Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15.
Waktu pun terus berlalu keesokan harinya di kerajaan Sang Ratu, para abdi Sang Ratu sudah bekerja keras menyiapkan tanaman tanaman bunga Lili yang sudah mulai berbunga akan di bawa turun ke bumi.
Dan sore hari nya di alam astral itu para abdi sudah siap siap untuk turun ke Bumi. Bocil bocil pun di tangan mungil mereka sudah membawa satu rumpun tanaman bunga lili.
“Ayo ikuti aku, kalau sudah selesai balik lagi ke sini ambil lagi sampai semua tanamam tanaman bunga lili yang ada di sini pindah ke bumi.” Ucap salah satu sosok dalam wujud kera putih besar yang wajahnya menyeramkan dia adalah abdi kepercayaan Sang Pangeran dalam proyek kebun bunga lili di bumi untuk calon istrinya.
“Ayo Wind.. moga moga kamu bisa bertemu Ibu kamu.. siapa tahu Ibu kamu tersesat di bumi atau ditangkap orang orang yang pergi ke gunung untuk mencari pesugihan..” ucap Bapak nya Gotri.
“Iya Paman.. aku sudah sangat rindu dengan Ibuku..” suara imut Windy yang kedua tangan mungilnya membawa satu rumpun bunga lili..
CLING
CLING
CLING..... (berkali kali..)
Mereka semua lenyap dan sudah berada di bumi, di depan sebuah rumah yang ada tulisan nya “kost tiga gadis manis”, untuk membuat kebun bunga lili dalam sepertiga malam..
Dan benar sebelum adzan subuh kebun bunga lili di halaman kost tiga gadis manis itu sudah jad, sangat indah dan asri dipandang oleh mata manusia apalagi bagi pecinta bunga lili.
“Windy aku mendapat tugas untuk menjaga kebun bunga lili ini, kamu mau balik ke kerajaan Sang Ratu atau ikut di sini, kalau Gotri ikut aku di sini.” Ucap Bapak nya Gotri.
“Aku ikut di sini juga Paman.” Suara imut Windy.. mereka bertiga pun akhirnya tetap tinggal di kebun bunga lili itu, bersama beberapa abdi Sang Ratu yang lain.
Sementara itu masih di tempat yang sama di alam nyata di bumi tetapi di rumah Ki Selo Marto, pagi hari pun telah tiba meskipun masih gelap.. Lingga Sari sudah bangun dia membuka pintu kamar nya..
“Hatiku sangat rindu pada Windy dan Kakak Wanandi.” Gumam Lingga Sari sambil melangkah menuju ke dapur.
“Aku akan masak makanan kesukaan Kakak Wanandi dan Windy..” gumam Lingga Sari di dalam hati lagi..
“Mumpung masih sangat pagi pasti Ki Selo Marto dan Agus masih lelap tidurnya, mereka kan sering begadang untuk menambah ilmu...” gumam Lingga Sari.. dan sesaat kemudian
CLING
Sukses Lingga Sari bisa menjelma menjadi sosok perempuan yang cantik jelita. Rambut panjang tergerai dan tubuh molek nya terbalut oleh kain batik dari dada atas hingga mata kaki. Selendang sutra putih menutupi bahunya.. Dia posisikan selendang sutra nya itu agar tidak mengganggu aktivitas nya.
Lingga Sari berjalan keluar ke kebun belakang, dia ambil satu ekor ayam yang bertengger di dahan pohon. Cepat cepat Lingga Sari mengeksekusi ayam itu..
“Windy pasti senang sekali kalau aku buatkan ayam goreng.. semoga kamu baik baik saja Nak.. Ibu yakin suatu saat kita pasti akan bertemu ..” gumam Lingga Sari dan cepat cepat menggoreng ayam..
Aroma harum gurih ayam goreng pun menguar sampai ke dalam kamar Agus yang tidak begitu jauh dari dapur. Agus membukakan kedua matanya meskipun masih terasa berat..
“Siapa yang menggoreng ayam bau nya sangat sedap sekali membuat perut lapar saja..” gumam Agus. Dia mencoba untuk memejamkan matanya lagi tetapi tetap tidak bisa lagi terpejam.
Agus pun lalu bangkit berdiri dan melangkah keluar kamar menuju ke dapur..
Kedua mata Agus membulat saat melihat sosok perempuan cantik nan aduhai berada di dapur.
