Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 27 – Tulang Harimau Muda
Beberapa bulan kembali berlalu sejak Fang An pergi mengawal Yin Song kembali ke Ibukota. Setiap hari setelah Fang An meninggalkan Lembah Seratus Pedang, Xiao Chen berlatih dengan begitu giat.
“Akhirnya aku mencapai Tulang Harimau Muda!”
Pada hari genap dua tahun Xiao Chen berada di Lembah Seratus Pedang, dirinya mencapai Tulang Harimau Muda berkat bantuan Ginseng Air serta Kitab Dewa Naga Surgawi. Seseorang yang memiliki Tulang Harimau Buas pada usia 7 tahun sangat sulit ditemui di sekte besar sekalipun.
Xiao Chen mencoba melakukan beberapa gerakan demi merasakan kekuatan barunya, tubuhnya terasa begitu berbeda dari sebelumnya bahkan Xiao Chen mampu melompat setinggi 5 meter tanpa ilmu meringankan tubuh. Kekuatan fisik yang dimiliki Xiao Chen sungguh besar dan dia yakin dirinya tidak terkalahkan oleh siapapun yang berusia 10 tahun ke bawah.
Meskipun belum memiliki tenaga dalam sedikitpun tetapi Xiao Chen yakin dirinya mampu berhadapan imbang dengan seorang pendekar kelas satu hanya mengandalkan kekuatan fisik dan kecepatan yang Xiao Chen miliki.
“Xiao Chen! Berhenti bersembunyi! Keluar dan hadapi aku!” seruan keras terdengar dari halaman depan Vila Pedang Bambu.
“Ya ampun mereka tidak pernah bosan ya…” Xiao Chen mengaruk kepalanya yang mulai terasa sakit.
Sambil malas-malasan, Xiao Chen berjalan menuju halaman depan hanya untuk menemukan beberapa anak yang berpakaian sebagai murid Lembah Seratus Pedang. Salah satu diantaranya terlihat menonjol karena wajah tampannya serta kekuatan yang terpancar dari tubuhnya.
“Xiao Chen hari ini pasti tamat riwayatmu!” kata anak berwajah tampan yang terlihat berusia 10 tahun.
“Kakak Seperguruan Wang, Bukankah kau sudah mengatakan itu beberapa kali?” Xiao Chen tersenyum tipis pada bocah tersebut.
Sejak percobaan pembunuhan di Vila Pedang Raja berhasil digagalkan oleh Xiao Chen, dirinya menjadi diperhatikan oleh Wang Ergou sebagai seseorang yang harus diperhitungkan. Xiao Chen mengetahui bahwa Wang Ergou mencoba mempersulit serta menghambat perkembangannya di dalam sekte tetapi nyatanya Xiao Chen bahkan tidak meninggalkan Vila Pedang Bambu sekalipun setelah Fang An pergi ke Ibukota.
Wang Ergou sebagai Wakil Ketua Sekte tentu saja tidak bisa turun tangan langsung menghadapi Xiao Chen karena itu dia mengirim keturunannya yang paling berbakat dari generasi yang sama dengan Xiao Chen.
Wang Chong adalah cicit kesayangan Wang Ergou, usianya 10 tahun dan memiliki bakat bela diri yang tinggi. Pada usianya yang masih begitu belia Wang Chong sudah mulai berlatih tenaga dalam dan telah membentuk beberapa lingkaran.
Xiao Chen tentu mengingat Wang Chong karena bocah ini nantinya akan menjadi murid paling berbakat Lembah Seratus Pedang generasi Xiao Chen. Biarpun sekarang Wang Chong terlihat arogan dan bertindak sesukanya, seiring bertambahnya usia dirinya akan menjadi pribadi yang bertanggung jawab serta pemimpin yang baik. Sebab itulah Wang Chong tidak terlalu buruk di mata Xiao Chen saat ini.
Seingat Xiao Chen, Wang Chong terbunuh dalam salah satu misi berbahaya sebelum serangan terhadap Lembah Seratus Pedang terjadi. Mengingat karakternya, Xiao Chen yakin andai Wang Chong masih hidup saat Lembah Seratus Pedang mendapatkan serangan yang membinasakan sekte tersebut, Wang Chong akan tinggal dan berjuang bersama lainnya bukan kabur seperti Wang Ergou dan keturunan keluarga Wang lainnya.
