Istri yang dimanfaatkan olehnya telah tiada, meninggal dalam pelukannya. Wanita berwajah rusak yang tidak pernah lelah menunggunya.
"Bangun Foline..." gumamnya, tidak pernah mengijinkan pemakaman sang istri. Memeluk jenazah yang berada dalam peti mati dalam kamarnya.
Pemuda keji, yang menampik rasa kasih dari istrinya. Menghancurkan keluarganya, hanya demi ambisinya untuk memiliki segalanya.
"Sayang...jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu menangis, tidak akan membiarkan jarimu tergores..." gumamnya hendak mengakhiri hidupnya. Kala bahkan tidak ada lagi rasa kasih dari keluarganya.
*
Namun, ada yang aneh. Otto Celdric tidak meninggal. Matanya terbuka mengamati ruangan, dirinya kembali ke masa 12 tahun lalu.
Mencari keberadaan istrinya, melindungi keluarganya, itulah yang akan dilakukan psikopat itu kali ini.
Menginjak tubuh orang-orang yang akan menghancurkan keluarganya.
"Kalian tidak ingin bermain lagi denganku?"
"Aaggh!"
"Adios!"
Dor!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi
"Foline!" Panggilnya lagi, namun tidak menemukan jawaban. Bis telah melaju pergi.
Tersenyum? Eric benar-benar tersenyum saat ini. Berlari kembali menuju cafe. Membawa Foline ke luar negeri, itulah tujuannya. Tidak peduli secara legal atau ilegal. Tidak peduli harus mengikat tangan dan kakinya. Kali ini Foline tidak akan tergores sedikitpun. Hanya akan menjadi miliknya.
Hingga memasuki area cafe, dua orang yang awalnya duduk di tempat Foline telah menghilang.
"Sial!" Gumamnya kehilangan jejak informasi tentang keberadaan istrinya.
Pada akhirnya pilihan terakhir diambil olehnya. Bagaimana seekor hewan buas yang begitu merindukan air, terjebak di padang gurun. Meraih kunci mobil, mengemudikan mobilnya dalam kecepatan tinggi.
Mengejar bis yang telah jauh melaju menjadi hal yang akan dilakukan olehnya. Sudah terbayang di benaknya, Foline akan selalu berada di sampingnya.
Dilecehkan? Penghinaan? Bahkan kekerasan? Itu tidak akan pernah dialami Foline lagi. Mengurung Foline untuk dirinya sendiri, memandikannya, memakaikan pakaian indah, jika Foline tetap berada di kamar, Foline akan bahagia. Tidak akan memutuskan untuk mati bukan?
Satu persatu mobil disalip olehnya. Jalanan yang macet membuat Eric menempuh rute lain. Hingga pada akhirnya bus itu terlihat.
Pemuda yang bergerak cepat menghadang laju bus menggunakan mobilnya.
"Br*ngsek! Kalau ingin mati jangan ikut mencelakai orang!" Teriak supir bus.
Tapi anehnya pemuda itu keluar dari mobil dengan cepat, memasuki bus.
Tidak menyadari Foline tengah berlutut mengikat tali sepatu, dengan jarak sekitar 30 meter dari bis yang berhenti.
Wanita yang menghela napas kembali melanjutkan perjalanannya. Benar! Foline telah turun dari bis, sebelum Erik menghentikan bis tersebut.
Sedangkan Eric, matanya menelisik mengamati satu persatu orang di dalam bis. Tapi tidak ada Foline diantara mereka. Tangannya gemetar, ini kesempatan untuknya menemukan Foline.
Jika tidak, maka harus menunggu beberapa tahun lagi. Peristiwa yang tertulis di buku diary mendiang istrinya. Insiden penyiraman air keras hanya itulah kesempatannya. Jika kalo ini terlewat. Mengingat selebihnya peristiwa yang tertulis dalam buku diary tidak menyertakan waktu dan tempat kejadian.
Pemuda yang tidak memikirkan apapun turun dari bis. Menghela napasnya berkali-kali, mengingat wajah Foline. Bertemu dengannya, sialnya mengapa dirinya membiarkannya lepas begitu saja.
