NovelToon NovelToon
Sleeping With My Boss

Sleeping With My Boss

Status: tamat
Genre:Poligami / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Tamat
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.

Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34

"Ikut ya, Ra, please.... " bujuk Hana sambil menggenggam tangan Rara. "Gak seru kalau gak ada kamu." Hana yang sebentar lagi akan menikah, ingin travelling ke Jepang. Mumpung masih lajang, ingin mengunjungi lebih banyak negara biar nanti pas udah nikah, bisa fokus ngurus keluarga, karena sudah puas seneng-seneng.

Rara menghela nafas panjang. Sebenarnya dia juga ingin jalan-jalan, tapi masalahnya, apa Jovan akan ngasih izin. Kalau hanya ke food festival seperti kemarin sih, dia berani keluar tanpa izin, tapi kalau sampai keluar negeri, dia masih belum berani, masih menghargai Jovan sebagai suami.

"Mikir apa lagi sih, Ra? Istri horang kaya mah gak usah mikir kalau cuma mau ke Jepang," Haidar ikut membujuk. "Sekalian ajak Tante Rere dan Om Meo juga, mereka pasti kangen sama Raga. Aku juga bakalan ajak Mama. Kalau Papa sih, pasti gak bisa, dia kan sibuk kerja."

"Mau kemana?" Mama Rere yang tak sengaja mendengar, ikut nimbrung.

"Tante, kita ke Jepang yuk," ajak Hana. "Kita jalan-jalan sekeluarga."

"Wah... seru tuh, Tante juga pengen ke Jepang. Udah lama banget gak ketemu Raga. Pah, ke Jepang yuk," Mama Rere berteriak pada suaminya yang tengah sibuk menyusun bunga.

"Papa sih mau aja, tapi berat di ongkos kalau bertiga," Papa Romeo mendekat, menghampiri mereka. Sekarang, ekonomi keluarga hanya berasal dari toko bunga, dia tak lagi kerja seperti dulu. Setelah Rara lulus S1, dia memang resign dari pekerjaannya. Itu adalah keputusan dia dan Mama Rere, yang ingin memiliki lebih banyak waktu bersama di hari tua. Anak-anak sudah selesai pendidikan, tinggal mikir buat makan saja, jadi buat apa ngoyo, mending menikmati hidup. "Jangan ngerepotin Ryu terus, gak enak sama Lovely." Dulu saat mereka sekeluarga ke Jepang, Ryu yang menanggung ongkosnya. Kalau Ryu masih lajang, gak ada masalah, tapi sekarang, anaknya itu sudah berkeluarga.

"Kalau Papa mau, nanti Rara yang bayarin," ujar Rara saat Papanya mendekat. Dia juga ingin membahagiakan orang tuanya. Selain tabungan saat belum menikah yang lumayan banyak, uang bulanan dari Jovan juga banyak. Sedang setiap harinya, dia tak pernah keluar uang karena makan ikut orang tua.

"Gak usah," tolak Papa Romeo. "Simpan aja uang kamu untuk masa depan kamu dan anak kamu."

"Anak itu tanggungan bapaknya, Om," ucap Hana. "Bapaknya kaya, gak usah difikirkan masa depan anaknya Rara. Jadi kamu mau, Ra?" Hana kembali memastikan.

"Sebenarnya aku juga pengen, Han, tapi.... "

"Mikirin si Maruk?" tebak Haidar. "Takut gak diizinin?" dia memutar kedua bola matanya malas. "Masa istri mau seneng-seneng gak boleh, disuruh menderita terus." Kalau sudah bahas Jovan, dia tak bisa santai, bawaannya pengen marah terus.

"Nanti Mama yang ngomong sama dia," ujar Mama Rere.

"Tuh, solusinya udah ada," ucap Hana cepat.

Saat Haidar dan Hana hendak meninggalkan toko, bersamaan dengan itu, Jovan datang. Dan seperti biasa, antara Haidar dan Jovan, selalu saling melemparkan tatapan sinis. Hana menyapa Jovan, tapi Haidar, jangan harap. Setelah menyapa dan salim pada kedua mertuanya, Jovan naik ke lantai dua, menemui Rara yang ada disana. Meski hampir setiap hari di toko, Rara tak pernah ikut melayani pembeli. Dia hanya membantu membuat buket di lantai atas, atau kalau tidak, malah hanya sibuk belajar.

Rara yang sedang membuat buket, mengerutkan kening melihat kedatangan suaminya. Ini masih waktunya Dista, kenapa Jovan kemari?

"Ngapain Haidar kesini?" tanya Jovan, mendekati Rara lalu duduk di sebelahnya, lesehan di atas karpet.

