Dalam sebuah pesta seorang gadis bernama Elis sengaja di tugaskan oleh sang ayah untuk menggoda para pengusaha muda yang kaya raya. Namun siapa sangka Elis malah terjebak dengan seorang pria yang paling di takuti di dunia bisnis.
Louise Mahendra Maxim adalah CEO dari Boison Grup terkenal dingin dan kejam. Seseorang yang pintar dan juga cerdas namun sayangnya malah jatuh hati pada Elis putri seorang pengusaha licik dan serakah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gedung Pencakar Langit
Elisa Natawijaya adalah putri Aryo Natawijaya dari pernikahan yang diam-diam dengan seorang wanita yang berasal dari Negara Pakistan. Meskipun sudah bercerai namun hubungan keduanya cukup baik. Aryo sering mengunjungi Elis yang tinggal bersama sang ibu di Pakistan. Bahkan seluruh biaya pendidikan kuliah Elis di luar negeri semuanya di tanggung oleh Aryo. Beberapa bulan yang lalu ibu Elis meninggal dunia, dan Aryo meminta Elis untuk tinggal bersamanya.
Elis mewarisi kecantikan sang ibu, memiliki mata bulat dan hidung yang mancung dengan wajah khas keturunan Pakistan membuat kecantikan Elis berbeda dari wanita lainnya.
"Terima kasih." ucap Elis masih dengan nada ketus sebelum keluar dari mobil yang ia tumpangi.
Ya, setelah menimbang-menimbang akhirnya Elis menerima tawaran dari pria asing tadi untuk mengantarkannya pulang. Meskipun pria itu sangat menyebalkan tapi hanya pria itu yang tidak menatapnya dengan mesum. Jadi Elis merasa aman jika pulang bersamanya.
Sebelum melangkah masuk kedalam rumah, tiba-tiba Elis teringat sesuatu dan dia kembali mengetuk kaca jendela mobil yang hampir berjalan itu.
"Kemana aku harus mengembalikan baju ini nanti ?" tanya Elis yang sebenarnya enggan untuk menanyakan nama pria itu.
Tanpa menjawab pertanyaan Elis, pria itu langsung memberikan sebuah kartu nama. Elis mengambil kartu itu, kemudian mobil pria itu langsung pergi.
"Louise Mahendra Maxim, CEO Boison Grup." Elis membaca nama di kartu tersebut.
Ia kemudian menggedikkan bahunya. Entahlah, dia tidak mengenal siapapun di negara ini selain ayah dan kakaknya karena Elis baru satu minggu pindah ke sini.
Sementara itu Aryo tersenyum penuh arti ketika tadi ia tidak sengaja melihat Elis pergi bersama dengan seorang pengusaha muda nomor satu kota ini.
Louise adalah seorang CEO di perusahaan Boison Grup, sebuah perusahaan raksasa yang sangat terkenal di negara ini dan negara Eropa. Boison Grup juga memiliki beberapa perusahaan cabang di negara-negara Asia.
Meskipun Louise masih muda dan belum menikah, namun sebenarnya pria itu bukanlah target Aryo untuk dijadikan suami Elis. Aryo sangat tahu jika Louise bukanlah orang sembarangan yang bisa di singgung. Tapi, jika benar Louise menyukai putrinya, mungkin itu merupakan sebuah keberuntungan untuknya.
Jiwa serakah Aryo mulai meronta dengan membayangkan keuntungan-keuntungan yang bakal ia dapat jika memang nanti Elis menikah dengan Louise. Tanpa memikirkan apa akibatnya jika sekali saja ia melakukan kesalahan dan menyingung Louise.
"Maaf pa, tadi malam aku pulang dulu." kata Elis saat mereka sedang sarapan.
"Iya, papa sudah tahu." jawab Aryo.
"Jadi kapan kalian akan bertemu lagi ?" tanya Aryo lagi.
Dia sangat berharap Elis dan Louise memiliki hubungan lebih lanjut.
"Hah ?" Elis bingung apa maksud pertanyaan papanya.
"Dia mengantar mu pulang tadi malam. Pasti kalian berjanji untuk bertemu lagi kan ?" tanya sang papa penuh harap.
Elis memutar bola matanya mendengar kalimat sang ayah. Dia memang akan bertemu lagi dengan pria yang mengantarkannya tadi malam, tapi hanya untuk mengantarkan baju milik pria itu. Bukan untuk yang lain.
Saat keduanya sedang sarapan, seorang wanita datang dan langsung duduk di meja makan.
"Pagi pa, pagi Elis." sapa wanita itu yang tak lain adalah putri pertama Aryo, Lidia.
Aryo tersenyum menyambut kedatangan putri pertamanya. Berharap Lidia datang membawa kabar gembira.
Usai sarapan Elis bermaksud untuk pergi ke perusahaan Boison Grup, ingin mengembalikan baju Louise tadi malam yang sudah di cuci oleh pelayan. Dia tidak suka menyimpan atau berurusan lama-lama dengan orang yang tidak dianggapnya penting.
Elis menatap bangunan tinggi di depannya. Ia sungguh tidak menyangka jika pria tadi malam merupakan CEO dari Gedung perusahaan pencakar langit itu.