Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Ia segera turun dari mobilnya dan menghampiri wanita itu.
"Sedang apa kamu disini?" Rama menatap Vika yang kini terasa asing baginya.
"Kenapa kamu tega melakukan ini padaku Rama, kenapa kamu tega memecat David dan membuatnya sulit untuk mendapatkan pekerjaan, tidak kah kamu tau kalau itu berdampak buruk juga padaku?" Vika berkata dengan terus menuding wajah Rama.
"Kamu pikir aku bisa terus bekerja disamping orang yang telah merebut calon istriku yang sudah ku jaga lebih dari 10 tahun? Dan asal kamu tau, David sulit mendapatkan pekerjaan kembali bukan karena aku tapi karena semua orang sudah tau kebusukan David."
"Tolong bantu aku Rama, aku miskin sekarang, Mamaku tak lagi memberiku uang, Mama marah karena aku meninggalkanmu." Vika meraih lengan Rama lalu memohon padanya.
"Gak bisa, kamu sudah bukan siapa-siapa lagi bagiku sekarang. Aku sudah mau menikah dengan wanita lain, dan aku harus menjaga perasaannya." Rama menepis tangan Vika.
"Apa? Kamu mau menikah? Semudah itu kamu melupakan aku?" Vika berkata dengan dada bergemuruh.
"Kamu yang lebih dulu melupakanku Vika, kamu yang memulai semuanya." Rama mendorong tubuh Vika hingga terjatuh dan kembali masuk kedalam mobil.
"Itu mantan kamu ya?" Syarin bertanya saat Rama sudah kembali duduk dikursinya.
"Iya." jawab Rama datar.
Sikapnya kini berubah total setelah bertemu Vika.
Rama sebenarnya merasa kasihan pada Vika, Vika nampak berubah drastis sekarang.
Vika yang dulu selalu cantik dan elegan kini nampak lusuh tak terawat.
Padahal hanya baru beberapa hari saja mereka tak bertemu, hatinya kini merasa teriris saat melihat wanita yang dicintainya hidup menderita.
Perasaan Rama pada Vika masih belum berkurang sama sekali, ia melakukan semua ini hanya untuk membuat Vika menyesali perbuatannya.
Tak ada lagi pembicaraan diantara mereka, Syarin tau kalau mood Rama sedang tidak baik.
Rama mengatar pulang Syarin ke rumah sakit karena Pak Burhan masih dirawat disana.
Setelah mengantar Syarin Rama mampir kesalah satu bar untuk menghilangkan penat.
Sebelumnya ia sama sekali belum pernah menginjakan kaki ditempat seperti itu, tapi setelah kehilangan Vika ia benar-benar kehilangan arah.
******
Hari demi hari terasa berganti begitu cepat, Pak Burhan hari ini sudah diijinkan pulang dari rumah sakit.
Rama membawa mereka kesalah satu rumah miliknya, ia tak mungkin membiarkan calon mertua dan calon istrinya tinggal ditempat kumuh.
"Loh kita mau kemana?" Syarin bertanya saat mobil yang dikendarai Rama bukan mengarah kerumahnya.
"Udah ikut aja, toh aku gak bakal ngapa-ngapain kalian." Rama menjawab acuh tak acuh.
Syarin seakan tak percaya dengan sikap Rama yang sekarang.
Mobil yang mereka tumpangi mereka kini memasuki sebuah pekarang rumah yang cukup luas setelah seorang penjaga tadi membuka gerbang.
Ketiganya turun dari mobil, Syarin nampak kagum dengan rumah ini.
Selain luas, disini juga nampak rapi dan bersih, tanaman disana terlihat bagus dan terawat.
"Ayo masuk." Rama berkata saat dua orang disana masih berdiri mematung didekat mobil.
"Ini rumah siapa Mas?" Syarin bertanya saat tiba diambang pintu.
"Ini salah satu rumahku, kalian akan tinggal disini sampai hari pernikahan di gelar." jawab Rama datar.
Saat Rama membuka pintu nampak ada dua pelayan yang menyambut mereka.
"Selamat datang Tuan." mereka berkata seraya membukukan badan.
"Kenalkan, ini calon istri dan mertuaku. Mereka akan tinggal disini selama beberapa hari sampai kami selesai melangsungkan pernikahan, tolong layani mereka selama berada disini."
Mereka berdua hanya menganguk patuh.
"Syarin, Pak Burhan ini dua pelayan disini, yang ini namanya Mbak Darmi, dia bertugas untuk membersihkan rumah ini." Rama menujuk wanita dengan tubuh yang sedikit gempal.
"Dan ini Mbak sumi, dia yang bertugas untuk memasak dan memenuhi semua kebutuhan kalian." Rama kini menunjuk wanita yang sepertinya usianya sudah lebih dari setengah abad.
"Mari saya antar ke kamar kalian." Mbak Darmi melangkah menuju lantai atas dengan menjinjing sebuah tas yang berisi pakaian Syarin dan Pak Burhan.
Mereka kini sudah berada di kamar masing-masing.
Syarin sedang menyusun pakaianya kedalam lemari setelah tadi membantu menyusun pakaian Ayahnya.
Saat ia sedang asyik melipat pakaian terdengar suara pintu kamarnya dibuka seseorang.
Rama melenggang masuk begitu saja ke kamar Syarin lalu duduk ditepi ranjang.
"Hanya itu pakaian yang kamu punya?" Rama memandang remeh pakaian yang sedang dilipat Syarin.
"Kalau iya memangnya kenapa? Kamu tau sendiri kan kalau aku orang miskin, kenapa masih nanya?" Jawab Syarin ketus.