"Main," sahut Rara dingin. Fokusnya masih pada buket, malas mau menatap Jovan.

"Emang gak ada ya, tempat main lainnya? Kenapa nyamperin kamu mulu sih?" Jovan mendengus kesal.

"Kamu juga ngapain kesini?"

"Kok kamu nanyanya gitu sih, Ra?"

"Maduku tahu gak? Ah, sepertinya enggak," Rara tersenyum simpul. "Gak mungkin dia ngizinin kamu kesini saat jatah waktunya dia."

Jovan merogoh saku celananya, mengeluarkan sebatang coklat dari sana. "Biar moodnya bagus, gak marah-marah mulu," dia membuka bagian ujung bungkus coklat, lalu menyodorkan ke depan mulut Rara. "Jangan ngambek terus."

"Aku ngurangin makan yang manis-manis, biar janinnya gak terlalu besar di perut, biar lahirannya mudah."

"Makan coklat dikit pasti gak akan ngaruh. Lagian kalau janinnya gede, tinggal di caesar, gampang."

"Aku pengennya lahiran normal," sahut Rara dengan nada jutek.

"Ok." Jovan akhirnya mengalah, menarik kembali coklat tersebut, memakannya sendiri.

"Mending kamu pulang," sekali lagi, Rara mengusirnya.

"Mana ponsel kamu?"

Rara berdecak kesal saat Jovan malah mengalihkan ke topik lain. "Di rumah."

Jovan menghela nafas panjang. "Aku kan sudah bilang, aktifin. Aku bingung kalau kamu gak bisa dihubungi."

"Haduh, Bang," Rara seketika tertawa. "Ngapain pakai bingung segala. Harusnya seneng dong, kamu bisa santai sama Dista tanpa ada yang ganggu. Udah, gak usah mikirin aku. Aku baik-baik saja tanpa kamu."

"Aku gak suka kamu ngomong kayak gitu."

"Ya ka_" ucapan Rara menguap di udara saat Jovan tiba-tiba mengulurkan tangan, mengusap perutnya lembut sambil membungkuk. "Hai Boy, Papa kangen. Jangan rewel ya, Sayang. Baik-baik di perut Mama. I love you," dia mengecup perut Rara.

"Mending kamu segera pulang, nanti Dista nyariin."

"Iya, aku pulang, tapi janji dulu, aktifin ponsel kamu saat sampai di rumah. Nanti malam aku telepon."

"Aku gak bisa janji."

"Ra," panggil Jovan dengan suara rendahnya. "Please... "

Jovan merasakan ponsel yang ada disaku celananya bergetar dari tadi. Dia yakin, itu Dista. Wanita itu pasti mencarinya karena sudah terlalu lama keluar. Sengaja dia tak mengeluarkan benda itu agar Rara tak tahu kalau Dista menelepon, bisa-bisa Rara makin getol ngusir.

"Aku mau ke Jepang," ucap Rara.

1
Linda Liddia
Jahat bgt si dista ini
Gia Gigin
belum tahu ceritanya Embun 🤭
Gia Gigin
Makasih kak suka dgn Alurnya 😍👍
Gia Gigin
Pak Amin bakalan dapet durian runtuh 😂
Gia Gigin
Ehhh main tamat aja 🥺🥺tapi senang karena Rara and jo bahagia 😍
Gia Gigin
Good job, Meru😂🤣🤣
Gia Gigin
Gimana rasanya jagain bocil yg lagi aktif "nya 🤣🤣
Gia Gigin
ikut sedih lihat ayah Dista dan semoga Dista merenungi kesalahannya dan bertobat, semua orang bisa mendapat kesempatan ke dua
Gia Gigin
pada cemburu 😂😂
Gia Gigin
Lanjutkan
Gia Gigin
Part nya kebanyakan bawang😭😭
Gia Gigin
Yang ikhlas oma Meru agar opanya Meru tenang 🥺alhamdulillah klau sikopat udah ketangkep
Gia Gigin
Enggak ada cerita si Dusta kenal hukum meskipun anak polisi 😡semangat jo karena, skrng kamu kepala keluarga dan Boss di perusahaan
Gia Gigin
Turut berdukacita padahal opanya Meru orang bijak 🥺
Gia Gigin
Sepertinya ada yg sengaja menabrak Opanya Meru
Gia Gigin
penasaran siapa dalangnya 🤔
Gia Gigin
Jiwa emak"nya Rara meronta 😂😂
Gia Gigin
Hahaha somplak😂 🤣🤣
Gia Gigin
Jo saingan di depan mata 😂
Gia Gigin
Hahaha ngalah aja jo demi kedamaian bersama 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!