Selamat datang di novel kedua author!!
Terimakasih sudah mampir dan baca di sini❤
Seperti biasa author bikin novel dengan minim konflik karena novel author adalah hasil kehaluan author yang direalisasikan dalam bentuk kisah sempurna tanpa cela sedikitpun😆
Happy reading love!
BRIANNA STANFORD, wanita cantik pemilik mata heterochromia dijadikan jaminan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya. Kakaknya meminta suntikan dana kepada pengusaha muda multinasional ALLARD LEONARDO SMIRNOV dengan alasan untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir colaps. Bagaimana nasib Brianna ditangan Allard? Akankah cinta tumbuh diantara keduanya? Sedangkan Brianna sudah mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah.
Simak terus ceritanya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Jeffrey menggendong tubuh Brianna keluar mansion di saksikan oleh beberapa pelayan yang mungkin masih beraktivitas atau baru akan memulai tugasnya di pagi buta itu. Mereka tidak berani menanyakan hal tersebut kepada Jeffrey karena ia melihat raut wajah Jeffrey yang sangat tidak bersahabat. Jeffrey memasukkan tubuh Brianna ke dalam mobil dan ia membawanya ke suatu tempat.
Jeffrey menjalankan mobilnya di pagi-pagi buta dengan kecepatan tinggi karena ia takut Brianna sadar sebelum mereka sampai di tempat tujuan. Beruntung jalanan sangat sepi karena jam masih menunjukkan pukul empat pagi. Saat mobil Jeffrey sampai di gerbang bagian depan mansion, ia membuka kaca jendela mobilnya dan meminta kepada security agar membuka gerbangnya.
Security yang perah menerima kedatangan Jeffrey di mansion tersebut pun langsung membuka gerbangnya dan membiarkan mobil Jeffrey memasuki halaman mansion yang sangat luas. Jarak dari gerbang hingga ke mansionnya sendiri cukup jauh, sekitar lima ratus meter.
Setelah mobil mulai memasuki pelataran mansion, Jeffrey pun menghentikan mobilnya. Ia keluar dari dalam mobil dan berjalan ke bagian samping kanan untuk menggendong tubuh Brianna yang masih tak sadarkan diri. Jeffrey memanggul tubuh Brianna di bahunya bagaikan sebuah karung. Ia pun membawanya ke depan pintu mansion.
DOR DOR DOR DOR
Jeffrey menggedor pintu mansion dengan sangat kasar. Bukan sebuah ketukan lagi yang ia gunakan untuk membangunkan sang empunya. Melainkan sebuah gedoran bahkan beberapa kali tendangan dan teriakan.
Tentu saja sang pemilik mansion luas itu tidak akan mendengar apapun karena suara Jeffrey tidak akan terdengar sampai ke kamarnya. Tapi ada seorang palayan yang baru saja akan memulai aktivitasnya di mansion tersebut, ia pun berjalan menuju pintu utama lalu membukanya.
"Dimana tuan Allard?" Tanya Jeffrey yang masih memanggul Brianna.
"Tu- Tuan Allard masih tidur dikamarnya. A- anda siapa?" Tanya pelayan tersebut dengan terbata-bata dan sedikit takut karena kedatangan tamu tak di duga di pagi buta sambil membawa seorang wanita yang tidak sadarkan diri.
"Tunjukan aku dimana kamarnya." Ucap Jeffrey kepada pelayan tersebut.
"Ta- tapi tuan, aku tidak bisa melakukan hal itu." Jawab pelayan tersebut.
"Hey dengar, wanita ini adalah kekasih Allard bahkan ia akan menjadi istrinya. Aku akan meninggalkan dia di sini karena wanita ini sudah seharusnya menjadi milik Allard. Jadi jika kau tidak mengizinkannya masuk dan terjadi apa-apa dengan wanita ini kau yang akan bertanggung jawab." Jeffrey mengultimatum pelayan tersebut hingga membuat pelayan tersebut mengizinkan Jeffrey masuk ke dalam mansion.
"Ma- mari ikuti saya Tuan." Ucap pelayan tersebut sambil berjalan menuju lantai dua mansion.
"Ini kamarnya Tuan. Saya permisi." Pelayan tersebut meninggalkan Jeffrey di depan kamar Allard.
Jeffrey menggedor kamar Allard dengan cukup kencang hingga membuat Allard yang baru saja memejamkan mata sekitar dua jam yang lalu terbangun.
Allard beranjak dari ranjangnya dalam keadaan shirtless lalu berjalan dibawah cahaya lampu yang temaram menuju pintu.
CEKLEK
Allard terdiam melihat Jeffrey yang berdiri sambil memanggul tubuh Brianna seperti sebuah barang.
"Ini. Dia sudah menjadi milikmu sekarang." Jeffrey menurunkan tubuh Brianna yang lunglai.
Allard merengkuh pinggang Brianna lalu menariknya ke dalam pelukannya agar tubuh Brianna tetap berdiri meski kaki dan seluruh tubuhnya lunglai tak berdaya karena tidak sadarkan diri.
"Kau menyerahkan adik seksimu ini di pagi buta? Kau tak tahu waktu sekali." Ucapnya sambil memperhatikan wajah Brianna. "Lalu apa yang sudah kau lakukan padanya? Kenapa ada darah mengering di sudut bibirnya? Kau menyiksanya?" Tanya Allard dengan tangan kanan yang masih memegangi wajah Brianna.
