mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Haikal dan Laras.
Terlihat Laras turun dari mobil, bersama dengan Haikal. Mereka berdua kini berjalan menghampiri Zeva yang tertegun di tempat.
"Zeva, bisa kita bicara?" Ujar Laras dengan pelan.
Zeva mengangguk dan mempersilahkan kedua orang tua setengah baya itu masuk ke dalam rumah.
"Biar saya buatkan minum dulu." Kata Zeva setelah kedua orang itu duduk di ruang tamu.
"Gak perlu, kami kesini cuman sebentar," ujar Laras.
Dengan anggukan ragu, akhir nya Zeva menurut. Dia duduk di hadapan kedua orang tua suaminya dengan perasaan gelisah.
"Zeva, saya kesini ingin meminta maaf padamu." Lirih Laras.
Zeva yang tadinya tertunduk pun seketika mengangkat wajahnya, dia menatap tak percaya pada Laras yang meminta maaf padanya.
"Maaf kalau perkataan saya menyakitimu tempo hari, saya sadar. Jika bukan hanya kamu yang bersalah disini, tapi saya juga. Kita sama-sama menyakiti Aaron." Lirih Laras.
"Nyonya, saya ...,"
"Panggil mamah saja, karena kamu sudah menjadi istri Aaron. Itu artinya, kamu adalah menantu saya." Sahut Laras dengan cepat.
Zeva tersenyum canggung, dia masih merasa syok dengan kedatangan Laras.
"Ma-mamah, Zeva tidak marah sama mamah. Justru Zeva yang harusnya minta maaf, karena sudah menyakiti putra mamah. Kalau Zeva di posisi mamah, Zeva juga akan merasa kecewa." Balas Zeva.
Laras tersenyum haru, dia segera bangkit dan duduk di samping Zeva. Dirinya langsung memeluk Zeva dengan air mata yang mengalir.
"Terima kasih, terima kasih Zeva. Maafkan mamah yah," ujar Laras.
"Hm iya mah, maafkan Zeva juga." Sambut Zeva sembari membalas pelukan mertuanya.
Haikal tersenyum, dia senang istrinya sadar. Bahkan, Laras yang meminta untuk di antar kemari.
Sudut mata Haikal menatap seseorang yang mengintip, dia pun memfokuskan matanya pada seorang bocah yang sedang mengintip dengan malu-malu.
"Jangan bersembunyi, kemarilah!" Ajak Haikal.
Bukannya menurut, Marsha malah benar-benar menyembunyikan tubuhnya. Hanya terlihat dress nya yang berwarna pink dengan motif bunga.
Laras dan Zeva melepas pelukan mereka, keduanya sama-sama menghapus air matanya. Lalau, mereka beralih menatap Marsha yang masih bersembunyi.
"Sini sayang." Panggil Zeva.
Mendengar sang bunda memanggil, Marsha pun memberanikan diri untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
Di pelukannya terdapat boneka teddy bear, rambutnya telah memakai bando yang senada dengan bajunya.
Dia melangkah pelan ke arah Zeva sambil menunduk malu.
"Bunda." Cicit Marsha ketika sampai di depan bundanya.
Zeva membawa Marsha ke pangkuannya, seketika Marsha langsung berhadapan dengan Haikal.
"Cantik sekali, siapa namanya cantik?" Tanya Haikal sembari menundukkan sedikit tubuhnya.
"Malcha." Cicit Marsha.
Zeva tersenyum sembari mengusap rambut Marsha, Laras bisa melihat bagaimana cucunya sangat mirip dengan putranya. Namun, versi perempuan.
"MAlcha?" Tanya Haikal dengan kening mengerut.
"Maallccchaaa!! PAke LL bukan L!"
"L kan?" Tanya Haikal dengan bingung.
"Hii LLLLL!!" lud4h Marsha sampai menyebar keluar, dengan tatapan kesal dia menatap Haikal yang terkekeh melihatnya.
"Namanya Marsha Aruna Leandra tuan."
"Jangan tuan, panggil daddy saja biar sama seperti suamimu. Oh ya, siapa tadi namanya. Marsha. Cantik sekali, kalem yah tenyata."
Zeva mengulum bibirnya, jika saja Haikal tahu bahwa putrinya lebih-lebih luar biasa ajaibnya dari si kembar. Bagaimana syok nya pria itu
"Boleh mamah pangku?" Pinta LAras.
"Boleh." Sahut Zeva.
Zeva memberikan Marsha pada Laras, Marsha beluk memperhatikan Laras sejak tadi.
