Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kiss
Saat turun dari mobil tidak ada hentinya Hana mengagumi rumah mewah ini, biasanya dia hanya sesekali ke rumah direkturnya yang sama nya mewah, tapi tidak seluas ini.
Leon berjalan lebih dulu dengan tangan kanan nya ia masukkan ke saku, tangan satu nya membuka pintu villa tersebut.
Lagi Hana dibuat kagum kembali saat arsitektur yang mewah serta elegan nya, Hana bahkan sampai tertinggal oleh langkah Leon yang lebih dulu.
"Ini sudah bersih, cari saja makanan disini, aku.. Mau mandi" santai Leon yang menaiki tangga sambil sesekali melihat Hana yang menatapnya sedang menaiki tangga.
Disini mereka benar-benar hanya berdua, bahkan Leon tidak mengajak anak buahnya untuk berjaga.
Hana pun berinisiatif untuk melihat isi kulkas, banyak bahan makanan, sepertinya Leon sudah menyuruh orang untuk mengisi kulkas bahkan bersih-bersih.
Namun ia belum lapar, Hana pun duduk disofa besar sembari membuka jas milik Leon, kepala nya pun mendongak melihat langit-langit rumah yang tinggi.
"Disini sangat tenang" ucap pelan Hana.
Tak lama ponselnya berdering terlihat ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal, Hana sempat ragu menjawabnya, tapi jempolnya menggeser nya ke bagian hijau dan mendekatkan ke telinganya.
"Naik lah"
Suara yang Hana kenal.
Tut
Sebelum Hana menjawab Halo panggilan itu terputus, Hana mendengus kecil pria itu seenaknya memerintahnya, meski jengkel Hana tetap naik tangga menuju lantai dua.
Sebelum Hana masuk ia mengetuk pintu dua kali, saat mendengar jawaban ia pun masuk.
Terlihat kamar yang luasnya lebih besar dari pada rumah studio nya. Bahkan kasurnya pun besar, melihat Leon yang sedang bertelepon dekat jendela kaca yang berbicara bahasa Italia. Padahal ia sekarang hanya memakai bathrobe.
Perhatian Hana pun teralihkan melihat sebuah lukisan yang menurut nya bagus, ia pun segera mengeluarkan ponselnya, sebelum memotret ponselnya mati karena kehabisan baterai, Leon hanya sesekali mendelik ke arah Hana yang sibuk dengan ponselnya saat ingin memotret.
Leon menyudahi telfon nya, lalu mendekati Hana.
"Sedang apa?" Tanya Leon.
"Bisakah foto kan aku? Didepan lukisan ini, baterai ku habis" pinta Hana dengan memohon.
"Berdiri ambil posisi" ngalah Leon meski malas ia tetap mau mengambilnya.
Hana senang ia merapihkan rambut nya serta baju minimnya itu, Leon tertuju di layar ponselnya wajah Hana.
"Apa terlihat bagus??" Tanya terlebih dahulu Hana.
"123" Ucap Leon yang memencet layarnya, namun bukan sekali tapi berkali-kali bahkan Hana tidak mengganti posenya.
"Sudah?? Apa aku cantik??" Hana langsung menghampiri Leon, dan melihat layar ponselnya.
"Iya, cantik" jawab Leon keluar begitu saja.
"Kirim ke ponsel ku ya" pinta Hana.
"Buat apa??" Tanya Leon.
"Aku ingin memposting nya, karena lukisan nya bagus" positif Hana.
"Butuh pengakuan cantik dari siapa lagi??" Tanya Leon yang langsung melipat tangan nya didepan dadanya dengan ponsel ditangan nya.
"Itu-- disini aku tampak cantik" gugup Hana setelah mendengar kata cantik dari Leon.
"Benarkah??" Cicit Leon yang membalasnya dengan memfoto bertubi-tubi wajah Hana yang terlihat jelek.
Cekrek.. Cekrek.. Cekrek..
"Jangan!!" Pekik Hana yang mencoba mengambil ponsel milik Leon, namun kalah cepat ia tidak berhasil.
"Kemarikan! Hapus!!" Hana berusaha menggapai ponsel Leon namun ia selalu kalah cepat.
Karena Hana terus loncat untuk menggapai, membuat kakinya tergelincir dan mendorong tubuh Leon hingga jatuh ke kasur empuk.
Buk
Hana reflek memegang pundak Leon dan menahan tubuhnya dengan tangannya agar tidak mengenai Leon yang berada dibawahnya.
Mata nya langsung tertuju dengan Leon yang berada dibawahnya, bahkan raut wajah polos Leon habis mandi begitu dekat.
