Hasrat Tuan Impoten

Nathan memang manusia paling narsis yang selama ini Sheren temui. Dia bisa memuji dirinya sendiri dengan bangga padahal kelemahan yang dimiliki bukanlah hal sepele. Siapa yang tidak kesal mendapatkan suami seperti Nathan itu.

Sementara itu, Nathan sama sekali tidak marah saat Sheren mengejeknya. Padahal dulu dia akan sangat marah saat ada yang menyebutnya impoten.

“Bukan Casanudin, Sheren. Tapi Cassanova,” protes Nathan saat mendengar apa yang istrinya itu katakan.

Sheren tersenyum sinis dan menatap suaminya. Wanita cantik itu lalu membalas, “Kalau Casanova itu disukai banyak wanita karena kehebatan adik kecilnya. Kalau seperti yang Bapak bilang tadi, dari mana hebatnya? Memangnya milik bapak bisa memuaskan wanita? Padahal Bapak kan cuma uji coba rasa aja siapa tahu si Ucup bisa bangun dan sayangnya gagal, itu berarti Bapak Casanuddin bukan Cassanova.”

Nathan membuang muka dan enggan membalas ocehan istrinya itu. Laki-laki itu turun dari kasur dan mengurut si Ucup dengan bangga. “Ternyata kamu memang tidak mau sama wanita sembarangan. Sayangnya kok kamu pilihnya sama Sheren yang judes banget sih,” kata Nathan yang terdengar jelas di telinga Sheren.

“Apa Bapak bilang? Saya judes?” tanya Sheren sembari menunjuk dirinya sendiri dengan tangan. “Bapak itu Casanudin narsis. Sudah impoten gaya banget lagi bisa muasin perempuan. Padahal si Ucup kebanggaan Bapak itu cuma mau bereaksi kalau sama aku saja,” cibir Sheren yang semakin kesal dengan tingkah suaminya sendiri.

“Bisa nggak sih jangan panggil Bapak!” protes Nathan lagi.

“Biarin aja, biasanya orang kalau impoten itu udah kakek-kakek malahan, mau saya panggil Kakek?” balas Sheren.

“Idih dasar sombong. Nanti saya bayar kamu lima puluh dolar,” kata Nathan dengan santai. 

Wanita itu lalu menarik selimut dan turun dari kasur berbalut selimut dengan santai. Padahal suaminya kini juga tidak tertutup kain apa pun.

“Sheren kamu sengaja ya bikin saya telaanjang!” teriak Nathan dengan kesal juga.

Alhasil dua manusia yang seharusnya saling mengucapkan kata romantis sebagai pengantin baru, justru saling teriak dan mencibir seperti kucing dan tikus. Entah sampai kapan mereka bersikap kekanak-kanakan seperti itu.

**

Setelah bersih-bersih, Nathan sudah bekerja di depan tabletnya. Dia tidak diperkenankan membawa laptop oleh sang ibu karena tahu pasti akan mengganggu aktivitas hubungan suami istri itu.

Sheren keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk memakai riasan wajah karena rencananya dia dan Nathan akan makan siang bersama Nyonya Lita dan Tuan Winata.

Nathan memperhatikan Sheren yang sedang sibuk mengeringkan rambut dengan wajah yang polos tanpa make up. Mendadak dadanya berdebar keras, dia tidak menyangka jika Sheren ternyata jauh lebih cantik saat tidak memakai riasan apa-apa.

Sheren melirik suaminya yang terus memandanginya tanpa berkedip. “Kenapa lihat-lihat? Hari ini aku libur. Jangan berpikir macam-macam buat nyuruh-nyuruh aku ya!”

Wanita itu lalu kembali mengambil alat riasnya. Sementara Nathan tersenyum geli melihatnya.

“Nanti kalau kita di rumah berdua, kamu jangan pakai make up ya!” kata Nathan yang kini sudah kembali fokus dengan tablet miliknya.

Sheren tidak paham dengan cara sang suami yang sedang memujinya tanpa sadar, wanita itu mengabaikannya dan tetap melanjutkan kegiatannya memoles wajah dengan krim dan bedak. Sampai akhirnya, sebuah ketukan di pintu memecah keheningan.

Nathan segera mematikan tablet pintar itu karena curiga bahwa yang datang ke kamar mereka adalah ibunya. “Jangan bilang kalau aku kerja!” kata Nathan saat dia bangun dari kursi untuk bergegas membuka pintu.

Sheren hanya mencebik dan beberapa saat setelahnya Nyonya Lita masuk.

“Halo halo halo pengantin baru, anak-anak Mama. Gimana tadi malam? Lancar, 'kan?” tanya wanita itu sambil berusaha mengintip ke dalam kamar mereka yang sedikit terbuka.

“Mama apaan sih. Sibuk banget ngurusin kami, emang Mama nggak ada kerjaan lain?” tanya Nathan dengan kesal.

Nyonya Lita langsung menghampiri sang memantu dan secara kebetulan melihat tanda merah di leher Sheren.

“Syukurlah, mereka benar-benar melakukannya!” batin ibu dari Nathan itu.

“Enggak sibuk dong, kan mama pengangguran. Mama ke sini cuma mau lihat menantu mama saja,” balas Nyonya Lita yang kemudian ikut duduk di samping Sheren.

“Aku tahu, mama ke sini mau introgasi 'kan? Semalam aku sama Sheren melakukannya sampai tiga kali, iya 'kan istriku?” Nathan mengedipkan satu mata dengan genit.

Astaga. Suamiku ternyata bisa seterbuka ini sama ibunya. Jangan sampai dia cerita juga gaya apa saja yang sudah kami lakukan!

***

Mau minta vote dong gaess 💋💋💋