"Biasa aja kali jawabnya, aku kan cuma nanya, kenapa sampai bawa-bawa status segala." jawab Rama tak kalah ketus.
Syarin hanya melirik malas pria yang sedang duduk ditepi ranjang itu.
"Kalau udah selesai langsung turun kebawah, kita makan siang bareng, ajak sekalian Ayahmu juga." Rama melenggang pergi keluar kamar.
"Cihh, bisanya cuma merintah saja." Syarin menghempas kasar pakaianan ditangannya lalu melangkah keluar kamar.
Syarin dan Pak Burhan terlihat menuruni tangga setelah tadi Syarin mampir ke kamar Ayahnya untuk memberi tahukan perintah Rama.
"Ayo sini makan siang dulu." Rama melambaikan tangannya kearah dua orang itu.
Rama bersikap ramah pada Syarin hanya saat dihadapan Pak Burhan saja.
Ketiganya kini duduk dimeja makan dengan suasana canggung.
"Saya mau minta izin ajak Syarin keluar hari ini apa boleh Pak?" Rama berkata ditengah-tengah makan.
"Iya boleh saja Nak Rama, Syarin juga pasti bosan kalau dirumah terus seharian." Pak Burhan berkata sungkan.
"Ya sudah nanti selesai makan kamu siap-siap ya Sya?" Rama mengembangkan senyum termanisnya.
"Iya Mas." Syarin tak mungkin menolak ajakan calon suaminya dihadapan Ayahnya padahal sebenarnya ia malas pergi dengan Rama.
Ketiganya kini sudah selesai makan, para pelayan juga sudah membersihkan meja makan.
Keduanya kini memilih duduk disofa ruang tamu sambil menunggu Syarin bersiap.
"Bagaimana keadaan Bapak sekarang? Apa sudah jauh lebih baik?" Rama bertanya basa-basi.
"Sudah Nak, Alhamdulillah! Semua berkat Nak Rama, Bapak benar-benar berterima kasih sekali, apalagi Nak Rama sampai mau menerima anak Bapak yang urakan itu." Pak Burhan sedikit mengangkat dagunya.
"Siapa yang Bapak maksud sebagai anak urakan?" Syarin berkata saat menuruni tangga.
"Siapa lagi kalau bukan kamu." Pak Burhan menatap Syarin.
"Orang mah anaknya tuh dibaik-baikin kalau didepan calon suaminya, ini mah malah dijelek-jelekin." Syarin mendelik kesal.
"Emang yang Bapak kamu omongin benar adanya kok." ucap Rama menimpali.
"Haahh .. kalian berdua memang sama saja, asal kalian tau ya, ini tuh bukan sikap urakan tapi sikap tangguh." Syarin berkata sambil menepuk dada.
Kedua pria dihadapannya hanya bisa tertawa kecil saat melihat Syarin begitu membanggakan dirinya.
"Ya sudah ayo wanita tangguh, kita berangkat." Rama berkata sambil menahan tawa.
Syarin hanya bisa menghentakan kakinya, lalu melangkah menuju Ayahnya untuk berpamitan.
Keduanya kini sudah duduk didalam mobil, Rama terlihat menatap Syarin dari atas sampai bawah.
"Dadan biasa aja kaya gini aja kenapa lama sekali sih." Rama mendengus kesal.
"Sengaja aku lama-lamain, karena sebenarnya aku malas pergi sama kamu." Syarin mendelikan bola matanya.
"Seharusnya kamu itu bangga bisa diajak jalan sama aku, ada ribuan wanita diluar sana yang mengantri untuk aku ajak jalan." Rama berkata dengan bangga.
"Halah.. gak usah sok-sokan dipuja banyak wanita kalau punya satu aja ninggalin." omongan Syarin bak sebuah tamparan keras bagi Rama, kini ia tak bisa lagi berkata-kata.
"Susah emang ngomong cewek bar-bar." Rama mengumpat dalam hati karena tak ingin di skakmat lagi oleh Syarin.
Mobil yang mereka tumpangi kini berhenti disalah satu pusat perbelanjaan.
"Kenapa ke tempat seperti ini lagi sih, aku malas muter-muter terus, cape tau." Syarin sedikit mencebikan bibirnya.
"Udah nurut aja kenapa sih, ingat aku udah bayar kamu mahal, kamu tau sendiri kan biaya pengobatan Bapak kamu itu gak sedikit." Hanya itu satu-satunya senjata yang Rama punya untuk menaklukan Syarin.
"Iya Tuan iyaa!!" Syarin berkata malas sambil melangkahkan kakinya keluar dari mobil.
Rama menarik sudut bibirnya, ia tau kalau uang lah yang menjadi kelemahan Syarin.
Keduanya kini berjalan menuju lobby dengan Rama menggenggam tanggan Syarin agar terlihat benar-benar seperti pasangan, ia takut akan berpapasan dengan orang yang dirinya kenal.
Dan benar saja, baru saja beberapa langkah, mereka kini berpapasan dengan David yang berjalan gontai dengan sebuah map coklat ditangannya.
Rupanya ia sedang menjajakan lamaran kerjanya ke setiap toko yang berada disini.
Berharap ada yang menerimanya walau hanya sebagai pelayan, tapi hasilnya nihil, karena ia sudah salah berurusan dengan keluarga Abimana.
David sedikit menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang ia kenal berjalan didepannya.
"Rama?" David bermonolog saat matanya berhasil mengenali siapa yang berjalan didepannya.
*************
*************
jadi penisirin.