Datang ke Jakarta sebagai saudara tiri baru yang dikenal sebagai ketua OSIS sekolah.
Ini kisah Venera yang mempunyai saudara kembar bernama Venela.
Venera menikmati kehidupan di sekolah nya sebagai murid pindahan, sekaligus ingin membantu percintaan segitiga dari saudara tirinya di sekolah.
Apakah peran Venera sebagai pemain latar akan berubah menjadi sebuah kebencian atau jadi pemenang dihati Aldi? mengingat saudara kembarnya sekarang sudah menjadi pacar dari saudara tirinya.
Ikuti kisahnya Venera.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Insiden kecil.
Venela yang semula terlihat biasa saja, tiba-tiba menjadi banyak salah tingkah pasca berpelukan dengan saudara tiri baru nya.
Memegang dada yang sedang berdegup kencang tidak beraturan.
"Apa ini cinta?" Kata Venela dengan desis seperti ular cobra.
Gadis itu selama hidup terbilang belum pernah merasakan kasih sayang terhadap cowok mana pun, sekali nya di sentuh langsung merasakan apa yang namanya kasih sayang.
Rezaldi sedang terdiam seraya merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Venela. "La ayo kita ke ruangan kakek" Ajak Rezaldi berwajah datar nan polos.
Sehabis Aldi berucap seperti itu, Venela langsung mengekor di belakang nya, berusaha mengendalikan reaksi agar tidak salah tingkah hiperbola.
Di ruangan Pak Rais, beliau sedang duduk dan menatap kedatangan Rezaldi, setelah Venela muncul, Beliau langsung menyuruh nya mendekat.
Pak Rais langsung memeluk tanpa tahu siapa Venela "Terima kasih banyak ya Venera" Kata Pak Rais, sekaligus membuat Venela bingung nya setengah mati dengan kedua alis yang menurun tajam.
"Dia bukan Venera, kakek" Timpal Aldi. Sambil meyakini Pak Rais.
"Kok bukan Venera? Kamu lagi ngelindur apa bagaimana? Itu wajahnya saja kaya Venera banget kok" Protes Pak Rais. Netra nya terus melotot tanpa henti ke arah Venela.
Venela menghela nafas sedalam mungkin, lalu menatap Pak Rais penuh senyum "Aku saudara kembar nya Venera kek" Kata Venela.
"Lah? Kalian kok tidak cerita ke saya" Protes Pak Rais, kali ini pandangan matanya tertuju kepada Pak Vino dengan Bu Anita.
"Maaf banget yah.... Nita Lupa" Kata Bu Anita sembari menyatukan kedua telapak tangan. Pak Vino sendiri beralasan berada di Bogor.
Pak Rais saat di hari pernikahan Pak Vino dengan Bu Anita, beliau hanya melihat Venera, dan sama sekali tidak melihat Venela di acara itu, karena kehalang sakit keras, yang harus banyak-banyak istirahat.
Venela yang sempat bengong, sedikit mencairkan suasana, memeluk kembali kakek nya yang sempat renggang "Mau itu Venera, mau itu Venela yang penting sama-sama cucu kakek kan?" Katanya dengan senyuman penuh arti.
Pak Rais melepas pelukan Venela, lalu menatap wajah nya "Nama kamu siapa?" Tanya Pak Rais.
Gadis itu langsung membawa senyum manis, dan menjawab pertanyaan sang kakek. "Aku Venela kakek" Katanya.
"Yang satu manis, yang satu lagi cantik" Goda Pak Rais dengan senyumannya yang khas, lalu menoleh ke arah Pak Vino yang sedang membalas pesan whatsapp dari Venera. "Kamu emang pinter Vino kalau cari istri baru, bawa satu dapat dua" Guraunya.
Pak Vino langsung mendelik ke arah ayahnya. Singkat, lalu kembali ke layar kaca ponsel setelah Venera mengirim pesan sambungan.
"Pah tolong, kita habis nabrak pengangkut telur, dan telur itu gelinding semua, terus pecah, orang nya minta ganti rugi pah" Pesan dari Venera. Membuat Pak Vino mengurut dada sabar, menarik nafas panjang lalu beristighfar dalam gumaman.
"Kenapa pah?" Tanya Aldi yang mendengar gerutuan ayahnya. Venela menoleh dengan kerutan kening, begitu juga dengan Pak Rais dan Bu Anita.
Pak Vino tiba-tiba menoleh ke arah Bu Mega yang baru saja datang sehabis mengurus biaya rawat inap nya Pak Rais.
"Meg, tolong minjem motor sebentar." Pinta Pak Vino, merogoh saku celana untuk ambil dompet, lalu mengeluarkan uang 500 ribuan dan uang itu diserahkan kepada Aldi.
"Apa ini pah?" Tanya Rezaldi. Melihat wujud uang yang sudah ada di telapak tangan nya.
"Tolong kamu samperin Venera di dekat pasar cendrawasih, dia habis nabrak orang jual telur ayam, dan telur nya pecah semua, orang nya minta ganti rugi setengah juta" Jawab Pak Vino.
"HAH!" Rezaldi terkejut sekejut-kejutnya.
