NovelToon NovelToon
Obsesi Sang CEO

Obsesi Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Cinta Paksa / Angst / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: QurratiAini

Firda Humaira dijual oleh pamannya yang kejam kepada seorang pria kaya raya demi mendapatkan uang.

Firda mengira dia hanya akan dijadikan pemuas nafsu. Namun, ternyata pria itu justru menikahinya. Sejak saat itu seluruh aspek hidupnya berada di bawah kendali pria itu. Dia terkekang di rumah megah itu seperti seekor burung yang terkurung di sangkar emas.

Suaminya memang tidak pernah menyiksa fisiknya. Namun, di balik itu suaminya selalu membuat batinnya tertekan karena rasa tak berdaya menghadapi suaminya yang memiliki kekuasaan penuh atas hubungan ini.

Saat dia ingin menyerah, sepasang bayi kembar justru hadir dalam perutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QurratiAini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lima

Kedua tangannya mengibas dengan gerakan begitu angkuh, menitah mereka agar segera mendekatinya. "Sekarang juga aku ingin kalian bersujud kepada Firda dan memohon maaf dengan benar, ungkapkan secara tulus dari hati yang terdalam."

Abraham berkata seraya menunjuk ke arah kaki Firda.

"A-apa?" Sontak saja perintah Tuan Abraham yang satu itu langsung membuat Bambang, Wati, dan Laras saling melempar pandang satu sama lain.

Tanpa bisa dikendalikan, wajah mereka memerah padam karena harus menahan rasa malu dan marah di saat yang bersamaan. Mau ditaruh di mana harga diri mereka jika mereka bersujud ke kaki Firda!

Namun, tampaknya tuan Abraham tak memberikan toleransi sedikit pun. Ia justru mendesak mereka agar segera melaksanakan perintahnya. "Cepat!" titahnya dengan sorot mata tajam mengisyaratkan ancaman.

Sementara itu, Firda yang berdiri tepat di sisi Tuan Abraham merasakan tak nyaman dalam hatinya. Tanpa sadar gadis itu menggigit bibir bawahnya sendiri seraya meremas jari jemarinya yang saling bertautan mencengkram erat ujung jas hitam milik Tuan Abraham yang saat ini ia kenakan.

"T-Tuan ... ka-kami ...."

"Kalian tidak mau? Kalian berani menolak perintahku?" Belum sempat Bambang menyelesaikan kalimatnya, Abraham sudah menyela ucapannya lebih dulu dengan penuh keangkuhan. Semua itu terlihat jelas dari bahasa tubuh yang dirinya tampilkan saat ini.

Namun, tak disangka Firda justru beringsut menjauh. Dirinya bersembunyi di balik tubuh kekar Tuan Abraham, menghindari bertatapan dengan paman, bibi, dan adik sepupunya.

Dengan suara yang nyaris tercekat di tenggorokan, Firda berkata dengan begitu lirih, "A-aku ... t-tidak suka ini ...."

Firda mengatakan kalimat berisi penolakannya itu dengan terbata-bata.

Mereka memang jahat. Paman, bibi, dan adik sepupunya ... mereka semua memang sangat jahat kepada Firda selama ini.

Namun, melihat mereka dipaksa harus berlutut kepadanya, sungguh itu sama sekali tidak membuat Firda merasa puas dan lega. Yang ada dirinya justru merasakan perasaan tak nyaman yang menggerogoti hatinya.

Firda tak terbiasa mendapatkan penghormatan sebegininya. Ini sungguh ... membuatnya tak nyaman dan benar-benar mengganggu hatinya.

"Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan," ujar Abraham seraya menganggukkan kepalanya perlahan secara tiba-tiba. Menyadari kecemasan dan kegundahan yang menyelimuti gadisnya, Abraham lantas dengan tanggap menggenggam jari-jemari mungil dan kurus gadis itu untuk menenangkan dan menghangatkan perasaannya.

Tentu saja perlakuan lembut Tuan Abraham kepada Firda berhasil mengagetkan semua orang di ruangan ini.

"Kita pergi dari sini," tambah Abraham lagi karena menyadari gadisnya merasa tak nyaman dengan situasi ini.

Setelah mengucapkan kalimat berisi perintah mutlak yang menyatakan bahwa Abraham memang memiliki kuasa sepenuhnya terhadap diri Firda, tak dapat dibantah dan tak bisa diganggu-gugat pula, Firda dengan terpaksa dan penuh ketidakberdayaan mengikuti langkah Tuan Abraham yang membawanya pergi dari rumah ini.

Para pengawal laki-laki berbaju hitam dan berseragam lengkap yang telah menyertai kedatangan Tuan Abraham ke sini tadi, kini dengan begitu sigap membukakan pintu mobil untuk Tuan mereka itu, tak lupa juga untuk gadis itu.

"Masuklah," perintah Abraham kepada gadisnya karena Firda masih tampak ragu-ragu untuk masuk ke dalam mobil.

Setelah keduanya duduk berdampingan di kursi penumpang di bagian belakang, seorang sopir yang telah Abraham tunjuk dan percayakan untuk mengemudikan mobil mewahnya ini, segera tancap gas melajukan kendaraan itu menjauhi pekarangan rumah keluarga Firda hingga mereka pergi melesat jauh dan tak terlihat oleh mata lagi.

