Nala dan Zayn, dua remaja yang saling jatuh cinta. Nala merupakan gadis yatim piatu yang di rawat oleh tantenya. Namun karena sebuah kebencian Zayn terhadap Tante dari Nala yang merupakan selingkuhan papanya, membuat Zayn salah langkah hingga menyakiti gadisnya. Apalagi perselingkuhan itu terjadi di saat sang mama koma.
Dan di saat yang sama, Zayn mengetahui kenyataan bahwa dirinya bukanlah anak kandung mama papanya.
Lalu siapakah orang tua kandung Zayn??
Bagaimana pula dengan hubungan antara Zayn dan Nala???
Apakah Nala tak berhak bahagia???
Selamat datang di tulisan receh Mak othor 🤭. Semoga berkenan ya bestiiii...
Silahkan mampir, tapi please...kalo emang ngga minar, tolong skip aja dan tapi jangan kasih bintang 1 ya 🙏🙏🙏☺️
Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 35
Nala melenguh pelan. Suara obrolan orang yang ada di sana mengusik tidurnya. Perlahan gadis itu membuka matanya.
"Arda, Marwan?", panggil Nala lirih. Ia tak ingat saat ini ada di mana. Yang ia tahu, terakhir kali yang ia ingat ...sedang ada di jalan bersama Zayn.
Arda dan Marwan canggung akan membantu Nala yang ingin duduk. Dinara melihat kedua pemuda itu ragu-ragu ingin membantu Nala. Mungkin karena tak enak pada Nala.
Dinara pun spontan membantu Nala. Nala terkejut beberapa saat karena di bantu oleh orang asing. Tapi melihat senyum yang penuh kelembutan di wajah Dinara, Nala pun membalas senyuman itu.
"Terimakasih Tante...!", kata Nala lirih. Dinara hanya mengangguk pelan.
"Ahhh....!", Nala merasa perutnya kram.
"Pelan-pelan saja!", kata Dinara. Nala pun mengiyakan dan perlahan menyandarkan tubuhnya.
"Da, Wan...Zayn...bagaimana ?", tanya Nala. Kedua pemuda itu saling berpandangan.
"Arda??", panggil Nala.
"Zayn masih di ICU, mba Nala!", jawab Arda.
"Astaghfirullahaladzim...!", Nala beristighfar dengan lelehan air mata di pipinya. Dinara reflek mengusap bahu Nala dengan pelan.
"Sabar nak, ini ujian. Kalian pasti bisa melewati semuanya!"
Nala mengangguk. Tapi bahunya terus terguncang hingga Dinara meraih bahu mungil itu di dalam dekapannya.
Ada rasa nyaman yang Nala rasakan. Ia seperti merasakan pelukan seorang ibu. Pelukan yang terakhir kali mendiang mamanya masih hidup saat ia masih di taman kanak-kanak.
"Nangis aja ngga apa-apa....!", kata Dinara. Nala pun menumpahkan tangisnya tanpa malu.
"Arda, dimana orang tua Nala atau Zayn, kenapa belum menjenguk?", tanya Bisma yang masih bisa di dengar oleh Nala.
"Eum...mba Nala yatim piatu sejak kecil pak Bisma. Cuma Zayn yang Nala punya."
Bisma dan Dinara saling menatap. Terlihat sekali keduanya merasa iba pada sosok Nala.
"Tapi...Nala menikah dengan Zayn...?", Bisma menggantung pertanyaannya.
"Mereka memang nikah muda pak. Belum lama ini setelah lulus SMA. Zayn mau menjaga Nala!"
Nala semakin tergugu di dalam pelukan Dinara. Sedang Dinara sendiri masih terus mengusap punggung Nala yang bergetar.
Setelah Nala mulai tenang, ia pun bertanya siapa Bisma dan Dinara.
"Om dan Tante ini...siapa?", tanya Nala. Bukan Bisma apa lagi Dinara yang menjawab ,melainkan Marwan. Ia menjelaskan bahwa Bisma yang sudah mendonorkan darahnya pada Zayn. Tapi selain itu mereka juga memang ingin menjenguk Nala walau pun sebenarnya mereka tak saling kenal.
"Terimakasih Om, tante! Allah yang akan membalas semua kebaikan Om dan Tante!", kata Nala sungguh-sungguh meski ada sisa isakan di sana.
"Sama-sama Nala!", kata Bisma.
Seorang perawat dan dokter masuk ke ruangan Nala.
"Selamat siang!"
"Selamat siang dok!", Bisma yang membalas sapaan dokter.
"Wali dari pasien?", tanya dokter tersebut. Nala akan menjawab bukan, tapi Bisma buru-buru mengiyakannya.
"Iya dok!", jawab Bisma. Nala menoleh pada sosok lelaki tampan yang sangat mirip dengan suaminya namun dalam versi dewasa.
"Jadi begini....", dokter menjelaskan kondisi Nala dan juga kehamilannya. Nala sendiri tercengang mendengar di dalam rahimnya yang kini sedang ada nyawa lain.
Tangannya reflek mengusapnya namun tetesan bening itu kembali meluncur tanpa bisa di cegah.
Usai menjelaskan kondisi Nala, dokter itu pun keluar.
"Selamat ya Nala. Alhamdulillah, dia masih bisa di selamatkan!", kata Dinara menghibur Nala. Tapi ia pun sebenarnya terharu. Gadis semuda Nala sudah hamil dan harus menghadapi hal berat ini.
Dinara ingat seperti apa rasanya melahirkan namun....
