NovelToon NovelToon
Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Suami ideal / Healing / Cinta Lansia
Popularitas:67.1k
Nilai: 4.7
Nama Author: Bukan Emak-Emak Biasa

KDRT dan sederet teror, Mendung dapatkan setelah dirinya menolak rencana pernikahan Andika, suaminya. Andika akan menikahi Yanti, bosnya sendiri. Demi kehidupan enak, dia tega menjebloskan Pelangi—putri semata wayangnya dan Mendung, ke penjara.

Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.

Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—pria dari masa lalunya dan kini sangat sukses, datang. Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka, meski kini mereka sama-sama lansia.

Akan tetapi, selain Salman masih terikat pernikahan, penyakit kronis juga tengah menggerogoti kesehatannya. Masihkah Mendung bisa bahagia, bersama pria yang selalu meratukannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Puluh

Sekitar dua jam lalu, Mendung baru saja menemani Pelangi ke psikiater. Putrinya itu tetap bungkam, meski sang dokter begitu humble. Dokter rekomendasi dari dokter Amir, mengajak Pelangi mengobrol dari hati ke hati. Namun selama itu berlangsung dan lebih dari satu jam, Pelangi hanya menangis tersedu-sedu. Tangis yang amat menyayat pilu, juga menghasilkan air mata sangat banyak.

Kini, Mendung sudah menjadi bagian di ruang tunggu Poliklinik Paru, menemani Salman yang ia paksa berobat. Seperti biasa, seperti saat menemani Pelangi ke psikiater, kini Salman juga kembali melakukan penyamaran. Masker dan topi warna hitam membuat wajah Salman sulit dikenali andai tidak dari dekat dan itu wajib ditatap saksama.

“Besok-besok, jangan hanya ro kok ya, Mas. Sekalian telan molotop. Biar meledug sekalian tuh paru-paru,” ucap Mendung.

Salman yang awalnya menunduk dan memilih diam, refleks nyengir. Melalui lirikan, ia menatap Mendung yang memang duduk persis di sebelahnya. Wanita dari masa lalunya itu terpaksa duduk persis di sebelahnya. Karena selain pasien tengah banyak, tempat duduk di sana juga terbatas. Ada yang sampai duduk di ruang tunggu sebelah karena tak kebagian tempat duduk.

Selain itu, meski Salman tahu Mendung sedang menyindir bahkan memarahinya. Sebenarnya itu bentuk dari perhatian Mendung kepada Salman.

“Akhirnya yang ditunggu-tunggu kejadian juga. Masa iya, aku harus sakit-sakitan dulu, baru diperhatiin? Kalau gitu, selain cek paru-paru. Aku juga mau cek punggung yang sempat bunyi pleketuk, pas diban ting Andika kemarin.” Salman yang berucap lirih demi menghindari orang-orang di sana, sengaja menyindir Mendung. Ia dapati, wanita di sebelahnya langsung salah tingkah tak lama setelah apa yang ia ucapkan.

“Pasien Salman Mahendar ....” Suara perawat terdengar lantang dari ruangan depan. Ruangan khusus pasien paru, yang menjadi alasan Salman maupun Mendung yang menemaninya, menunggu.

“Sudah sangat serius ....”

Kabar buru k sungguh mereka dapatkan dari dokter. Hasil USG dan terpampang di layar sebelah, menjadi buktinya. Detik itu juga Mendung menunduk dalam. Kedua mata Mendung terasa panas sekaligus berat. Tak kalah berat dari dadanya yang langsung bergemuruh.

“Bagaimana mungkin kamu akan membahagiakan aku, jika kamu saja ... sakit parah?” batin Mendung yang sekadar bernapas saja jadi kesulitan. Dalam diamnya, dadanya seolah amblas dan menimbulkan kebocoran hingga stok oksigen untuknya bernapas, tak lagi tersisa.

“Masih bisa diobati, jangan khawatir. Aku akan menjalani pengobatan rutin. Aku juga sudah mulai hidup sehat.” Salman berucap lembut, berusaha meyakinkan Mendung yang ia yakini sangat terpukul. Mendung meliriknya penuh kepedihan di antara air mata yang berjatuhan membasahi pipi.

“Di saat semuanya sudah ada di depan mata. Ada saja ujiannya. Padahal sudah bertahun-tahun berlalu. Bertahun-tahun aku terluka karena menahan kerinduanku kepadamu. Namun, sepertinya Tuhan tetap belum percaya bahwa aku tulus, dan aku bisa membahagiakan kamu,” batin Salman.

Meski Mendung sempat menepis tatapan memelas darinya, Mendung tetap sigap membantu Salman bangun dari ranjang pemeriksaannya. Kasih sayang, juga cinta dalam luka, mungkin itu yang menggambarkan kondisi mereka sekarang.

Di tempat berbeda, Andika dan Yanti, benar-benar tidak memenuhi panggilan polisi. Andika masih dengan sangat setia menjadi kacung Yanti. Andika membantu semua keperluan Yanti, dan juga semua yang Yanti titahkan.

Pengantin baru problematik itu jadi melakukan semuanya di depan kulkas dan pintunya sengaja dibuka. Rasa panas dan gatal yang berlebihan di wajah Yanti, membuat Yanti melakukan segala cara untuk menyudahi, atau setidaknya menguranginya. Yanti bahkan tak segan mendekatkan wajahnya ke area beku di kulkas. Namun karena kondisi wajahnya terasa makin panas, Yanti minta diambilkan batu es untuk mengompres.