Venela tiba-tiba minta ikut, namun Pak Rais tidak mengizinkan dia pergi, karena harus membantu kepulangan kakek nya ke rumah.
Venela tersenyum lebar, lalu memberi pesan untuk Aldi "Tolong jangan dimarahin Venera ya Al" Bisiknya.
Aldi menoleh singkat dengan anggukan kepala lalu berpamitan kepada kedua orang tua dan yang lainnya.
**
Sampai di lokasi.
Rezaldi turun dari motor dengan helaan nafas berat nya, lalu melangkah maju membelah kerumunan warga yang sedang menceramahi kedua gadis yang sedang tertunduk saling rangkul pundak karena ketakutan.
"Kalian tidak apa-apa kan?" Kata Rezaldi dengan tatapan dingin, ingin sewot ke mereka, namun ingat dengan titipan amanah dari Venela saat di rumah sakit.
"Apa kamu keluarga dari mereka, kita gebukin aja dia mumpung cowok" Kata seorang provokator.
"SIAPA YANG NGOMONG TADI!" Bentak Aldi dengan nada tinggi kebas, sangat murka sekali kelihatan nya. Semua orang langsung terdiam dengan omongan Aldi seperti seorang preman.
Lalu ada orang yang Cepu menunjuk ke orang yang sudah sarkas pada nya. "Dia orang nya"
Aldi menoleh dan menghampiri "Berantem yuk" Kata Aldi dengan tatapan tajam dan dingin. Orang itu menciut tak bisa berkutik dihadapan Aldi.
"SDM RENDAH GAK PERLU BANYAK BACOT ANJING!" Kata Aldi terus melotot tajam, emosi nya semakin meledak-ledak.
"Iya maaf bro" Gumam orang itu dengan keringat dingin.
Aldi berbalik badan kembali menghampiri Venera Dan Andara.
"Kalian, lihat gue, BURU!" Bentak Aldi.
Deg.
Venera terkejut dengan nada bicara Aldi yang awal nya pelan di akhir menjulang tinggi, langsung mendongak kepala dengan mata berkaca-kaca "I-iya maaf Aldi, gue sudah banyak ngerepotin, tolongin gue Al, gue takut banget" Kata Venera sambil menyatukan kedua telapak tangan.
Raut wajah Venera terlihat sedang serius dan tidak seperti biasanya— yang membangkang.
"Kalian kenapa bisa nabrak? Kalian ngantuk?" Tanya Aldi dengan pandangan dingin, berasa sudah menjadi cowok kulkas.
"Kita ngobrol sambil mengendarai motor, jadi gak fokus lihat depan" Kata Venera klarifikasi.
"Iya betul kata Era, Al saya juga minta maaf ya" Timpal Andara ke Aldi, dengan bergumam tipis.
Sebelum Aldi menjawab, pedagang itu lebih dulu berbicara "Pokok nya kalian ga akan bisa kabur, kalau uang ganti rugi belum dibayarkan!" Kata Pak Roni.
"Berapa?" Langsung di jawab Aldi dengan tatapan dingin.
Pak Roni menoleh ke arah pemuda yang menjawab perkataan nya "800 ribu"
Aldi mengerut kening "Maaf bapak, ada berapa yang pecah di rak telur?" Tanya Aldi.
"3 rak" Jawab Pak Roni. Aldi tersenyum lebar, kebetulan dia sangat hafal dengan harga telur per rak.
"Maaf pak saya bisa nya 500 ribu, dan itu bapak sudah untung, tolong jangan bodohin saya, satu rak biasa dijual 129 ribuan, 3 rak total hampir 390 ribu, anda mau malak atau bagaimana?" Kata Aldi dengan tatapan tajam.
"Gak bisa gitu dong, bagaimana kerusakan kendaraan saya?" Kata Pak Roni.
Aldi mengerut kening, lalu bertanya kepada orang itu mengenai keberadaan motornya, setelah di tunjuk, Aldi langsung menghampiri dan melihat motornya yang hanya tergores di bagian body saja.
"Yasudah saya kasih lebih 600 ribu, masuk bengkel buat ganti body motor gak sampai 50 ribuan, sisanya buat pengobatan." Kata Aldi.
Setelah bernegosiasi akhirnya mereka sepakat dan berdamai. Aldi menoleh ke arah kedua gadis itu yang terus tertunduk lesu.
"Cepat pulang!, bikin repot gue aja kalian" Titah Aldi dengan wajah dingin.
"I-iya, makasih ya Al" Yang menjawab hanya Andara, Venera sendiri langsung menuju motor nya yang terparkir di bahu jalan.
Aldi menatap sejenak ke arah Venera yang belum mengucapkan rasa terima kasih nya, dia memilih kembali ke motornya untuk menuju ke rumah sakit. Percuma juga, tenaga dia sudah habis digunakan untuk meluapkan emosi nya ke orang-orang yang menurut nya sangat menjengkelkan.
membawa 1mawar dan iklan biar tmbh semangat
membawa 1 iklan biar tmbh semangat
mampir yuk ke tempat aku. bebas yg mana aja 🙏🏿😘😁
salam dari
"aku dan teman kamarku"