Sementara itu, iring-iringan mobil para pengawal yang menjaga seorang Abraham Handoko turut serta mengawal dari depan, belakang, sisi kiri dan kanan mobil yang kini ditumpangi oleh pria itu.

Sebagai pewaris keluarga Handoko, keluarga terkaya di Indonesia, maka sudah tentu Abraham memerlukan penjagaan dan pengawalan yang sangat ketat. Mengingat saingan bisnis dan orang-orang yang menginginkan kehancuran serta keruntuhan dari kejayaan keluarga Handoko sangatlah banyak.

Musuh keluarga Handoko tak terhitung jumlahnya. Bahkan banyak di antara mereka yang bermuka dua, di hadapan anggota keluarga Handoko mereka tampak sangat baik dan memberikan dukungan penuh, tetapi di belakang mereka justru adalah orang-orang yang menyusun strategi untuk menjatuhkan keluarga Handoko. Mereka semua tentunya begitu ingin melengserkan kekuasaan keluarga Handoko dan menggantikan posisi itu dengan keluarga mereka sendiri.

"T-Tuan ...." panggil Firda dengan suaranya yang serak dan begitu lirih. Tangan mungilnya meremas kuat ujung jas hitam milik Abraham yang saat ini dirinya kenakan. Jari-jemarinya yang tampak kurus saling bertautan dengan begitu gelisah di atas pahanya sendiri.

Selama perjalanan, mobil yang dirinya tumpangi hanya diisi oleh keheningan. Biasanya Firda akan mabuk jika naik mobil, tapi kali ini tidak. Dirinya bahkan sama sekali tidak mencium bau-bau aneh yang biasanya dirinya dapati di mobil-mobil lainnya.

Suasana ini begitu canggung dan membuat Firda sungguh merasa tak nyaman. Perlahan dia menelan ludahnya dengan susah payah guna membasahi sedikit kerongkongannya yang saat ini entah kenapa terasa begitu kering.

Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya yang tersisa, Firda kembali melanjutkan ucapannya dengan suara gemetaran, "Ma-maaf j-jika a-aku lancang. T-Tapi apakah Tuan benar-benar akan menepati janji Tuan untuk menikahiku dan tidak menjadikan aku pelacurmu?"

Tatapan matanya kini tampak bergetar. Binarnya terlihat berpendar memohon dengan begitu putus asa. Abraham tanpa sadar terhenyak sejenak menikmati keindahan sorot mata itu kala empunya kini juga sedang menatap dirinya.

Abraham tak berbohong saat menyatakan betapa indahnya binar mata gadis itu saat menyimpan begitu banyak harap dan cemas di matanya. Terlihat begitu polos dan lugu bagaikan seorang manusia suci tanpa memiliki setitik pun noda dosa.

"Jadi kamu mau menikah denganku?" Alih-alih menjawab pertanyaan Firda, sang Tuan justru balik mengajukan pertanyaan.

Kontan saja hal itu membuat dahi Firda yang tampak berkeringat, kini dipenuhi dengan lipatan pertanda gadis itu sedang berpikir dengan keras. Abraham menyorotinya dengan begitu intens.

Tatapan mata Tuan Abraham terlihat sangat liar dan buas membuat Firda tanpa sadar mundur hingga punggungnya membentur sisi mobil.

Abraham ... memperhatikan semuanya.

"Kenapa? Apakah kamu kepanasan?" tanyanya seraya menelisik keringat sebesar biji jagung yang mengalir deras di kening gadis itu.

Namun, gadisnya justru menggelengkan kepalanya beberapa kali hingga helai rambutnya yang panjang bergerak indah ke sana kemari. Kalau saja Firda memiliki keberanian untuk mengatakan secara terus terang, maka Firda akan mengatakan bahwa berada di dalam mobil ini adalah tempat paling nyaman yang pernah dirinya rasakan seumur hidupnya.

Terasa begitu sejuk, nyaman, dan beraroma sangat wangi seperti aroma parfum mahal kelas atas. Tidak ada bau yang mengganggu sedikit pun.

"A-Aku ha-hanya gugup," jawab Firda terbata-bata karena dikuasai oleh rasa gugup dan takut yang menjadi satu, menguasai seluruh jiwanya.

Akan tetapi, kejujurannya itu sontak membuat rasa gemas yang dimiliki oleh Tuan Abraham kepadanya menjadi semakin meningkat. Sebab kini gadisnya terdengar begitu lugu. Menghantarkan perasaan baru yang berhasil menghangatkan hati Abraham seketika. Sebab selama ini ia tak pernah terbiasa dengan hal-hal yang menggemaskan dalam hidupnya.

1
Heulwen
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
Qurrati Aini: ditunggu yaaa, author bakal update setiap jam 10 malam, okeyy.
total 1 replies
Azure
Author-im, kalau tidak update cepat, reader-im bakal pingsan menanti T.T
Qurrati Aini: duh di tunggu ajaa ya hehe, author bakal update setiapp jam 22:00 WIB yaa.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!