Leon menautkan alisnya melihat Hana yang berada di atasnya, membiarkan ponsel nya tergeletak diatas kasur bagian atas kepala Leon.
Mereka sama-sama nya terdiam, bathrobe yang dikenakan Leon bagian dada nya tersingkap sedikit, kulit putih susu nya terlihat sangat jelas.
"Bukankah sudah kukatakan.. Jika ada orang yang menyen--" belum selesai bicara, Hana segera turun dari atas setelah ingat itu, namun sebelum terjadi kaki Leon menautkan ke pinggang ramping Hana, dan memutar tubuhnya dengan mudah, kini telah berbalik Hana berada dibagian bawah sedangkan Leon berada diatas.
Itu terjadi begitu cepat, hingga ia baru tersadar sudah dibawah Leon.
Karena pakaian minimnya, membuat dadanya sedikit menyembul, bahkan rambut yang ia gerai pun nampak berantakan diatas kasur.
Sekarang dimata Leon kini Hana tampak berkali-kali lipat cantiknya. Leon masih memandang Hana yang berada dibawahnya.
"Kenapa?? Apa kau akan menghukum ku karena telah menyentuhmu??" Tanya Hana yang tatapannya lurus pada Leon yang berada di atasnya.
Leon menatap lama Hana yang berada dibawahnya.
"Kau pikir aku tidak bisa melakukannya?" Ucap singkat Leon lalu ia memajukan wajahnya dan menempelkan bibir tipis nya di bibir Hana.
Reflek Hana memejamkan matanya, merasakan bibir nya tersapu dengan lembut. Meski kecupan singkat Leon melepaskan cúmbûan nya, Hana menatap Leon yang berada di atasnya matanya melihat bibir tipisnya memerah karena cúmbüan.
Sebelum Leon turun dengan cepat tangan Hana menangkup pipi Leon dan langsung méncîum nya, saat bibir saling bertaut reflek tangan Hana mengkalungkan tangannya dileher Leon.
Namun berbalik Leon cúmbûan nya makin menuntut, dan dengan perlahan tangan Leon melepaskan satu persatu tangan Hana dari lehernya dan menaruhnya diatas kepala Hana, sedangkan bibir nya masih bertaut, kedua tangan Hana pun terkunci diatas.
Dengan terpaksa Leon melepas pungutannya, padahal Hana terlihat ingin lagi.
"Jangan lagi berpakaian seperti ini, jika tidak ingin aku sendiri yang menggantinya, sampai ku robek" peringat Leon pada Hana yang berada dibawahnya.
Lalu perlahan Leon menjauh dan berjalan menuju tempat ganti baju, Hana bangkit dan merasa jengkel dipermainkan.
"Ciuman tadi apa artinya??" Tuntut Hana meminta pernyataan.
Leon berbalik dan menatap Hana yang menunggu.
"Bukannya itu yang kau mau?? Aku hanya menuruti kemauanmu" terang Leon.
"Aku terlihat begitu?? karena aku terlihat menginginkan nya?? Kau duluan yang mencium ku" Tak mau kalah Hana.
"Tapi.. Kau yang menarik ku" santai Leon lalu berbalik dan masuk ke dalam ruang ganti sambil senyum-senyum.
"Aaa.. Aku yang menginginkan nya, oh begitu.. Mengatur pakaian ku itu apa hak nya" jengkel Hana yang masuk dalam kamar mandi yang jalannya berlawanan dengan ruang ganti.
Tak lama Hana keluar dari ruang ganti dengan kemeja putih polos milik Leon, namun sang pemilik kamar tidak ada, inisiatif Hana mencarinya keluar lalu satu persatu menuruni tangga melihat Leon sedang membuka beberapa lauk makanan.
Meski ingatan tadi menggangunya Hana berusaha abaikan saja, dan mendekat ke arah Leon.
"Sudah mandi??" Tanya Leon sambil mengunyah dan menyumpit makanannya bahkan melihat ke arah Hana yang memakai pakaian nya.
Terdengar asing pertanyaan itu, apa dia senang menggoda nya.
"Jangan bertanya seperti itu" tutur Hana yang berjalan ke arah kulkas dan mengambil satu botol air mineral lalu berjalan menuju tempat duduk didepan Leon yang sedang makan.
"Ambil sumpit mu" ucap Leon yang sambil sibuk makan.
"Tidak aku tidak makan setelah malam" tolak Hana yang berusaha membuka air mineralnya namun belum terbuka.
"Kemarikan" Leon merebut botolnya dan membukanya dengan mudah, dengan hangat memberikannya kembali pada Hana.
Ada apa dengan pria ini?? Bisa membuat nya jantung nya berdebar.