya mau tidak mau aku mengikutinya. Ia nampak berbicara dengan pelayan sebelum masuk, dan pelayan itu nampak manggut manggut tanda mengerti.

Mas Bara pun masuk dengan aku yang mengikutinya dari belakang.

Sweet room dengan nuansa romantis membuatku menatap takjub kamar ini. Kalau dengan suami sih cocok. Et, tapi dia juga suamiku, sayangnya hanya suami di atas kertas. Pastinya kamar ini cocok untuk bulan madu.

Tak berapa lama pelayan membawa ranjang tambahan. Oh jadi mas Bara meminta ranjang tambahan untuk kami. Syukurlah, aku jadi tidak harus satu ranjang dengan dia.

Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku sudah tak sabar ingin jalan-jalan menikmati suasana sore yang berkabut di resort ini. Pasti indah banget.

"Niat banget liburan. Persiapannya matang benget sampe bawa sweeter segala."

Aku yang sedang menikmati pemandangan dari balkon kamar mendelik melihat mas Bara yang keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk dibawah pusarnya, tentu itu membuat dada bidang dan otot kekar di lengan mas Bara mampu mengotori mata suciku ini. Apalagi perutnya yang seperti roti sobek itu. Pasti ia rajin sekali olah raga.

Aku segera membuang muka tak mau terhanyut oleh pesonanya.

"Bisa gak sih mas Bara langsung pake baju di kamar mandi?" Aduh bayang-bayang perutnya yang seperti roti sobek tak bisa pergi dari pikiranku.

"Kenapa? Kamu tergoda?" Ia mendekat dan mengungkung tubuhku diantara dirinya dan pagar balkon kamar. Posisi seperti ini memang cocok untuk pasangan suami istri, apalagi kalau masih pengantin baru. Tapi kalau untukku,l posisi ini sangat mengancam nyawa, karena sangat-sangat berbahaya. Jantungku mendadak berdetak cepat. Posisi yang begitu dekat dengannya membuatku merasa gugup.

"Ngapain sih mas? awas iih." Aku mencoba mendorong tubuh mas bara. Dadanya terasa begitu kokoh pasti akan sangat nyaman jika berada didalam dekapannya. Hello May, bersihkan pikiranmu.

Tangan mas bara malah memegang tanganku dan menguncinya ke belakang. Ia menatapku intens membuatku jadi salah tingkah.

"Kamu takut? Atau gugup?"

Blush kurasa pipiku sudah memerah karena pertanyaannya.

"Ternyata kamu cantik juga kalau pipimu lagi merona kayak gini." Ini orang sudah punya pacar, bisa-bisanya menggoda cewek lain.

Kuberanikan menatapnya.

"Mas Bara lupa kalau mas Bara udah punya pacar? Awas loh mas Bara bisa-bisa jatuh cinta beneran sama aku kalau terus dekat-dekat aku kayak gini." Kurasakan tubuhnya menegang. Sepertinya ucapanku mempengaruhinya.

"Memangnya kenapa kalau aku jatuh cinta beneran sama kamu? Gak boleh?" Ia menatap mataku dalam.

"Ya gak boleh lah. Selain Gak ada kesepakatannya dari awal. Mas Bara juga udah punya pacar. Mas harus ingat itu."

"Kalau aku gak peduli?" Ia malah mencondongkan wajahnya mendekat padaku.

"Yyya gak bisa gitu. Pokoknya gak bisa. Mas gak boleh melanggar kesepakatan." Aku kembali gugup oleh tingkahnya. Wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku, ia bahkan sudah memiringkan wajahnya seperti hendak menciumku.

1
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
Niki Fujoshi
Nggak bisa move on.
Shinn Asuka
Ngga bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!