"Aku hanya membuatnya tidak sadar dengan cara menamparnya. Aku tak ada waktu lagi. Aku harus segera kembali. Tolong jaga adikku." Ucap Jeffrey yang langsung berjalan meninggalkan Allard yang masih berdiri di ambang pintu sambil menahan tubuh Brianna.
"Kau masih peduli setelah kau menjualnya padaku? Cih.." Allard berdecih.
Jeffrey menghentikan langkahnya lalu berbalik. "Aku terpaksa melakukannya karena orangtuaku tak mau membantuku. Aku meminta bantuanmu dan kau mau tapi dengan imbalan yang berharga. Aku tak punya apa-apa lagi. Dan hanya dia yang paling berharga untukku saat ini." Jawab Jeffrey. "Aku berjanji padamu, aku takkan mengganggu hidup Brianna setelah ini." Jeffrey pun kembali melangkahkan kakinya.
Allard memangku tubuh Brianna dan merebahkannya di atas ranjang king size miliknya. Di bawah cahaya lampu yang temaram, Allard memperhatikan wajah Brianna yang sedikit lebam dan membengkak. Bekas darah yang mengering di sudut bibir dan hidungnya akan ia bersihkan nanti saja setelah Brianna bangun karena ia tak ingin mengganggu Brianna. Allard menutup tubuh Brianna dengan selimut hingga ke dadanya.
Allard sudah tak kuat menahan kantuknya karena ia baru saja pulang dari club dan tidur sekitar dua jam yang lalu. Ia pun merebahkan tubuhnya di samping Brianna lalu masuk ke dalam selimut yang sama dengan Brianna dan terlelap menuju alam mimpi.
Siang hari Brianna baru terbangun sekitar pukul sepuluh, Ia mengerjapkan matanya dan berusaha untuk menyesuaikan pandangannya. Ia berusaha untuk mengingat kejadian yang menimpanya.
Ah ya kakak sialan itu menamparnya dengan begitu kasar dan kuat. Brianna menyentuh pipinya dan terasa sakit di sana.
"Ssshh aww.." Ringisnya saat jari cantiknya itu menyentuh pipinya yang agak bengkak.
"Wait..." Brianna tersentak saat ia masih merasakan sakit. Ia baru memyadari bahwa ini bukan di kamar orang tuanya, bukan di kamarnya, bahkan ini bukan di kamar apartemennya.
Brianna mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Ia melihat kamar tersebut dengan kebingungan. Kamar itu terlihat berdesain sangat mewah. Di dominasi oleh warna gelap yang elegan dan menggambarkan maskulinitias kaum pria. Brianna yakin ini memang kamar pria.
Brianna beranjak dari ranjang besar itu dan berjalan menuju arah pintu besar menuju balkon yang terbuat dari kaca. Pemandangannya langsung mengarah ke kolam yang berada di bawah. Dan di balkon tersebut terdapat tangga yang menuju ke bawah untuk memudahkan akses menuju kolam dan taman.
"Aku berada dimana?" Gumam Brianna.
CEKLEK
Saat Brianna menebak-nebak ia berada dimana, pintu kamar mandi pun terbuka. Keluarlah seorang pria dengan rambut basahnya yang ia sibakkan ke belakang dan handuk yang ia lilitkan di pinggangnya.
"Allard?" Ucap Brianna dengan keheranan. Ia terpaku melihat betapa seksi dan menggodanya tubuh Allard yang atletis.
Selama hidupnya ia benar-benar tidak tertarik dengan seorang pria. Tapi kali ini, saat ia melihat Allard ia seperti menemukan sesuatu yang sangat berharga. Brianna menggelengkan kepalanya dengan cepat untuk menyingkirkan pikiran-pikiran jahatnya.
"Kau sudah bangun rupanya."
"Wait. Kenapa aku bisa ada di sini?" Tanya Brianna. "Dan ini dimana?"
Allard tak menjawab. Ia malah berjalan menuju walk in closet dan bersiap untuk memakai bajunya.
"Hei kau tak menjawabku!" Pekik Brianna lalu berjalan menyusul Allard.
Langkah Brianna terhenti saat ia melihat Allard berdiri membelakangi Brianna dan kondisi handuknya sudah terjatuh ke bawah. Allard benar-benar tidak memakai apapun karena ia baru akan memakai celananya.
"Hei kau benar-benar tak tahu malu!" Ucap Brianna yang langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Allard yang sedang bertelanjang.
"Bukan kah kau yang megikutiku dan melihat seluruh tubuhku tanpa sehelai benangpun, baby? Jadi siapa yang tak tahu malu? Kau atau aku?" Tanya Allard yang masih memakai pakaiannya.
"Ck.. Sudahlah. Apa kau menculikku?" Tanya Brianna yang masih dalam mode membelakangi Brianna.
Lama Brianna menunggu jawaban dari Allard. Akhirnya Brianna memberanikan diri untuk memutar tubuhnya. Ternyata Allard sudah tak ada di sana.
"Shit! Allard!!" Teriak Brianna memanggil pria seksi itu.
"Aku sedang berbicara denganmu!"
"Akan ku jelaskan nanti setelah kita makan." Ucap Allard melenggang pergi meninggalkan Brianna di dalam kamarnya.
Tbc..