Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB bab 15
"Hah?!"
Lala terpegun di depan loket pembayaran Rumah Sakit, di mana Mbak Mbak tersebut mengatakan informasi bahwa pembayaran pengobatan ibunya sudah dilakukan.
Lala lantas mendapatkan beberapa lembar kuitansi, dan semua sudah mendapatkan legalisir lunas dibayar.
"Calon suami Anda yang membayarnya."
"Calon suami?" Lala masih tak paham, siapa calon suami yang dimaksud? Apakah Raffa yang sedang berupaya untuk membujuknya?
Padahal, Lala sudah merelakan tas kerja pemberian Sky yang sudah dia pakai lebih dari tiga tahun lamanya. Tahu sudah dibayar begitu, Lala tak perlu menjualnya.
Yah, mungkin Raffa memang mengembalikan uangnya. Syukurlah kalau begitu, lagi pula Lala masih berhak atas uang yang dipinjamkan kepada Raffa.
Lala berjalan kembali memasuki sebuah lorong, dia akan hubungi Raffa untuk mengucapkan terima kasih. Tapi, nomor Raffa sudah tidak lagi aktif.
"Aneh..."
Sebelumnya Raffa tak pernah tidak aktif, sesibuk apapun Raffa selalu on. Dan apakah iya, setelah membantunya Raffa menghilang.
Ah, Lala tak mau pikir pusing. Lala perlu juga istirahat setelah semalaman mondar- mandir menunggu pembeli tasnya.
Kantuk, lelah, dia bahkan tak memikirkan apa pun tentang meeting malam tadi. Apakah sudah selesai atau belum pekerjaannya?
"Maaf, Pak! ... Semalam saya harus pulang tanpa pamit dulu." Lala mengirim pesan teks pada nomor bossnya.
"Huhh!" Lala meniup rambut di poninya hingga terbang sekilas. Dia bersandar di sofa kuning itu, lalu bersedekap memejamkan matanya.
Rasanya lega sekali setelah pembayaran sudah dibayar lunas. Walau indahnya hanya sesaat, Lala juga perlu mendatangi mimpi.
Mimpi yang sempurna, karena di setiap mimpinya, Sky selalu tersenyum. Walau sering Lala menggerutu, jika Sky di dunia nyata tidak semurah senyum itu tapi Lala menikmatinya.
Bibir Lala mengembang, walau matanya masih terpejam. Dan itu yang membuat Sky datang untuk berdiri di depannya.
"Ck!"
Rok span yang tertarik ke atas, kancing baju yang berupaya menahan dua gunung besar. Disekitarnya, beberapa lelaki yang lewat kini menatap Lala dengan posisi tidur menggoda.
Sky meraih tubuh wanita itu, kemudian menggendongnya menyusuri koridor. Sky membawa Lala ke parkiran basemen.
"Kau tidak sadar diri apa, berapa seksinya kamu di mata mereka." Sepanjang jalan Sky hanya merutuki sekretaris naifnya.
Tiba di tempat, Sky merebahkan Lala di atas jok mobilnya yang aman. "Kamu baik sekali, Pak! ... Biasanya galak," igau Lala.
Sky terkekeh, sialan sekali wanita ini. Bahkan di dalam mimpinya pun menyindir ketika dia sedang berlaku baik, seolah dirinya amat sangat buruk.
Klik... Kancing baju Lala terbuka satu, ah, sialan, kenapa itu terjadi ketika posisi Sky sedang menunduk dan menghadapinya.
Sempat terjadi pergolakan batin, karena situasi ini sangat menguji iman. Antara ingin tetap melihatnya, atau menutupnya, dan Sky lebih memilih membiarkan saja.
Sky keluar kembali, ia menutup pintu mobil dan berjalan menuju pintu kemudi. Sayang, di atas joknya dia tak bisa tenang.
Rasanya ingin mengunci stang kepalanya agar tak menoleh ke arah Lala. Tapi, cukup sulit sekali untuk dilakukan.
