Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 - Bukan Aliran Sesat
Sengaja pulang menunggu malam, tentu saja dengan alasan tertentu. Sudah banyak tujuan yang dia jadikan pelarian sepanjang hari, raga dimana sementara jiwa beda tempatnya. Ya, kelinci kecil yang merupakan pendatang di rumahnya itu membuat Keyvan sama sekali tidak fokus.
Justin yang tidak tahu apa-apa jelas bingung kala sahabatnya ini datang bahkan sengaja minta izin mandi di apartementnya, ini adalah hal aneh menurut Justin.
"Tidak minum?"
Keyvan menggeleng kala Justin menawarkan alkohol yang biasanya akan dia terima sebagai bentuk pelarian ternyata tidak lagi menarik bagi dirinya.
"Masih sedih? Come on, Van ... sampai kapan sedihnya?" Justin masih menduga jika sahabatnya ini bersedih akibat kehilangan sang istri, padahal saat ini dia tidak sedih lagi.
"Malam berapa jam lagi?"
Ditanya apa jawabnya apa, ya dia memang sama sekali tidak fokus. Sejak tadi yang dia bayangkan hanya tubuh mungil sang istri yang pasrah dan membuka pintu lebar-lebar untuk dia masuki.
Shiitt!!
Keyvan benar-benar dibuat gila, dia bahkan menggeleng dan menepuk jidatnya berkali-kali. Bingung juga kenapa bayangannya amat nyata dan miliknya seketika kembali menegang.
"Kenapa memangnya? Kau ingin bersenang-senang, Van? Di sini saja, aku bisa hadirkan wanita jika mau."
Bukan itu yang Keyvan mau, pria itu sontak berdecak sebal dan menatap sinis wajah sahabatnya itu. Justin yang terlanjur bahagia hanya karena Keyvan bertanya berapa lama lagi menuju malam itu memasang wajah datarnya, sungguh Keyvan sama sekali tidak asik kali ini.
"Malam menurutku masih lama, tapi menurut orang lain ini sudah malam ... hampir jam tujuh."
Keyvan tersenyum simpul, tanpa ada aba-aba dan menurut Justin pembahasan mereka sama sekali tidak lucu. Merasa sahabatnya ini aneh Justin kembali berpikir yang tidak-tidak, bulu kuduknya mendadak meremang. Dia merinding dan menatap sekeliling apartementnya, aura negatif seakan mengitari tubuh Keyvan, pikirnya.
"Jangan gila, Van ... secinta apapun padanya, kalian sudah beda alam."
Keyvan mendelik tak suka, apa maksud Justin bicara seperti itu. Keningnya mengerut seketika, wajah pias Justin membuatnya bingung apa yang ada dipikiran sahabatnya.
"Kau berpikir apa?"
"Kau merindukan malam hari di saat-saat begini, sebelum benar-benar terjadi lebih baik aku larang sekarang. Jangan pernah melampiaskan naffsumu dengan cara yang salah, Van!! Cari istri kalau memang tidak mau jadi pemain sepertiku."
Dasar gila!! Keyvan menghela napas kasar seraya menggelengkan kepala. Bisa-bisanya dia diduga tengah ikut aliran sesat pasca ditinggal Liora meninggal dunia, memang benar-benar teman laknat, batin Keyvan.
"Kau yang gila! Aku tidak punya cita-cita jadi dukun cabull, Justin."
Justin terdiam, tapi tetap saja dia takut dan mengira Keyvan macam-macam.Terlebih lagi dia tiba-tiba kembali tersenyum kala ponselnya berdering, jika wanita yang menelpon mungkin bisa dia terima. Akan tetapi ini hanya panggilan dari Wibowo.
"Aku turun sekarang."
Dia berseru yes usai pamit seadanya, kepergian Keyvan hanya membuat jiwa Justin kian takut saja. Dalam kesendirian, pria itu menjadi takut sendiri dan lari terbirit-birit ke dalam kamarnya.
