Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis jelita bernama Alea, yang kehilangan kebahagiaan semenjak kepergian ibundanya
Hingga ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang janda dengan harapan mengembalikan semangat hidup putri tersayangnya
Namun alih-alih mendapat kebahagiaan dan kasih sayang seorang ibu, hidup Alea semakin rumit karena dia dipaksa oleh ibu tirinya menikahi seorang pria dingin di umurnya yang masih belia
Akankah Alea bisa menemukan kebahagiaannya bersama suami pilihan ibu tirinya yang kejam?
Yuk... Simak terus cerita hidup Alea...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Mahesa yang sedang melakukan meeting dengan para kliennya merasa sedikit terganggu oleh suara dering ponselnya yang terus berbunyi. Dia segera meminta ijin keluar sebentar untuk mengangkat telfonnya.
"Ya Bik, ada apa?"
"Anu Den... Itu..." Suara Bik Mar tercekat, dia benar-benar merasa ketakutan dan bingung bagaimana harus melaporkan kaburnya Alea pada majikannya itu.
"Ada apa Bik, katakan cepat! Aku sedang ada meeting penting" Suara Mahesa penasaran.
"Itu Den, Mbak Lea kabur" Suara Bik Mar dari seberang sana.
"Hah!! Kabur bagaimana?" Tanya Mahesa. Wajahnya benar-benar tidak bisa dikontrol. Dia panik luar biasa pada saat itu.
"Cari... Kalian semua, cari Alea sampai dapat, kemanapun. Akan kukirim beberapa orang dari sini untuk ikut mencari. Setelah meetingku selesai aku akan segera pulang" Ucap Mahesa kemudian menutup telfonnya. Dia mengutak atik ponselnya sebentar, menyuruh beberapa orang untuk segera pergi kerumahnya untuk mencari keberadaan Alea..
Sedangkan dia terpaksa harus melanjutkan meetingnya, karena dia sudah terlanjur menandatangani surat kontrak pembelian lahan kopi di Sumatera Selatan.
Tak berselang lama orang-orang suruhan Mahesa sampai, mereka semua sibuk menelusuri jalanan-jalanan untuk mencari keberadaan Alea. Namun hingga beberapa jam berlalu, semuanya masih nihil tak ada hasil .
.
Alea sedang duduk kelelahan disebuah rumah tua, matanya celingak celinguk memperhatikan sekitar. Setelah dirasa aman, dia mulai melangkahkan kakinya keluar. Dia berjalan pincang menyusuri jalan makadam. Sesekali dia menengok kebelakang, takut jika salah satu pembantu di rumah Mahesa mengikutinya.
Cukup jauh dia berjalan, kakinya mulai terasa perih membuat dia berhenti sejenak. Alea mulai merasa kebingungan dan bertanya-tanya, saat ini dia sedang berada dimana.
Panas matahari mulai sedikit menyengat, dia memutuskan untuk tetap melanjutkan kemanapun kakinya melangkah. Dia merasa kerongkongannya kering, dan perutnya mulai lapar
Akhirnya di depan Alea melihat di sebuah jalan raya. Dia terus berjalan berharap bertemu seseorang yang bisa membantunya.
Saat mulai mendekati jalan raya, tiba-tiba mata Alea berkunang-kunang, kepalanya pusing dan tubuhnya tiba-tiba ambruk. Alea pun pingsan dan tak sadarkan diri.
.
Mahesa yang sudah selesai meeting sesegera mungkin pulang kerumah. Jarak antara kantornya dengan rumah sekitar 30 menit. Dia merasa sangat khawatir atas kepergian Alea. Apalagi Bik Mar bilang jika Alea sepertinya tidak membawa ponsel dan juga tidak membawa sepeser uang pun. Karena semua barangnya masih lengkap berada dikoper yang ditinggalkan Alea.
Sesampainya dirumah, tanpa basa basi Mahesa langsung berteriak memanggil semua pembantunya. Semua yang ada disana gemetar ketakutan melihat raut muka Mahesa seperti hendak memakan orang. Terlebih Bik Jum, belum apa-apa Bik Jum sudah menangis sambil menggigil ketakutan. Sebenarnya selain rasa takut yang tengah ia rasakan, Bik Jum lebih merasa bersalah karena tidak mampu menepati janjinya untuk menenangkan Alea tadi malam.
"Siapa yang bisa menjelaskan kenapa Alea bisa kabur dari rumah ini?" Mahesa menanyai pembantunya dengan sorot mata tajam.
"Tadi tiba-tiba saja Mbak Alea jalan mengendap-endap lewat pintu belakang den. Trus saat ditegur Mbak Lea langsung lari. Saya sudah mencoba mencari dengan pembantu yang lain, tapi karena dibelakang itu masih banyak belukar dan pepohonan yang lebat kami kesulitan untuk mencarinya Den. Maafkan kami Den " Jawab Bik Mar gemetar.
"Maaf? Kalian kira kata maaf bisa membuat Alea pulang hah!!" bentak Mahesa.
