Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TRAGEDI KOPER YANG TERTUKAR
“Assalamualaikum...”, teriak Bagaskara begitu tiba didepan pintu rumahnya.
“Waalaikumsalam...eh,anak ganteng mami sudah pulang”, Gladys menyambut kedatangan anak lelaki satu-satunya dikeluarga Purnomo tersebut dengan senyum lebar.
Resti hanya memutar bola matanya malas melihat kelebayan sang mami menyambut kedatangan kakak keduanya yang dianggap terlalu berlebihan.
“Iya...anak yang paling disayang”, sindiran Resti tak mempengaruhi Gladys yang kini sudah bergelayut manja dilengan sang anak dan membawanya masuk, melewati anak sulungnya yang hanya menatapnya kesal begitu saja.
“Ayo makan...mami sudah menyiapkan makanan kesukaanmu”, ucap Gladys bersemangat.
Bagaskara yang melihat banyak makanan kesukaannya tersaji diatas meja makan pun mengurungkan niatnya untuk duduk ketika dia merasa tubuhnya mulai lengket karena keringat.
“Bagas mandi dulu mi, gerah”, ujarnya dan langsung bergegas naik menuju kedalam kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.
Sementara itu, Resti yang sedari tadi melihat gantungan kunci boneka kelinci dikoper sang kakak pun merasa penasaran dan menghentikan langkah sang bibi ketika hendak membawa koper tersebut kekamar kakaknya.
“Taruh disini aja bi, biar nanti Resti yang bawa kekamar mas Bagas”, ujar Resti penasaran.
Bi Tina hanya mengangguk patuh dan meletakkan koper tersebut diruang tengah dan diapun segera kembali kedapur untuk menyiapkan makan malam yang sebentar lagi akan tiba.
“Sejak kapan mas Bagas suka K-POP”, guman Resti semakin penasaran sambil menatap koper hitam tersebut penuh minat.
Resti tampak mengotak-atik koper milik sang kakak karena penasaran dengan isi didalamnya dengan mencoba beberapa kode untuk membukanya.
Begitu koper terbuka, kedua matanya melotot sempurna dengan mulut terbuka karena syok dengan penampakan yang ada dihadapannya.
“MAMI...DIDALAM KOPER MAS BAGAS ADA UNDERWARE CEWEK!”, teriak Resti histeris hingga membuat semua orang yang ada didalam rumah pun berlari mendekat.
Bahkan Veli sang kakak yang baru masuk bersama papinya pun langsung berlari keruang keluarga begitu mendnegar teriakan putri bungsunya tersebut.
“Ada apa sih Resti...kenapa kamu teriak-teriak kaya dihutan begitu”, ujar Gladys mengomel sambil diikuti oleh bi Tina dan bi Sum yang lari tergopoh- gopoh dibelakang majikannya karena takut terjadi apa-apa dengan anak majikannya tersebut.
“Iya nih anak malu-maluin aja jika sampai suara jeleknya itu didengar tetangga”, ucap Vely menimpali.
Resti yang masih syok bergegas menghampiri kedua orang tua serta kakaknya yang datang menghampiri.
“Ini mi...di koper mas Bagas ada underware milik cewek”, ucap Resti sambil menunjukkan underwear berwarna merah dan hitam ditangannya.
“Apa ini milik pacar mas Bagas ya...”, ujarnya lagi sambil mengamati underware berwarna merah darah yang sexy itu.
Bagas yang baru saja selesai mandi langsung turun sambil memasang kaos dibadannya setelah mendengar suara teriakan adik bungsunya itu melotot sempurna melihat underware yang dipegang sang adik dan ditunjukkan kepada keluarganya.
“Shittt...”, umpatnya dalam hati ketika celananya terasa sesak melihat ukuran kacamata berenda yang terlihat cukup besar itu.
Melihat underware yang dibawa sang adik, pikiran Bagaskara pun traveling kemana-mana, sehingga jiwa kelaki-lakiannya pun meronta.
“Apa benar punya gadis itu sebesar itu”, batinnya mesum.
Bagaskara pun segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, mengusir bayangan mesum yang ada dikepalanya.
Begitu sampai di bawah, Bagaskara segera mengambi underware yang ada ditangan sang adik dan kembali memasukkannya kedalam koper.
“Itu koper orang. Ketukar tadi kereta”, ucapnya klarifikasi agar keluarganya tak salah paham.
“Kamu itu, kenapa lancang sekali membuka koper yang bukan milikmu”, tegur Bagaskara sedikit keras.
Resti yang ditatap tajam sang kakak hanya menunduk ketakutan karena Bagaskara jika sedang mode serius seperti ini sangat mengerikan.
“Maafkan aku mas, aku tak sengaja. Aku tadi hanya penasaran dengan gantungan kunci itu”, cicitnya sambil menunjuk kearah gantungan kunci seperti miliknya.
“Ya sudah. Lain kali jangan diulang”, ujar Bagaskara.
