Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan Teraneh
Andine fokus melihat laptop, begitupun Aleandro.
"Tak ada yang janggal?" rekaman cctv diputar saat Andine mulai berada di apartemen. Itu artinya dirinya dijadikan tersangka utama.
Andine tentu tak terima dong.
"Tuan, saya juga korban di sini. Kenapa tak ada rekaman sebelum saya berada di apartemen ini?" rekaman cctv berhenti saat Andine sedang melakukan sesuatu. Karena tertutup pintu kulkas, jadi tak terlihat apa yang dilakukan oleh Andine.
"Kena kau!" kata Aleandro dengan tertawa sinis.
"Maksud tuan?" telisik Andine.
"Pasti kamu sedang menuangkan sesuatu kan ke minuman dingin yang ada di kulkas?" selidik Aleandro.
"Enak aja. Aku tuh ambil daging bossss," elak Andine.
Andine menekan tombol pause. Saat itu juga Andine terlihat membawa daging yang akan dimasak.
"Anda bisa lihat sendiri tuan," ujar Andine sinis.
Selebihnya adegan Andine memasak sampai mereka makan bersama terlihat di sana.
Bahkan saat mereka kepanasan bersama dan berciuman dengan saling menuntut juga terlihat.
Blusssss.... pipi Andine merona melihat adegan itu.
'Kenapa aku jadi beringas begitu yaaaaa?' melihat adegan seterusnya membuat Andine malu sendiri.
'Bisa-bisanya aku mengeluarkan suara laknat saat pria ini menyesap cerryku,' rutuk Andine dengan rasa malu segedhe gaban.
Aleandro menoleh melihat reaksi Andine.
"Puas kamu!" hardiknya.
"Eh, bukannya tuan juga menikmati tubuhku? Aku di sini yang jadi korban tuan, kenapa pula anda yang tak terima," kata Andine mulai jengah.
"Ingat, perjanjian kita adalah tak ada kontak fisik. Tapi ini apa yang terjadi? Dengan seenaknya tuan mengambil aset berharga yang akan kupersembahkan kepada suamiku kelak," oceh Andine.
Aleandro menyentil kening Andine.
"Lupa? Kalau aku ini suamimu," timpal Aleandro.
"Hah? Suami di atas kertas bukan suami betulan," Andine menanggapi.
Aleandro mengalihkan rekaman cctv yang ada di kamar, adegan 21+ nampak di sana.
"Stop tuan!" kata Andine.
"Kenapa?" muncul ide jahil Aleandro.
Benar apa kata Andine, Aleandro saat ini untung banyak.
Mahkota Andine ternyata masih tersegel sempurna sebelum dia membobolnya semalam.
Ada rasa yang berbeda saat dirinya menikmati malam pertama dengan Michelle.
Aleandro merenungkan itu semua.
"Tuan... Tuan... Stop...," perkataan Andine membuyarkan lamunan Aleandro.
Aleandro teringat sesuatu.
Kalau memang bukan Andine pelakunya, siapa yang berani menaruh obat-obatan laknat itu. Pikir Aleandro.
Hanya Martin yang bebas keluar masuk ke apartemen ini, selain Michelle tentunya. Apalagi Michelle pamit ke luar negeri kemarin siang. Tak mungkin dia yang melakukan.
Aleandro menggelengkan kepala.
Tak mungkin kedua orang itu berani melakukan terhadapnya.
Satu-satunya tersangka menurut Aleandro hanya lah Andine. Tapi wanita ini tak mungkin mengorbankan keperawanannya hanya untuk menjebakku. Bimbang hati Aleandro.
"Gelas minum sisa semalam apa sudah kamu cuci?" mendadak Aleandro bertanya.
"Belum sempat," jawab Andine singkat.
"Bawa sini!" titah Aleandro.
Sejak Michelle datang tadi, Andine belum melakukan apapun.
Apalagi membersihkan meja makan.
Aleandro sibuk menelpon seseorang, saat Andine masuk membawa dua gelas minuman sisa semalam.
"Jerome, aku nggak mau tahu. Besok harus sudah keluar hasilnya," paksa Aleandro yang sepertinya menelpon dokter Jerome.
"Taruh aja di situ!" pinta Aleandro.
Hening
"Tu.. Tuan muda," Andine mengawali kebisuan ini.
"Apa?" Aleandro melotot ke arah Andine.
"Apa perjanjian ini kita batalkan saja? Toh kita sudah sama-sama rugi. Kalau tuan dan nyonya hanya rugi materi, kalau saya ruginya banyak tuan," Andine berharap perjanjian berakhir dengan dia tidak mengembalikan uang saja sudah bersyukur.
