Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn
Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.
Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.
Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.
Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Percaya Diri
"Nona Davina sangat populer." Kata Bara sembari menunggu Kevin selesai menandatangani dokumen yang dibawanya. "Saya pikir... dia akan tertekan dengan skandal itu, tapi ternyata banyak orang yang mendukungnya."
Kevin yang tengah menandatangani pun terdiam sejenak ketika mendengar kata-kata Bara. Dia mendongak menatap asistennya yang berdiri didepan meja kerjanya. "Apa maksud mu?."
"Ya, bukan hanya karyawannya yang mendukung Nona Davina, tapi juga seorang pria yang baru saja datang dengan membawakan bunga. Mereka tampak cukup dekat—"
"Sepertinya kamu mempunyai lebih banyak waktu luang karena masih sempat melihat Davina menerima bunga. Apa kau ingin aku memberi mu banyak pekerjaan lagi?." Tanya Kevin sembari menggertakkan giginya.
Mendengar ada seorang pria yang membawakan bunga untuk Davina, membuat Kevin merasa marah karena suatu alasan. Ia mengepalkan tangannya dan kilatan kemarahan terlintas di matanya.
Sementara itu, Bara terkejut dengan reaksi Kevin. Ia berdehem sebelum akhirnya buka suara. "Saya sudah punya banyak sekali pekerjaan untuk dilakukan, Tuan Kevin."
'Apa yang sudah aku lakukan hingga membuat Bos marah padaku?.' Batin Bara. Ia menyadari bahwa Kevin telah bertingkah aneh semenjak Davina di kenalkan didepan publik.
"Kalau begitu.... fokuslah pada pekerjaanmu, kita perlu menemukan cara untuk memperbaiki nama baik perusahaan gara-gara skandal ini harga saham juga terus menurun." Kata Kevin.
Setelah Bara pergi meninggalkan ruang kerja Kevin. Kevin mencoba untuk fokus kembali pada pekerjaannya, tetapi sayangnya ia tidak bisa. Pria itu mencoba menyibukkan diri dengan membaca buku atau memeriksa statistik Delwyn Group. Namun, Kevin tidak bisa fokus pada apa pun.
"Apa yang salah denganku?." Tanyanya pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba, ia meraih iPad nya dan masuk kedalam sistem pengawasan perusahaan untuk memeriksa rekaman dari sebelumnya. Dan benar saja, ia melihat ketika Davina mendapatkan bunga dari Aksa. Keduanya tampak seperti pasangan sempurna yang saling mencintai.
Melihat rekaman itu, Kevin mengeratkan cengkeramnya pada iPad di tangannya dan mungkin, jika Kevin memiliki kekuatan super, iPad itu pasti sudah hancur berkeping-keping saking kuatnya.
Isi kepala Kevin kemudian memikirkan tentang skandal yang masih panas-panas di perusahaan. "Aku perlu bertanya pada Davina.... mengapa dia menjiplak karya Daisy."
***
Beberapa menit kemudian, Kevin membuka pintu ruang kerja Davina dan langsung masuk tanpa meminta izin kepada pemiliknya.
Kevin langsung melihat Davina yang sedang asyik dengan pekerjaannya sehingga wanita itu tidak menyadari ada seseorang yang masuk kedalam ruangannya.
Terlihat, wanita itu mengikat rambutnya menjadi sanggul yang berantakan dan menunduk kepalanya seraya menggambar sesuatu.
Saat Kevin berjalan mendekati meja kerja Davina, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan betapa cantiknya penampilan Davina saat ini.
Kedua alis Davina mengernyit karena konsentrasi yang dalam dan dia menggigit bibir bawahnya. Untuk sesaat, gambaran seperti ini mengingatkan Kevin pada mendiang istrinya, Elmira...
Seperti itulah penampilan Elmira setiap kali dia mulai fokus pada sesuatu.
Kevin merasa hatinya tercekat ketika mengingat kenangan itu.
Pria itu kemudian berjalan mengitari meja Davina, berharap melihat apa yang membuat wanita itu terlihat begitu asyik hingga tidak menyadari kedatangannya. Namun, Kevin mengernyitkan dahinya ketika ia melihat tanda lahir di belakang leher Davina dan membuat jantung Kevin berdegup kencang.
Tangan pria itu bergemetaran, Davina memiliki bercak merah muda berbentuk awan di belakang lehernya, sama persis seperti Elmira...
'Bagaimana Davina bisa terlihat seperti Elmira dan memiliki tanda lahir di tempat yang sama? Apakah semua ini benar-benar hanya sebuah kebetulan?.' Tanya Kevin dalam hatinya, dan ia mengambil langkah semakin mendekat secara perlahan.