"Sial..." Geramnya tersenyum bagaikan iblis. Foline adalah miliknya... hanya miliknya, mereka yang menyakiti Foline harus mati.
*
Cukup lelah, akibat penerbangan selama 21 jam. Menunggu terlalu lama di cafe, bahkan hingga larut malam masih mencarinya. Hal yang membuat Eric kini terdiam menenangkan fikirannya di bangku taman. Bagaimana caranya untuk mendapatkan Foline sebelum besok? Itulah yang ada di otaknya.
"Copet!" Suara teriakan terdengar.
Seorang pria berlari dengan cepat, tepat melintas di hadapan Eric yang duduk di kursi taman. Melampiaskan rasa kesalnya pada penulis? Mungkin saja.
Eric menjegal kaki sang pencopet. Kemudian menendang dan menghantam nya berkali-kali. Bagaikan predator yang sudah lama tidak mencicipi darah. Tidak mencium bau anyir, ini sedikit menyenangkan.
Tapi, dirinya tetap harus berhenti, sebelum orang ini mati.
"Terimakasih! Terimakasih! Terimakasih!" Ucap seorang pria, pemilik dompet menunduk beberapa kali.
*
Setelah kedatangan security yang mengamankan sang pencopet. Pemuda korban copet itu, duduk di dekat Eric. Anehnya mengamati Eric dengan seksama. Menghela napas kasar."Sebagai rasa terimakasih sudah menyelamatkan dompetku, boleh aku meramal mu? Begini-begini aku peramal yang bekerja di taman hiburan." Ucapnya sombong.
Eric tertawa, menyerahkan selembar uang 100 dollar (1,5 juta rupiah)."Jika kamu bisa menemukan keberadaan Foline, aku akan memberimu lebih." Ucapnya ingin bermain-main dengan penipu ini.
Pemuda yang tersenyum menghela napas."Jangan temui dia sekarang. Karena sekeras apapun kamu berusaha tidak akan dapat bertemu dengannya."
"Sudah aku duga ini penipuan." Cibir Eric bangkit, hendak melangkah pergi.
"Kamu orang yang bangkit dari kematian bukan?" Tanya sang pemuda menbuat langkah Eric terhenti.
"Bau anyir darah dari kehidupanmu sebelumnya selalu tercium. Karena itu, begitu terlihat kamu bangkit dari kematian." Lanjut pemuda itu, membuat Eric sepenuhnya berbalik.
"Apa yang kamu tau?" Tanya Eric tersenyum menyeringai.
"Hanya sebatas itu. Tapi mungkin aku tau tujuan predator sepertimu dibangkitkan dari kematian. Sebilah pisau tajam dapat membunuh, tapi juga dapat melindungi, bahkan dapat digunakan untuk membuat sup hangat. Tergantung bagaimana pisau itu akan bergerak. Jika kamu dapat menyelamatkan lebih banyak orang, mungkin karma akan berbalik. Kematian kakak dan istrimu tidak akan terjadi." Pria itu menghela napas kasar, ikut bangkit dari kursi taman. Namun, melangkah ke arah yang berlawanan dengan Eric.
"Iblis untuk membunuh iblis..." Cibir pemuda itu tersenyum, sebelum sepenuhnya menghilang dalam sudut gelap taman kota. Hiruk pikuk orang-orang yang berlalu.
Dengan cepat Eric mengejarnya yang berjalan dalam kegelapan. Mengingat tidak begitu banyak lampu di taman ini.
Namum, ada beberapa orang di tempat tersebut. Sang pemuda yang mengaku sebagai peramal taman hiburan menghilang diantara banyaknya orang.
Eric terdiam, wajahnya tersenyum. Apa sebuah takdir dapat dibalikkan?
*
Kembali ke California, setelah tidak dapat menemukan jejak Foline sedikit pun. Ada beberapa hal yang membuatnya terdiam. Meraba ke arah kaca jendela pesawat yang meninggalkan negeri ini.
Perlahan matanya terpejam, mengingat hal yang terjadi sebelum waktu terulang. Kala itu kakaknya mengetahui perbuatannya yang membunuh dan menyingkirkan mayat atas suruhan Alex.