"Ma....??", Bisma memanggil Dinara yang bengong. Sebagai suami, ia tahu seperti apa Dinara saat kehilangan bayinya yang bahkan belum mereka beri nama.
Dinara tersenyum.
"Sabar ya Nala. Insyaallah semua baik-baik saja. Kamu harus kuat demi suami dan calon anak kalian!", kata Dinara. Nala mengangguk pelan.
"Da, bisa minta tolong anterin aku ke ruangan Zayn ?", tanya Nala. Marwan dan Arda kompak mengangguk.
"Tante temani Nala ya, Tante juga mau lihat kondisi suami Nala!", kata Dinara.
"Apa tidak merepotkan?", tanya Nala.
"Tentu tidak!", jawab Dinara. Lalu ia membantu Nala untuk turun dari ranjang dan di dudukan di atas kursi roda yang sebelumnya Marwan minta ke petugas.
Sesampainya di sana, pintu ruang ICU terbuka. Sosok Zayn yang di pasang banyak alat di tubuhnya membuat Nala, Marwan dan Arda terkejut.
"Zayn!", pekik Arda dan Marwan.
"Mas ...!", Nala tak kalah terkejutnya. Namun kondisinya yang tak memungkinkan ia hanya pasrah saat Dinara mendorong kursi rodanya.
Baik Bisma maupun Dinara sama-sama tertegun menatap wajah pucat Zayn. Di wajah Zayn tak ada luka yang cukup berarti. Namun benturan di belakang kepalanya yang membuat ia kehilangan banyak darah.
"Mas....??!"
"Jangan sentuh anak saya!!!!"
Suara yang Nala kenal siapa pemiliknya membuat ia menolehkan kepalanya.
"Tante...mas Zayn....!?"
"Saya bilang jangan sentuh anak saya! Ini semua gara-gara kamu!", tuding Suci dengan emosi.
Nugi mencoba menenangkan istrinya karena ia melihat ada Bisma yang merupakan rekan bisnisnya selama beberapa tahun terakhir.
"Ma....!", Nugi mencoba menahan istrinya tapi ia tak bisa mengontrolnya.
"Saya sudah memperingatkan mu Nala. Dan ini adalah waktunya telah tiba! Tinggalkan Zayn ! Kalau kamu memang ingin melihat dia bahagia dengan masa depannya yang jauh lebih baik, dan itu tanpa kehadiran kamu!"
"Astaghfirullah!", gumam Bisma, Dinara dan dua sahabat Zayn.
Nala menangis tergugu dan Dinara kembali mengusap bahu Nala.
"Dan saya tahu kamu sedang hamil!", kata Suci. Nala mendongakkan kepalanya.
"Tapi jangan kamu pikir, kehamilan kamu bisa menjadi alasan untuk saya agar kamu tetap bersama Zayn!"
"Maaf Bu, kalau saya ikut campur! Saya tahu ,saya bukan siapa-siapa. Tapi yang Nala kandung adalah calon cucu anda, kenapa anda tega seperti ini?", tanya Dinara.
Ia merasa kembali di mana dirinya berada di posisi Nala saat ini. Dia paham seperti apa berada di posisi Nala.
Suci tak menjawabnya. Hati nuraninya mengatakan apa yang perempuan paruh baya katakan itu benar.
Tapi sisi egoisnya ingin Zayn tetap menjadi anak yang akan menjadi pewaris keluarganya.
"Hal ini bisa saja terjadi kalau...Zayn juga calon cucu anda ini...bukan darah daging anda sendiri!", kata Dinara. Entah dapat keberanian dari mana kalimat itu keluar dari bibirnya.
Apakah karena pengalaman pribadinya yang kurang lebih seperti Nala???
"Ten-tentu saja Zayn anak saya! Ayo mas!", ajak Suci pada Nugi.
"Maafkan istri saya Tuan Bisma....!", ujar Nugi yang tak enak pada salah satu investor besar di perusahaannya.
"Tante...ijinkan saya bertemu Zayn...?!", Nala menghiba.
"Saya akan membawa Zayn keluar negeri. Dan setelah itu, saya yang akan mengurus perpisahan kalian!"
"Mama!!!", Nugi membentak Suci.
Nala tergugu dalam tangisnya. Bisma dan Dinara ikut merasakan emosi walau pun memang tak seharusnya mereka ikut campur.
"Sekarang, atau tidak sama sekali!", ancam Suci.
Nala pun bergegas bangkit dari kursi roda dan menghampiri Zayn yang masih terpejam. Petugas yang ada di sana pun ikut terharu dengan drama orang kaya seperti di sinetron-sinetron.
Nala menggenggam tangan Zayn lalu mengecupnya. Masih terlihat jelas jejak percintaan luar biasa mereka semalam. Dan Nala menyentuh wajah pucat Zayn. Matanya masih enggan untuk terbuka.
"Aku cinta sama kamu Zayn, aku akan nunggu kamu kembali. Dan perceraian itu tidak akan pernah terjadi. Aku janji...akan menjaga anak kita dengan baik. Kita akan bersama lagi!", bisik Nala.
Suara Nala hanya terdengar oleh Dinara yang tadi membantu Nala mendekati brankar Zayn.
Ada getar rasa yang tak bisa di jelaskan oleh Dinara saat menatap wajah Zayn. Benar, Zayn seperti Bisma saat muda dulu. Saat Bisma masih seusia dengan Zayn!
Andai dia putra ku....??? Batin Dinara.
💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Melow ga sihhhh..?😩😩😩😩😩
Terimakasih 🙏