Nyatanya, wajah polos dan tubuh seksi Lala menarik untuk dilihat terus menerus seperti saat ini. Jika sudah tak lagi kuat menahan diri, terkadang, Sky keluar dari mobil.
Sekadar, mengurangi hasratnya dengan melihat Lala dari luar kaca depan sambil menyalakan api dan menyesap rokoknya.
Asap asap yang dia keluarkan cukup menenangkan pikirannya. Setidaknya, Lala masih aman dari kejahatannya malam ini.
Ah, Sky meremas rambutnya. Sesekali Sky masuk kembali ke dalam mobil saat rindu wajah polos Lala ketika tertidur.
Sampai, pagi matanya berkantung, Sky masuk kembali ke dalam mobil setelah semalaman lelah duduk di kap depan sana, bahkan menghabiskan 24 batang rokok.
Brugh!!
Suara hentakan pintunya membuat Lala terkejut dan terbangun. "Pak??"
Lala beringsut, celingukan, dia berusaha eling untuk yang dia lakukan semalam. Rupanya dia sedang ada di parkiran Rumah Sakit.
"Kok kita di sini?" Lala kembali menoleh ke arah Sky yang terpejam sambil bersandar seraya pula melipat tangan di dadanya.
Agaknya, Sky mengantuk sekali. Lala cukup bingung dengan kejadian ini, perasaan malam tadi dia tidur di sofa koridor. "Kok Pak Sky di sini juga?" tanyanya.
Lala yakin Sky belum tertidur, makanya dia goyangkan lengannya. "Ngapain Pak Sky di sini, Pak?!" cecarnya.
"Menemani mu, ... apa lagi?"
Ck! Lala berdecak, lalu berpaling ke depan sambil memberengut. Sejenak Lala berusaha menghela napas, mata Lala lalu membulat tatkala melirik pada tas hitam mengkilat yang semalam dia jual.
"Loh, ... Kok tas saya..." Bukan, dia sudah menjualnya ke orang lain. Itu berarti, sudah bukan miliknya kembali.
Lala diam, tak jadi melanjutkan bicara, tapi lantas menoleh saat Sky berujar. "Jangan menjual barang pemberian ku lagi."
Sesaat, Lala melekatkan tatapannya. "Tapi saya butuh uang, Pak. Gaji saya kan Pak Sky yang potong."
"Gajimu aman, dan ambil lagi tasnya," ucap Sky. Yang bagi Sky biasa saja tapi bagi Lala begitu membahagiakan hingga segera meraih tas kesayangannya kembali untuk dipeluknya.
"Beneran, Pak?!" Lala memastikan dan alangkah senangnya ketika Sky bergumam walau tidak menoleh apa lagi membuka mata.
"Terima kasih, Pak!" Lala saking senangnya, dia sampai memeluk lengan Sky yang terkejut oleh perlakuan tiba- tiba, Lala.
"Ututututu! ... Pak Sky gemesin!" Lala bahkan mencubit kedua pipi Sky sambil menatapnya gemas dengan sorakan ala wanita.
Sky tertegun. Degup jantung Sky tidak aman sama sekali, ... dia melihat seseorang yang berbeda di depannya saat ini.
Ceria, penuh cinta, seperti bukan wanita yang setiap hari menolaknya. "Ok, ... Kalau begitu, saya masuk dulu ya, Pak!"
"I-iya..."
Sky melongo cukup lama, bahkan tak bisa berkedip mata sama sekali. Hari ini, Lala amat sangat berbeda, dia menyukai Lala yang ceria dan tak segan melakukan physical touching.
Lala sempat berlari masuk, tapi keluar kembali masih dengan senyuman dan mencondongkan tubuhnya ke arah pintu mobil Sky. Kali ini mata Sky tertuju pada belahan dada yang tumpah di depannya.
"Pak Sky pulang saja, tidak apa- apa. Saya mau urus Ibu dulu di dalam. Dan, ... Semoga harimu baik, Pak!" Lala berlari kembali setelah membuat jantung dan Juniornya tersapa susu tumpah seorang Lala.
"Hayss! ... Dadanya kayak kata OTW, susah dipegang."