Kamu ini bodoh atau bagaimana sih Ndin? Bisik author.
"Wowww... Tidak bisa. Kamu sudah merasakan pusaka ku, jadi tak akan kubiarkan kamu pergi begitu saja," halang Aleandro.
"Plisss tuan," harap Andine.
"No... Sekali tidak tetap tidak," tolak Aleandro.
.
Aleandro menyuruh Martin untuk mengantarkan sampling minuman ke Jerome.
"Nona, apa anda tidak apa-apa?" Martin menghampiri Andine.
"Nggak usah sok baik. Lakukan saja perintahku!" tegas Aleandro.
Andine diam tak merespon.
Aleandro tak kembali ke kantor dan memutuskan tidur di apartemen.
Aleandro terbangun saat malam menjelang.
"Oh, sudah malam ternyata," Aleandro menggeliat untuk merenggangkan ototnya yang berasa pegal.
Ceklek
Aleandro keluar hanya mengenakan bokser dan kaos rumahan.
"Gelap sekali? Kemana dia?" gumam Aleandro.
"Apa dia masih tidur? Wah, pemalas sekali dia," gerutu Aleandro.
Padahal dia sendiri juga baru bangun, malah ngolok Andine.
Aleandro mencari kemana-mana tapi tak ditemukannya Andine.
"Awas saja kalau kamu berani menipuku" umpat Aleandro merasa kesal dan langsung menelpon Martin untuk mencari keberadaan Andine.
Sementara Andine berjalan tergesa karena barusan mendapat telpon jika sang ibu kritis.
Jangan kan untuk ijin Aleandro, ganti baju saja Andine tak sempat.
Pikirannya kalut memikirkan kondisi ibunya.
Saat sampai ruangan ibunya, terlihat dokter dan beberapa perawat mengelilingi sang ibu untuk melakukan resusitasi.
Andine tertegun, tanpa tahu harus berbuat apa.
"Tanggal... Bla.... Bla... jam... Bla... Bla... Nyonya A, dinyatakan meninggal dunia," kata sang dokter.
Kedua kaki Andine berasa lemas dan tak mampu lagi menopang beban di atasnya.
Tangisan Andine luruh seketika.
"Ibuuuu..... ," Andine merangkak mendekat jenazah ibunya.
Andine menangis terisak di sana.
Hanya ibu keluarga satu-satunya dan sekarang telah pergi untuk selamanya. Jangan tanya ayah Andine kemana? Ayah Andine pergi meninggalkan ibu saat Andine masih berada dalam kandungan.
Andine bangkit perlahan untuk menyelesaikan adminitrasi agar jenazah ibunya bisa segera dikebumikan.
.
Andine duduk bersimpuh di samping pusara sang ibu.
Makam sudah sepi. Para pelayat telah meninggalkan area makam sejam yang lalu.
Andine masih setia di sana.
Hingga Andine merasakan bahunya ditepuk, Andine menoleh. Nampak di sana Aleandro membawakan payung untuk melindungi Andine dari rintik hujan.
Ya, Aleandro barusan mendapatkan kabar dari Martin jika Andine sedang berduka.
"Kita pulang!" ajak Aleandro setelah bersimpuh dan berdoa di samping pusara mertuanya.
Andine melongo melihat semuanya.
'Apa aku sedang mimpi?' bisik Andine dalam hati.
.
Sampai di apartemen, Aleandro dan Andine dikejutkan dengan kedatangan Michelle.
Bahkan Michelle duduk menopang kaki di ruang tengah.
"Oh, darimana kalian?" tanya Michelle penuh selidik.
"Bukannya kamu bilang masih di Paris?" kata Aleandro.
"Perasaanku tak enak, makanya aku balik. Ternyata benar juga feelingku, kalian asyik berduaan di belakangku," kata Michelle dengan mimik sedih.
"Ini tak seperti yang kamu kira sayang," kata Aleandro menjelaskan.
'Bukannya dari kemarin nyonya Michelle di sini? Apa itu artinya suaminya ini tak tahu keberadaannya? Padahal jelas-jelas dia mengancamku kemarin,' kata Andine dalam hati.
Pasangan paling aneh sedunia
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Tetap lanjut untuk melakukan yang terbaik dan terus berharap semoga saja karya ini lolos retensi.
Makasih yang sudah kasih like, komen n' vote.
Tak ada kalian smua, apalah arti author ini.... 🥰
yup perlu banget Andien diperkenalkan