“Cepat ... cepat bawa ke wastafel, Mas!” heboh Yanti. Ia biarkan sederet dokumen dan juga laptopnya yang masih menyala di meja depan kulkas, dan merupakan meja kerjanya.

“Lah ... gimana sih? Mendingan kita ke rumah sakit loh. Biar ditangani lagi. Bisa jadi, dosis obatnya kurang, makanya enggak begitu berefek. Ditambah lagi, kamu makan udang sama ikan banyak banget!” cerewet Andika masih berdiri di depan kulkas. Ia menaruh tongkat pelnya kemudian menghampiri Yanti.

“Ngapain sih masih bahas udang sama ikan. Sudah jadi taai juga, orang sudah dimakan dari pagi, tadi aku juga sudah ee!” Yanti tetap ngeyel, merasa tak salah meski dokter Amir sudah wanti-wanti agar Yanti menjalani setiap pantangan.

Yanti menyalakan air keran, menaruh kedua telapak tangannya di bawah airnya yang mengalir, kemudian menggunakannya untuk membasuh wajah. Karena rasa panas dan gatel yang sangat berlebihan. Yanti membasuh wajahnya penuh tenaga. Malahan karena rasa gatalnya makin meraja lela, pada akhirnya Yanti tidak tahan dan menggaruknya kuat.

“Hei ... enggak gitu konsepnya, Yanti!” Andika heboh, tetapi jadi bingung juga karena Yanti histeris kesakitan.

“Gatal, Mas. Gatal banget!” heboh Yanti terus garuk-garuk.

Andika menahan kedua tangan Yanti erat. Antara ngeri sekaligus j ijik, itulah yang Andika rasa ketika menyaksikan kondisi terbaru wajah Yanti. Bentol yang awalnya mirip bisul karena ukurannya lumayan besar, lebih besar dari kelingking orang dewasa. Kini terus mengeluarkan darah karena lecet digaruk Yanti.

“Perih, Mas. Perih! Sakit sekali, Mas. Tolong aku! Cepat carikan aku dokter, Mas! Ke spesialis, Mas. Di rumah sakit besar! Aku rela kehilangan semuanya, asal aku cantik lagi!”

“Aduh ....” Andika pasrah.

Padahal yang Andika bayangkan, menikah dengan Yanti akan membuatnya hidup enak. Namun nyatanya, meski Andika merasakan kehidupan enak, lelah dan ingin menyerah, lebih dominan setelah cobaan silih berganti datang.

Baru akan membawa Yanti berobat, tiga orang polisi datang dan sudah berdiri di depan pintu. Salah satu dari mereka nyaris mengetuk pintu. Sementara berbeda dari kedatangan sebelumnya, kali ini kedatangan polisi sampai disertai mobil polisi.

Hampir semua karyawan yang jumlahnya belasan, serta para tetangga, menjadikan apa yang terjadi kini sebagai bahan tontonan. Namun dari semua yang terjadi dan bisa mereka duga. Kondisi wajah, leher, dan juga sebagian telinga Yanti, jauh lebih menyita perhatian mereka.

Wajah memerah mirip kebakar. Penuh jerawat dan bisul yang terus mengeluarkan darah. Lalat-lalat mendadak berdatangan dan berusaha menyerang.

“Saya sakit, Pak. Lagi pula saya tidak tahu apa-apa. Kalau kalian mau bawa salah satu dari kami, orang yang pantas kalian bawa, tentu suami saya. Siapa suruh mau menikahi saya, padahal dia sudah berkeluarga. Sumpah, Pak. Saya tidak pernah memaksa,” ucap Yanti memelas, kemudian menunduk, hingga ia melihat kedua tangannya yang masih diikat menggunakan tali. Andika yang melakukannya, agar ia tak garu-garuk terus, dan bisa membuat kondisi wajahnya makin parah.

(Ramaikan ❤️❤️❤️❤️)

1
Neneng Liauw
ahhh s Koneng pintar memanfaatkan situasi 🤣🤣
Dedeh
ternyata ini akun baru ya semoga lancar update nya
Dedeh
semoga Kaka outhor mau up lagi cerita nya 🥰
Mira Hastati
bagus
Heni Maryanti
bolak balik ngecek gak ada kelanjutannya
aca
kok g up
aca
salah sendiri merokok terus
aca
males klo ma ester mending ma pelangi
aca
kok jd inget ojan sang pemuja janda ya/Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/ aduh maaf Thor
aca
jangan bertele-tele Thor bkin sedihnya jd anjlok mood buat bacanya klo menderita terus
Heni Maryanti
bagus, mengisnpirasi
Dcy Sukma
Luar biasa
Ira mamaya
kok tiba2 dr. andri 🤔
Wiwik Retno Eni
bagus
Wiwik Retno Eni
bagaimana td jujur dengan masa lalu
🥀HartiQueenn_Dee🥀
ya allah kasihan banget pelangi akibat kelakuan bapaknya sampai mentalnya kena,,,,,
🥀HartiQueenn_Dee🥀
kenapa yanti selamat thor setidaknya kena luka bakar atau cacat
🥀HartiQueenn_Dee🥀
maaf kak ros aku baru mampir,,ketinggalan jauh nih harus maraton bacanya
Anna Nurhasanah
eh,beneran gak dilanjut ya Thor? ya udh,smg othornya sabar,ikhlas,biar sehat selalu
@alfaton🤴
semoga Salman mendung pelangi......semua sehat bisa kembali bersatu..... Mendung dengan Salman..... Pelangi dengan dokter Amir.......dan si koneng yang mungkin suruhannya Salman bisa dengan Talita ....mereka semua kan bahagia 🤩🤩🤩🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!