Semua orang tampak kecewa mendengar penjelasan Bagaskara dan segera berjalan menuju meja makan.
“Ya..padahal mami sangat berharap jika itu memang benar barang cewek kamu yang tak sengaja kebawa didalam koper”, ucap Gladys sedih.
Mendengar ucapan sang mami, Bagaskara melotot tajam karena tak menyangka jika wanita yang melahirkannya itu memiliki pikiran seburuk itu terhadapnya.
“Bagas bukan cowok brengsek ya mi, yang sanggup mencoreng nama keluarga hanya untuk kesenangan sesaat”, ucapnya tajam.
“Ya, mami tahu kamu adalah lelaki baik dan bertanggung jawab. Hanya saja, dua bulan lagi usiamu sudah 32 tahun dan sampai detik ini belum ada juga cewek yang kamu ajak kerumah dan kenalkan sama mami”, ucap Gladys protes.
Jika sudah begini, Bagaskara hanya bisa menghela nafas panjang karena jujur saja dia masih belum menemukan perempuan yang bisa membuat hatinya bergetar dan merasa nyaman jika didekatnya.
Selama ini semua perempuan yang mendekatinya hanya karena parasnya yang tampan, kedudukannya serta kekayaan keluarganya.
Bagaskara masih belum menemukan perempuan yang mendekatinya tanpa ada motif dibelakangnya.
Yang benar-benar mau dan tulus menjalin hubungan tanpa melihat latar belakang keluarga dan pekerjaannya.
“Kok bisa ketuker sih dek, jangan-jangan memang modus”, ujar Veli penuh kecurigaan.
“Sepertinya enggak deh mbak, mungkin dia memang benar-benar terburu-buru soalnya aku lihat sepanjang perjalanan dia sibuk dengan pekerjaannya. Tadi aja aku dengar jika dia baru saja turun dibandara setelah selesai mengaudit perusahaan di Makasar dan langsung disuruh ke Bandung karena bosnya memerlukan bantuannya untuk melakukan presentasi dengan investor asing. Bahkan sepanjang perjalanan dia juga terlihat beberapa kali melakukan panggilan video dengan kliennya yang berasal dari berbagai negara”,ujar Bagaskara menjelaskan.
“Sibuk banget kelihatannya. Memang apa jabatannya ? Auditor? Diperusahaan mana?”, Vely tampak mengupas informasi dari sang adik karena dia melihat sedikit binar cerah dimata Bagaskara ketika sedang membicarakan sang pemilik koper.
“Nggak tahu juga sih mbak karena aku nggak sempat ngobrol dengannya”, jawabnya jujur.
“Yah... kirain kamu sudah ngobrol banyak dengannya tadi. Padahal kalian kan duduk bersebalahan, sayang kesempatan baik nggak digunakan”, ujar Vely mendesah kecewa.
Gladys mengangguk pelan begitu dia melihat isyarat yang diberikan anak sulungnya itu dan segera beraksi.
“Cantik nggak mas anaknya...”, ucap Gladys penasaran dengan respon yang diucapkan oleh putranya tersebut.
“Cantik lah mi...namanya juga cewek”, ujar Bagaskara sedikit tersipu malu tapi berusaha dia sembunyikan dari semua orang yang sayangnya aksinya tersebut gagal karena kakak dan maminya sudah melihat telinga Bagaskara yang memerah karena malu.
Semua orang tampak tak patah semangat untuk mengorek informasi dengan harapan ada perubahan ekpresi diwajah Bagaskara.
“Kalau mami denger tadi gadis itu sepertinya sangat pintar karena bisa berkomunikasi dengan klien dari berbagai negara, berarti kemampuan bahasa asingnya cukup bagus dong mas...”, Gladys kembali bertanya dengan tatapan penuh selidik.
“Iyalah mi, apalagi bahasa mandarin sama jepang, jago banget dia.Menurut Bagas sih dia sangat smart mi. Sangat jarang Bagaskara melihat ada gadis dengan paket komplit seperti ini. Selain cantik dan pintar, dia juga cukup sexy”, ucap Bagaskara tanpa sadar dengan kedua mata berbinar cerah, membuat semua orang tersenyum senang.
Resti yang melihat kakaknya keceplosan pun mulai beraksi “Ciyeee...kayanya ada yang jatuh cinta pada pandangan pertama nich...”, celetuknya dengan nada menggoda.
Papi Candra yang sedari tadi diam menyimak kali ini pun juga ikut buka suara melihat anak lelakinya yang sudah berumur tersebut tampak mulai bisa membuka hati untuk lawan jenisnya.
“Kalau nanti gadis itu menghubungi,suruh datang aja kerumah, kopernya juga ada disini kan biar sekalian berkenalan ”,ujar Candra dengan senyum merekah.
Keluarga itu pun segera makan malam dengan hati bahagia karena sebentar lagi harapan mereka agar Bagaskara menikah segera tercapai.