Ketika Kevin hendak mengangkat tangannya dan menyentuh tanda lahir itu, Davina tiba-tiba mendongakkan kepalanya keatas dan hampir terlompat dari kursi saking terkejutnya dia.
"Kevin?." Jantung Davina berdegup kencang karena terkejut. "Ada apa perlu apa kamu ke ruanganku?."
Kevin menyipitkan matanya, menatap Davina. Ia melangkah mundur dan memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya. "Aku datang untuk memeriksa pekerjaanmu agar kamu tidak melakukan plagiarisme."
Davina melayangkan tatapan tajamnya kearah Kevin. "Sudah aku bilang kalau aku tidak mencuri karya siapa pun dan itulah mengapa aku mau ikut dalam kompetisi ini untuk membuktikan kalau diriku tidak bersalah."
Kevin mengedikkan bahunya dan berkata dengan acuh tak acuh. "Siapa yang akan tahu? Mungkin kamu akan melakukannya lagi untuk menyelamatkan reputasi mu."
Kemarahan berkobar dalam diri Davina. "Kevin, kalau kamu berpikir begitu buruk tentang karakter ku, kita akhiri saja kerja sama ini dan cukup sampai di sini. Aku tidak ingin bekerja dengan seseorang yang tidak bisa mempercayai ku."
"Jadi, setelah membuat kekacauan ini kamu akan pergi?." Tanya Kevin.
"Aku tidak mengatakan kalau aku akan kabur! Seperti yang kamu lihat, aku mencoba membuktikan kalau aku tidak mencuri karya orang lain. Kevin, aku tidak perduli kalau kamu percaya atau tidak. Tapi, sebagai seorang desainer, aku bangga dengan karyaku. Aku tidak akan pernah mencuri karya orang lain dan mengklaimnya sebagai milikku. Aku bukanlah tipe orang yang seperti itu!." Kata Davina dengan tegas, berharap jika Kevin akan dapat memahaminya.
Ketika Kevin hanya diam saja, Davina pun kembali buka suara. "Biasanya, aku akan mengurus urusan ku sendiri ketika di provokasi dan tidak melawan. Tapi, ini menyangkut pekerjaan ku. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil keuntungan dariku. Tidak akan pernah."
'Apakah dia benar-benar tidak mencuri desain itu?.' Batin Kevin sembari mengamati ke-dua mata Davina.
Ketajaman di matanya dan seberapa percaya dirinya Davina terdengar membuat Kevin merasa percaya entah mengapa. Namun, ia juga tidak mengira Daisy bisa sekejam itu. Daisy tahu perusahaan perhiasan itu penting baginya, mengapa dia mau menyabotasenya?
Kevin tidak ingin mengakhiri masalah ini tanpa melakukan verifikasi. "Kita lihat saja nanti."
***
Davina baru saja begadang semalaman dan terbangun ketika ia mendengar suara dering ponsel miliknya yang sangat nyaring hingga mengganggu tidurnya. Pagi-pagi sekali, ia masih malas untuk bangun, tetapi setelah melihat layar dan membaca siapa orang yang telah menelponnya, kedua mata Davina langsung berbinar dan segera mengangkat telpon tersebut.
"Paman!." Sapa nya.
"Selamat pagi, Davina. Paman baru saja mendarat dari pesawat tadi malam." Kata seorang pria dari seberang sana.
"Itu berita yang sangat bagus sekali, Paman! Apa pagi ini paman akan datang ke rumah dan tinggal bersama kami selamanya?." Tanya Davina
Terdengar dari pengeras suara jika pria itu terkekeh kecil. "Bagaimana kalau kita mengobrol secara langsung? Aku akan mentraktir keponakan ku makan siang hari ini!, Kamu setuju?."
Davina mendesah. "Paman, apakah paman masih belum mau pulang? Kita bisa makan siang bersama di rumah, bahkan sarapan bersama. Ayah pasti sangat merindukanmu."
Ada jeda beberapa saat dari seberang sana, tetapi tak lama kemudian... terdengar suara pria itu buka suara. "Aku juga merindukan Ayahmu, tapi aku akan diomeli ketika melangkah kaki disana... kamu tahu aku meninggalkan bisnis perhiasan keluarga dan Ayahmu tidak senang dengan hal itu. Jadi, untuk saat ini... anggap saja aku takut dengan kemarahan ayahmu dan kamu harus tetap merahasiakan kepulanganku demi menyelamatkan paman mu tersayang ini, oke?."