Menjalani rumah tangga bahagia adalah mimpi semua pasangan suami istri. Lantas, bagaimana jika ibu mertua dan ipar ikut campur mengatur semuanya? Mampukah Camila dan Arman menghadapi semua tekanan? Atau justru memilih pergi dan membiarkan semua orang mengecam mereka anak dan menantu durhaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Satu minggu telah berlalu begitu saja. Selama itu pula Camila menjalani hari-harinya dengan penuh suka cita. Sikap Aminah kepadanya kembali seperti dulu. Ya, meski sikap cerewet itu masih melekat dalam diri Aminah, tetapi masih dalam batas wajar. Camila tak mempermasalahkan hal itu. Selagi tidak ada yang mempengaruhi pikiran mertuanya, keadaan tetap baik-baik saja.
"Sepertinya ada mobil berhenti di depan rumah. Coba lihat Nduk siapa yang datang?" ucap Aminah.
"Oh, iya, Bu." Camila beranjak dari tempatnya. Lantas, di berjalan menuju bagian depan rumah.
Camila menghentikan langkah di ambang pintu penghubung ruang keluarga dan ruang tamu setelah melihat siapa yang datang. Lantas, dia kembali ke dapur untuk memberitahu Aminah. "Mas Yudi dan mbak Sinta, Bu." Camila segera menghidupkan kompor untuk membuat sesuatu yang akan disajikan kepada kakak iparnya nanti.
"Kalau begitu sekalian buatkan minum untuk kakakmu, ya, Nduk. Ibu mau menyambut mereka dulu. Ini nanti sayurannya taruh kulkas saja," ujar Aminah sebelum berlalu dari dapur.
Helaan napas berat mulai terdengar. Rasanya, Camila ingin pergi saja dari rumah ini karena malas menghadapi segala ulah Sinta nanti. Setelah berkutat di dapur selama beberapa puluh menit, akhirnya Camila keluar dari sana dengan membawa nampan berisi minuman hangat dan camilan.
"Monggo, Mas, Mbak," ucap Camila saat menyajikan makanan tersebut di atas meja.
"Terima kasih, Dek." Sinta mengembangkan senyum manis kepada Camila.
Camila membalas ucapan Sinta dengan senyum manis. Lantas, dia kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatannya. Tidak terlalu lama bertemu dengan Sinta adalah hal terbaik yang harus dilakukan Camila.
"Nanti pasti ada saja gebrakan baru dengan segala sensasinya," gerutu Camila sambil memotong wortel, "udah bagus tinggal di Solo. Ngapain juga pakai datang ke sini lagi," lanjut Camila.
Sementara itu, di ruang tamu, Sinta menceritakan kegiatannya selama di Solo. Dia juga mengadu kepada Aminah jika sempat jatuh saat di kamar mandi. Tentu hal ini membuat Aminah khawatir. Apalagi, perut Sinta sudah mulai membuncit.
"Terus kandungan kamu bagaimana? Sudah diperiksakan?" tanya Aminah sambil mengusap perut Sinta beberapa kali.
"Sudah, Bu. Alhamdulillah tidak ada sesuatu yang membahayakan. Dokter cuma menyarankan agar tidak terlalu melakukan kegiatan yang berat," jelas Sinta dengan diiringi senyum tipis.
Setelah berbicara selama tiga puluh menit di ruang tamu, Yudi mengajak istri dan anaknya untuk istirahat di kamar. Dia lelah setalah mengendarai mobil dari Solo menuju Mojokerto tanpa sopir.
"Pa," panggil Sinta setelah berada di dalam kamar. "Aku gak bisa tenang memikirkan masalah yang kemarin. Bagaimana kalau mas Adi meminta rumah kita?" tanya Sinta sambil menatap Yudi penuh arti.
"Lagi pula kamu ini kok ya ceroboh sekali. Udah tau sertifikat rumah malah dipinjamkan ke orang," jawab Yudi tanpa mau menatap istrinya.
"Ya, aku pikir mbak Yuli gak akan tega melakukan ini karena dia saudara kandungku, Pa. Aku pikir mbak Yuli tuh beneran butuh bantuanku. Tapi kok ya malah begini," keluh Sinta dengan suara bergetar.
"Tidak usah terlalu dipikirkan. Nanti kita cari solusinya. Aku minta setelah ini, jangan mengambil keputusan tanpa berunding denganku. Kamu ini memang kebiasaan, berlagak bisa menyelesaikan semuanya sendiri tapi ujung-ujungnya gak pernah beres," gerutu Yudi.
Bukan tanpa sebab Yudi bersikap seperti itu. Pasalnya Sinta seringkali mengambil keputusan sendiri tanpa berunding dengan suaminya itu. Contohnya seperti saat ini. Ternyata Sinta pulang ke Solo karena ada masalah di sana. Rumah yang selama ini ditempati Sinta akan disita salah satu kerabatnya karena sertifikatnya dijadikan jaminan hutang. Sinta sengaja meminjamkan sertifikat tersebut kepada kakak pertamanya tanpa sepengetahuan Yudi.
"Pa, tapi bagaimana kalau mbak Yuli, mbak Sari dan mas Fatkur sekongkol meminta rumah kita? Rumah itu memang peninggalan orangtua ku dan dulu ibu juga sudah berpesan kalau memang itu jatahku. Tapi aku kan gak punya bukti tertulis kalau itu warisanku. Gimana dong, Pa?" Sinta terlihat panik karena memikirkan kemungkinan yang akan terjadi nanti.
Yudi termenung setelah mendengar penjelasan panjang dari istrinya. Dia pun takut hal itu terjadi. Pasalnya, semua biaya renovasi rumah itu dulu ditanggung kedua orangtuanya. Akan tetapi rumah mewah itu sekarang diperebutkan oleh saudara-saudara Sinta yang serakah. Mereka berdalih meminta hak atas rumah tersebut karena mereka belum mendapat bagian dari peninggalan orangtuanya.
"Rumah itu kan sertifikatnya sudah atas nama kita. Ya, gak mungkin lah kalau mereka minta. Bukannya mereka juga udah dapat jatah tanah. Lalu, kenapa sekarang masih mengusik hak kita?" Yudi menatap Sinta penuh arti.
"Ya mana aku tahu, Mas. Bisa aja kan mereka mengingkari semua pemberian itu karena memang tidak ada bukti tertulis. Aku tuh takut, Pa, kalau sampai rumah kita diambil alih. Terus kita tinggal dimana?" Pikiran Sinta semakin tidak tenang.
Pikiran Sinta menjadi tidak tenang. Apalagi, saat ini dia sudah kembali ke Mojokerto. Dalam pikirannya, ketiga saudaranya pasti sedang merencanakan sesuatu untuk mengambil apa yang menjadi haknya. Sinta mulai berpikir mencari cara untuk mempertahankan apa yang dimilikinya.
"Udah, kita tidak perlu memikirkan hal ini lagi. Sebaiknya sekarang kita istirahat dulu. Aku gak mau kamu setres sampai membuat kandunganmu terganggu. Kita urus semuanya nanti setelah kamu melahirkan saja," pungkas Yudi karena belum menemukan solusi yang tepat untuk masalah ini.
...🌹TBC🌹...
Arman mana tau,,berangkat pagi pulang sore
terimakasih
Anak sekarang benar2 bikin tepok jidat
Lagi musim orang sakit..
Fokus sama usahanya biar makin lancar..
Goprutnya ntar sampai hafal sama Mila 😀😀
Camila harus lebih tegas lagi
Yg g boleh itu jadi pengadu domba
Fokus saja sama keluarga dan usaha biar sukses