.
.
.
Dengan langkah tergesa, Keyvan turun dan masuk mobil. Wibowo sejak tadi menunggunya, sebagaimana perintah Keyvan hubungi ketika hari sudah malam, karena di saat itulah dia akan pulang ke rumahnya.
"Cepat sedikit, Wibowo."
Padahal sudah cepat dan memang terbiasa cepat, anehnya Keyvan masih menginginkan Wibowo melaju kian cepat. Pria itu fokus menatap kedepan, sepanjang perjalanan dia beberapa kali menggerakkan jemarinya, dia menggigit bibir bawahnya berkali-kali dan itu sedikit membuat Wibowo khawatir.
"Tuan, Anda baik-baik saja?"
Keyvan memang bukan tipe pria yang heboh terhadap segala sesuatu yang ia rasa. Sungguh pria itu hanya khawatir bosnya merasakan sakit atau sebagainya.
"Hm, fokus saja," jawabnya terlihat tenang tapi tidak setenang itu. Ada kegelisahan yang terlihat jelas dalam diri Keyvan namun itu tidak dapat Keyvan ungkapkan.
Tiba di rumah, Keyvan melangkah panjang. Seolah ada hal darurat yang menunggu di dalam sana. Akan tetapi, Wibowo baru ingat jika pria itu memiliki mainan baru, wajar saja sejak tadi tampak gelisah.
Ceklek
Dengan perlahan Keyvan membuka pintu kamar, batinnya menjerit kala melihat Mikhayla tengah memainkan ponsel dengan posisi terbaring di tempat tidur, lebih gilanya lagi tubuh istrinya hanya terbalut handuk yang menutup bagian atas lutut hingga dadanya.
...Dia menggodaku?...
Sempat berpikir jika Mikhayla memang sengaja menyambutnya pulang dengan penampilan seperti itu. Darah Keyvan kini berdesir hebat, miliknya tiba-tiba berdenyut dan panas kembali menjalar di sekujur tubuhnya.
Siapapun yang berada di posisinya jelas saja merasaka hal sama selagi mereka normal. Keyvan mendekat, dengan mata yang sudah tertutup kabut pria itu menarik pergelangan kaki Mikhayla hingga wanita itu terperanjat kaget.
"Aarrrgghh!! Kap-kapan masuknya?" tanya Mikhayla gugup, dia terlalu fokus dengan serial kartun kesukannya hingga tidak segera ganti baju begitu.
"Kenapa penampilanmu begini? Sengaja menggodaku?" tanya Keyvan menarik pelan ponsel Mikhayla, tidak memaksa tapi selembut itu kemudian melemparkannya asal ke tepian ranjang, untung saja tidak jatuh.
"Bu-bukan menggoda, tapi aku memang terbiasa begini."
Matanya menatap lekat mata sang istri, dada Mikhayla bergemuruh saat ini. Semakin dekat, Keyvan takkan menjelaskan lagi dia mau apa. Sebelum pergi memang sudah dia sampaikan apa yang harus Mikhayla persiapkan ketika dia pulang.
"Aku menginginkanmu, Mikhayla ... seutuhnya."
Mikhayla kembali tidak memberikan penolakan, meski dia masih saja gugup namun sebisa mungkin Mikhayla tidak menjerit dengan tenaga dalam kali ini.
Ini yang Keyvan tunggu sejak tadi, pria itu tersenyum kala Mikhayla tidak menolak ketika dia menarik tangannya sebagai perintah untuk membuka kemejanya, istri kecilnya tampak memahami apa maunya.
"Kamu milikku malam ini, akan kuajarkan menjadi dewasa yang sesungguhnya." Mikhayla hanya terpejam, sentuhan Keyvan berhasil membuat seluruh tubuhnya lemas tak berdaya.
..... Lanjut
sumpah.. ini lucu..
lagi mbayangin wajah om Babas..
wkwkwkkwk
daddy's little girl is always daddy's little girl..