Selama beberapa bulan ini Wang Chong akan datang untuk menantang Xiao Chen, ketika keduanya bertarung Xiao Chen tidak pernah melepaskan pukulan pada Wang Chong melainkan hanya menghindari serangan-serangan yang dilepaskan bocah tersebut sampai akhirnya Wang Chong kelelahan sendiri.
Wang Chong belum pernah kalah dari anak seusianya, ketika mendapatkan perlakuan demikian apalagi Xiao Chen lebih muda tiga tahun darinya membuat Wang Chong tidak bisa terima. Jika sebelumnya Wang Chong melakukan semua ini atas perintah Wang Ergou, sekarang dia melakukannya untuk diri sendiri.
“Gerakan pukulanmu masih terlalu lebar, lawan akan mudah menyerangmu…”
“Tendanganmu kurang cepat, lebih tekankan tenaga pada pinggangmu…”
“Bernafas dengan baik pada saat menarik pukulan jika tidak tulangmu sendiri akan bergeser…”
Selain menghindari serangan Wang Chong, Xiao Chen juga memberikan komentar yang bisa memberikan kemajuan pada bela diri Wang Chong. Sebab itulah Wang Chong selalu diikuti oleh beberapa orang saat mendatangi Vila Pedang Bambu karena mereka juga bisa belajar dari masukan Xiao Chen tersebut.
Setelah bertarung selama 15 menit, Wang Chong mulai kehabisan nafas.
“Kurasa cukup untuk hari ini bukan?” Xiao Chen tersenyum kemudian membalikan badan meninggalkan Wang Chong dan lainnya.
“Xiao Chen jangan senang dulu! Aku akan kembali dalam beberapa hari!” Wang Chong mendengus kesal sebelum meninggalkan Vila Pedang Bambu.
Xiao Chen mengelengkan kepala pelan, dia mengetahui meskipun Wang Chong bersikap demikian tetapi dalam hati pemuda tersebut dirinya berterima kasih pada Xiao Chen karena membantu perkembangan ilmu bela dirinya hanya saja di depan begitu banyak orang Wang Chong harus menjaga sikap serta harga dirinya.
Keesokan harinya saat sedang menyapu halaman, Xiao Chen menyadari ada lebih banyak gadis yang berkeliaran di depan Vila Pedang Bambu. Semua itu membuat Xiao Chen menyadari bahwa gurunya akan segera kembali. Benar saja, beberapa jam kemudian Fang An memasuki Vila Pedang Bambu.
“Guru…” Xiao Chen menyambut Fang An dan menunjukan sikap hormatnya.
“Chen’er, kau menjadi lebih tinggi lagi…” Fang An mengelus kepala Xiao Chen pelan.
Xiao Chen baru berusia 7 tahun tetapi tubuhnya terlihat seperti anak berusia 12 tahun, kecepatan pertumbuhan Xiao Chen hanya bisa dirangkum dalam satu kata yaitu mengerikan!
Fang An sampai lupa menarik nafas saat mengetahui kualitas tulang Xiao Chen kembali meningkat. Dengan kualitas tulang tersebut, Xiao Chen bisa dinilai sebagai bakat yang jarang ada sekalipun di sekte besar.
“Chen’er, selama di Ibukota Guru sudah berdiskusi dengan Ketua Sekte dan dia setuju agar kau mulai berlatih sekarang…”
Fang An kemudian merasa latihan fisik membuat potensi terpendam Xiao Chen muncul sehingga Fang An merencanakan program latihan fisik selama setahun penuh bagi Xiao Chen. Fang An ingin mengeluarkan seluruh potensi yang Xiao Chen miliki dan memaksanya sampai batas sebelum mulai berlatih ilmu bela diri.
Xiao Chen tidak menolak semua itu, dia berpikir memang sudah waktunya dirinya berlatih lebih keras dan tidak selalu mengandalkan sumber daya seperti Ginseng Air.
Malam harinya saat sedang makan malam, Fang An banyak bercerita tentang kejadian di Ibukota terutama tentang Xuehua yang seringkali merindukan Xiao Chen.
Mendengar semua itu membuat Xiao Chen sedikit tersentuh karena dikehidupan sebelumnya tidak ada orang yang bersikap demikian pada dirinya.