Tatapan mata Mahesa beralih ke Bik Jum, "Apa ini sudah kalian rencanakan?" Mahesa bertanya dengan tatapan mata mengintimidasi.
"Tidak Den, bahkan saya juga tidak tahu kalau Mbak Lea punya rencana kabur dari sini. Semalam Mbak Lea juga menolak untuk berbicara dengan saya Den" Sanggah Bik Jum.
Tiba-tiba Mahesa ingat kejadian semalam, saat dia mencium paksa Alea. Mahesa menghela nafas, dia sadar bahwa ini bukan salah pembantu seutuhnya. Mungkin kejadian semalam yang membuat Alea nekat kabur dari rumah.
6 orang yang ditugaskan untuk mencari Alea juga masih belum kembali. Terpaksa Mahesa juga ikut melakukan pencarian, hatinya semakin khawatir karena waktu sudah mulai petang. Sedangkan Alea tak kunjung di temukan.
Mahesa mencoba menyusuri hutan dibelakang rumah bersama Pak Mamat dan beberapa orang yang lain. Mereka fokus melihat-lihat jika ada semak-semak yang bergerak. Sampai akhirnya Mahesa menemukan sebuah jalan makadam sepertinya itu jalan yang digunakan orang desa untu mencari kayu bakar. Mahesa yakin pasti Alea tadi lewat sini.
Mahesa terus menerus menyusuri jalanan itu, hingga matanya menangkap bayangan seseorang yang sedang tidur di dekat trotoar jalan raya.
Seketika Mahesa berlari, sambil berteriak memanggil Pak Mamat. Dia sudah menduga itu pasti Alea. Dan benar saja, tubuh yang tergeletak lemah itu adalah istrinya.
Mahesa segera mengecek detak jantung dan nafas Alea. Dia menghela nafas lega, Alea tidak apa-apa.
"Alhamdulillah Mbak Lea..." tidak ada yang bisa dikatakan oleh Pak Mamat selain itu.
Tanpa babibu Mahesa langsung membopong tubuh ramping Alea, bajunya sangat kotor karena tanah, kakinya yang sebelah kiri tidak menggunakan alas kaki. Dan terlihat beberapa duri menancap disana.
Mahesa membopongnya dengan hati-hati. "Panggil Dokter Budi sekarang" Perintah Mahesa pada Pak Mamat.
"Nggeh Den"
.
Sesampainya dirumah para pembantu seketika merasa panik dan tegang, karena Alea ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri dan saat ini tengah dibopong oleh Mahesa.Mereka langsung membantu Mahesa membawa Alea naik ke kamarnya.
10 menit kemudian Dokter Budi datang. Mereka langsung menyambut dan mempersilahkan Dokter Budi untuk segera memeriksa Alea.
Bik Jum langsung cosplay menjadi perawat pendamping Dokter Budi, menyiapkan kasa, alkohol, dan peralatan yang lain untuk mengobati kaki Alea yang terluka. Bik Jum merasa sangat khawatir pada Alea. Sedangkan Mahesa hanya duduk memantau di sofa kamarnya, raut mukanya terlihat sedikit tegang. Khawati jika terjadi apa-apa pada istrinya.
"Bagaimana Dok?" Tanya Mahesa segera setelah Dokter Budi selesai melakukan pemeriksaan dan mengobati luka-luka gores di tubuh Alea.
"Tidak apa-apa Pak, Ibu Alea hanya kelelahan saja" Jawab Dokter Budi. "Luka-luka dikaki dan tangannya sudah di bersihkan. Untuk sementara berikan makanan yang lembut dan bergizi, agar tenaganya segera kembali"
Dokter menuliskan beberapa resep Vitamin untuk diberikan pada Alea. Kemudian berpamitan untuk pulang.
Mahesa yang merasa khawatir terus menunggui disamping Alea. Bik Jum dan pembantu yang lain di perintahkan untuk membuat makanan yang enak dan bergizi agar saat Alea bangun dia bisa segera menikmati makanan itu.
Kelopak mata Alea mulai bergerak. Perlahan dia membuka matanya dan langsung terkejut saat melihat Mahesa duduk disamping ranjangnya.
"Lea... Kau sudah bangun?" Mahesa cekatan membantu Alea untuk duduk.
"Aku..." Mulut Alea tercekat, dia sangat ketakutan tak mengira akan terbangun di kamarnya sendiri.
"Sudahlah, tidak perlu dijelaskan. Sudah tidak penting sekarang" Ucap Mahesa dia sudah bisa bernafas lega saat tahu istrinya tidak apa-apa. "Ayo makan dulu, biar tenagamu kembali" Mahesa mencoba menyuapi Alea.
Alea yang merasa ketakutan menurut saja saat Mahesa menyuapinya. Lagi pula dia juga merasa kelaparan karena mulai tadi pagi dia sama sekali belum makan.
.
.
tapi gapapalah, kan suami sendiri 🤭🤭
joss banget ceritanya /Drool//Drool/