"Halo sayangnya nenek,"
Mendengar suara yang familiar untuknya, Marsha mendongak. Seketika bibirnya melengkung ke bawah, matanya mengembun. Dia menatap Zeva dan membuka mulutnya.
"EKHEEE!! HUAAA!!!"
Zeva yang panik, langsung buru-buru membawa Marsha ke pangkuannya. Putrinya terlihat sangat ketakutan, bahkan tangan Marsha melingkar di lehernya dengan sangat erat seakan takut kembali di lepaskan.
"Syuutt, kok nangis? Marsha kenapa hm?" Tanya Zeva.
Marsha hanya menangis histeris, Zeva lun bingung. Dia lupa jika sebenarnya Marsha masih terbayang rait wajah marah Laras.
"Kenapa Marsha takut dengan neneknya?" Tanya Haika dengan raut wajah bingung.
Zeva sedikit ragu untuk menceritakan mengapa Marsha ketakutan, dia tidak ingin Laras kembali kesal padanya.
"Marsha belum terbiasa dengan irang baru dad, jadi suka nangis," ujar Zeva mencari alasan.
Haikal tak langsung percaya, dia menatap Laras yang tengah menatap Marsha dengan raut wajah bersalah.
"Apa ini ada hubungannya saat kamu ke rumah sakit, Laras?" Tanya Haikal tepat sasaran.
Laras tak mengelak, dia mengangguk membenarkan perkataan suaminya. Seketika, Haikal mengusap kasar wajahnya, lantas saja anak balita itu sangat ketakutan.
"Apa yang sudah kamu perbuat mom, secara tidak langsung kamu rusak mental dia. Kamu berantem sama Aaron di depan anak sekecil itu, pantes aja dia trauma." Omel Haikal.
"Dad, buka salah mamah. Aku yang lupa Untuk menyingkirkan Marsha sebelum mulai perdebatan. Seharusnya saat itu aku peka dan langsung memindahkannya." Bela Zeva.
"Kamu gak usah belain ibu mertuamu Zeva," ujar Haikal.
Zeva langsung kicep, di satu sisi dia sibuk menenangkan Marsha. Di sisi lain, dia merasa kasihan dengan ibu mertuanya.
"Siapa tuh yang nangis?!"
Kebetulan, Raihan yang memang masih berada di rumah datang menghampiri mereka. Dirinya tadi berada di kamar, setelah mendengar tangisan Marsha. Dia pun keluar.
"Raihan!" Lekik Haikal saat mengetahui putra bungsunya ada di rumah.
"Eh daddy sama mommy, ngapain kesini?" Tanya Raihan dengan berjalan santai menghampiri Marsha.
"Seharusnya kami yang tanya, kenapa kamu ada di rumah kakakmu!" Sentak Haikal.
Raihan tak membalas ucapan Haikal, dia membawa Marsha ke dalam gendongannya dan mengajaknya keluar.
"Ck, anak itu! makin kesini makin keterlaluan!" Geram Haikal.
"Zeva, sejak kapan anak itu ada disini!?" Tanya Haikal beralih menatap Zeva.
"Baru kemarin kok dad," ujar Zeva dengan takut.
Haikal bangkit dari duduknya, dia melipat lengan kemejanya sampai ke siku.
"Bener-bener anak itu, minta di kasih pelajaran!" Sentak Haikal.
"Dady mau marahin Raihan? kan dia baru kesini semalem, kenapa udah di marahin?" Sahut Laras tak terima.
Haikal menoleh menatap istrinya, dengan tangannya yang di letakkan di pinggang. Dia lalu berkata, "Mobilku di bawa kencan sama dia!" Seru Haikal dan berjalan keluar berniat akan menyusul Raihan.
Zeva dan Laras sama-sama melongo, dari mana Haikal tahu jika Raihan sehabis mengantar Ayla.
Sedangkan di kantor, Aaron memarahi habis anak buahnya. Semua kerjaan para bawahannya di anggap salah olehnya.
"Ini salah, ini salah, ini juga salah. KALIAN BECUS GAK SIH KERJANYA?! KALAU NIAT MAIN-MAIN, KALIAN MENDING RESIGN SAJA DARI KANTOR SAYA!"
Fajar yang berdiri di samping Aaron seketika meringis, dia besiap-siap mempersiapkan dirinya yang bisa kapan saja di usir oleh Aaron.
"Tuan Aaron lagi kenapa yah? kayak suami kekurangan jatah, kan punya istri. Kenapa mumet begitu yah. Kalau saya mumet yo wajah, orang saya jomblo." Batin Kemeja batik.
***