Namun, Neil (kakak Eric) tidak membawanya ke kantor polisi di California. Melainkan membawanya ke rumah sakit jiwa di negara ini. Tidak mengerti apa yang salah dengan dirinya. Kesepian dengan banyak obat-obatan yang harus dikonsumsi.
Hingga wanita itu hadir, mengamati Eric yang tertunduk dengan wajah yang kurus. Wanita dengan separuh wajah yang rusak melangkah mendekatinya.
"Kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Foline saat itu.
"Aku membunuh. Karena kakakku tau, dia mengurungku di tempat ini." Jawab Eric menatap cleaning service tempat ini.
"Membunuh? Kenapa?" Sebuah pertanyaan yang bahkan tidak pernah ditanyakan oleh kakaknya.
Perlahan Eric tersenyum, apa orang ini peduli? Apa dapat dimanfaatkan olehnya untuk keluar dari tempat ini? Benar! Hanya gadis bodoh yang dapat dimanfaatkan olehnya.
Eric mulai menceritakan semua kisah hidupnya, segalanya benar-benar detail. Hal yang membuat Foline kala itu terdiam, tangannya gemetar. Kemudian berucap."Kamu orang yang kuat. Jika aku menjadi dirimu, mungkin aku sudah mati."
Kata-kata tidak wajar, dari seorang gadis yang sering meraba wajahnya sendiri. Gadis yang seolah mengetahui bagaimana penderitaan pemuda ini. Eric tidak menyadari dari saat itu, telah menganggap Foline bagian dari dirinya.
Wanita dengan wajah yang rusak, dimanfaatkan olehnya, dijadikan istri di atas kertas. Hanya agar Neil meyakini kondisi mental Eric sudah normal.
Hal yang tidak disadari oleh Eric. Kala pangeran jahat memiliki istri yang buruk rupa. Seorang istri yang tidak diperhatikan bahkan tidak dicintai. Maka semua pedang penuh dendam akan tertuju pada istrinya.
Bukan pernikahan yang membuat Foline bahagia. Namun sebuah pernikahan yang menghancurkan istrinya sepenuhnya.
Tidak setiap hari Eric dapat pulang ke rumah. Penganiayaan? Pelecehan? Segalanya dialami Foline tanpa diketahui olehnya. Wanita-wanita kalangan atas, bahkan lebih buruk daripada Alex.
Matanya terbuka, setiap detik kala dirinya menemukan mayat Foline masih terbayang. Rasa sakit dan sesak yang menghujam.
Bagaimana kala dirinya pulang menemukan makanan hangat. Bagaimana kasih itu ditampik olehnya. Bagaimana pada akhirnya Neil dan Foline berpaling darinya, tenggelam dalam kematian.
"Me.... mereka akan hidup kali ini. A...aku akan melakukan apa saja. Kakak... Foline..." Gumamnya gemetar, tersenyum dengan air mata yang mengalir.
*
Sementara itu, Foline yang tengah belajar hidup mandiri. Istilah lainnya diusir dari rumah oleh ibunya, akibat ayah tirinya yang tertarik padanya. Kini menginap sementara di tempat kost temannya.
"Jadi kamu ingin berkenalan dengan pria beristri?" Tanya temannya tertawa.
"Jangan membicarakan kenangan buruk itu lagi!" Foline berusaha tersenyum, tengah memakai rol rambut, sembari membantu mengerjakan skripsi temannya.
"Jika tampan daftar saja menjadi istri kedua." Celoteh sang sahabat.
Brak!
Bug!
Sebuah buku sukses mendarat mulus di wajah sahabatnya.
"Aku ingin menjadi istri pertama. Tidak boleh ada yang kedua. Sial! Mood ku jadi hancur gara-gara kejadian tadi siang! Memalukan!"
Belakangan ini saya sering baca terputus putus..
Dalam artian... kadang dalam satu part butuh bererapa waktu..
Apakah pengaruh pada rwtensinya author?
kalau iya...
saya akan baca setelah benar2 ada waktu..
🙏🙏🙏🙏
semangat kak, ditunggu terus kelanjutannya 😍😍😍😍
semangat semangat semangat
jadi ga sabar menunggu up selanjutnya.
semangat kak
tinggal iblis yang bertindak