“Siapa perempuan itu kok seperti bidadari di cerita cerita... “ gumam Agus sambil menatap Lingga Sari kedua mata nya masih melotot dan mulut terbuka menganga karena benar benar sangat kaget.
“Aku harus lapor Ki Selo Marto..” gumam Agus selanjutnya sambil cepat cepat membalikkan tubuh nya dan melangkah menuju ke kamar Ki Selo Marto yang masih tidur.
Lingga Sari yang begitu rindu pada Windy dan Suaminya terus fokus menggoreng ayam sambil pikiran nya membayangkan wajah imut Windy dan wajah tampan Sang suami..
“Begitu rindunya aku pada Windy.. sampai hidungku mencium aroma wangi tubuh Windy.. hmmm rasa rasanya kok seperti Windy berada tidak jauh dari ku...” gumam Lingga Sari sambil tersenyum..
“He... he... he... aneh benar hidung ku ini, menggoreng ayam malah hidungku mencium harum wangi tubuh Windy.. hmmm begitu rindunya hati ku pada Windy.. semoga suatu saat Ki Selo Marto berbaik hati aku boleh menemui anak dan jasad suami ku...” gumam Lingga Sari lagi.
Sedangkan Agus sudah berhasil membangunkan Ki Selo Marto..
“Ada apa pagi pagi kamu membangunkan aku? Ada pasien?” tanya Ki Selo Marto yang kedua matanya terlihat masih berat untuk membuka.
“Ki di dapur ada perempuan cantik seperti bidadari di cerita cerita itu.. seperti siapa ya... itu seperti dewi nawang wulan istrinya joko taruh... Benar Ki.. seperti dewi nawang wulan pakai selendang sutra bagus..” ucap Agus penuh semangat dalam memberi informasi.
“Di mana dia?” tanya Ki Selo Marto.
“Di dapur Ki..” jawab Agus.
“Kamu kebanyakan baca buku cerita mungkin jadi halusinasi mungkin monyet itu sedang membuat jamu.” Ucap Ki Selo Marto..
“Benar Ki dia tidak membuat jamu tetapi menggoreng ayam.. coba cium aroma ayam goreng nya sangat gurih saya jadi lapar..” ucap Agus sambil memegang perutnya.
Ki Selo Marto yang kepo pun cepat cepat melangkah menuju ke dapur..
Tidak lama kemudian di saat Ki Selo Marto sudah melihat sosok perempuan cantik dengan tubuh molek terbalut kain batik.. nafsu biirahi Ki Selo Marto yang telah lama terpendam pun muncul bergelora sampai ke ubun ubun..
“Siapa dia? Apa benar dia bidadari dari kahyangan seperti dewi nawang wulan yang dibilang Agus tadi.. hmmm kalau aku hamili dia, dia akan terikat kuat dengan aku, dan Aku semakin terkenal dan sakti... “ gumam Ki Selo Marto dan dia dengan cepat cepat mendekati Lingga Sari..
Lingga Sari yang masih menggoreng ayam dan membayangkan wajah imut Windy dan wajah tampan Sang suami, juga menghadap kompor yang di dekat dinding tembok tidak tahu jika Ki Selo Marto melangkah mendekati nya apalagi Ki Selo Marto tidak memakai sandal, suara langkah kaki nya tidak terdengar..
“Kamu datang ke rumah ku untuk menyerahkan diri ya.” Ucap Ki Selo Marto sambil tersenyum nafsu dan dengan cepat memegang tangan kiri Lingga Sari..
Lingga Sari pun sontak kaget.. dan menoleh ke arah Ki Selo Marto..
“Ki sampeyan sudah melanggar janji!” teriak Lingga Sari sambil mengibaskan tangan Ki Selo Marto yang memegang tangan kirinya.
“Ha... ha... ha... ha.. janji apa? Aku bertemu kamu juga baru saja! Ayo nurut! Aku sudah berpuasa bertahun tahun lama nya tidak sia sia aku berbuka dengan bidadari.. ha... ha... ha...” suara Ki Selo Marto sambil tertawa terbahak dan menarik tangan kiri Lingga Sari akan dibawa masuk ke dalam kamar nya. Agus melihat itu tetapi dia tidak bisa berbuat apa apa karena takut kena marah oleh Ki Selo Marto.