Di dunia kultivasi yang dilanda konflik antara Ras Manusia dan Ras Iblis, Dewa Bin Jue dari Sekte Pedang Langit menjadi harapan terakhir umat manusia. Setelah bersembunyi di Gua Abadi, Dewa Bin Jue meninggal dan menciptakan warisan Pedang Langit sebelum Dewa Iblis Yu Zheng menyerang.
Di Benua Huang Zhou, pemuda jenius Luo Xinfen kehilangan kemampuan kultivasi akibat pengkhianatan tunangannya, Wei Ling. Dalam pencariannya untuk memulihkan kekuatannya, Luo Xinfen menemukan gua misterius yang menyimpan rahasia kuno. Di sana, ia bertemu dengan suara Dewa Bin Jue yang memberinya Pedang Langit.
Dengan warisan legendaris ini, Luo Xinfen bersiap untuk menghadapi tantangan, mengungkap kebenaran di balik pengkhianatan, dan menyelamatkan dunia manusia dari ancaman Ras Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LevzaaOP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 5 I Di Balik Kedok Identitas
Setelah meniggalkan Paviliun Seribu Harta, Luo Xinfen berjalan perlahan melewati Lorong-lorong ibu kota Benua Huang Zhou. Malam itu, langit dipenuhi bintang-bintang, namun suasana hatinya tidak secerah langit malam. Kemenangan Keluarga Xiao dalam pelelangan telah menghalangi ambisi Keluarga Wei, dan ia tahu bahwa Wei Tian, pemimpin Keluarga Wei, tidak akan membiarkan hal ini berlalu tanpa balasan.
Di Tengah perjalanan Luo Xinfen tetap menyembunyikan identitas sebenarnya, termasuk fakta bahwa ia memiliki Pedang Langit serta Warisan dari Dewa Bin Jue, dari paviliuan ataupun keluarganya. Hanya sedikit yang tahu bahwa Luo Xinfen yang mereka kenal adalah orang yang jauh lebih kuat dan penuh tekad dibanding pemuda yang pernah mereka lihat sebelumnya. Ia terus membangun kekuatan secara diam-diam, bertindak sebagai individu independent yang ingin membawa kejayaa bagi Keluarga Luo dan tanpa menarik perhatian atau mencurigakan.
Setibanya dia aula besar kediaman, para tetua serta beberapa anggota keluarga berkumpul untuk menyambut pemimpin Keluarga Luo. Setelah pemimpin Luo Baixun sampai dirumah dia langsung menanyakan kepada semua keluarga tentang keberadaan anaknya Luo Xinfan. “Pengurus kediaman apakah kalian melihat Luo Xinfan dirumah selama saya berada di ibu kota?....” Ucap Luo Baixun, “Saya tidak ada melihat tuan muda dari tuan berangkat sampai sekarang…”. Seketika Luo Baixun berpikir bahwa yang diliatnya di pelelangan mirip dengan Luo Xinfan.
Tetua Keluarga Luo Pun bertanyaa kepada Pemimpin, “Ada apa ketua, apakah ada yang salah?.....”. sambung Luo Baixun Ketua Keluarga Luo. ”Pada saat di pelelangan saya seperti melihat Luo Xinfan berada disana tetua”. “Hahhhh. Tidak mungkin bukannya Luo Xinfan Fokus meditasi untuk meningkatkan kultivasinya?...” ujar tetua.
“Karena tidak ada yang percaya maka kita akan tunggu kehadirannya di kediaman” Ucap Luo Baixun Oleh karena itu Luo Baixun menunggu kedatangan anaknya dan ingin mempertanyakan apakah dia benar-benar ada di pelelangan. “Pengawal tunggu kedatangan Luo Xinfan di depan kediaman setelah tiba bawah dia masuk ke dalam Aula Besar” Ucap Luo Baixun
Luo Xinfan pun tiba di kediaman dengan berhati-hati, akan tetapi diketahui oleh pengawal Keluarga dan langsung dibawa untuk menuju aula besar, disana ia melihat ayahnya dan para tetua serta beberapa anggota berkumpul sambil melihatnya masuk seolah-olah dalam dirinya menyimpan rahasia yang sangat besar. “Ada apa ini malam-malam berkumpul, jangan-jangan tentang Pedang Langit telah diketahui oleh Keluarga Luo” ucap Luo Xinfan dalam hati, dan kagetnya dia mendengar akan apa yang terjadi ternyata saya dipanggil ke aula ini hanya untuk di interogasi apakah Luo Xinfan benar ada di pelalangan pada hari ini. Namun, banyak yang merasa heran dengan kehadiran Luo Xinfen di pelelangan, mengingat selama ini dia tidak pernah menunjukkan minat yang bersar terhadap dunia luar.
“Luo Xinfan ayah ingin bertanya padamu, apakah kau dari ibu kota dan datang ketempat pelelangan Paviliun Seribu Harta…?” Ucap Luo Baixun. Seketika Luo Xinfan terdiam dan terbatah-batah untuk menjawab pertanayaan itu. “Aaaa.. yyyyaaaahh, hal itu sangat benar saya memang berada disana..”
“Tuan Muda Xinfen, apa yang membawamu ke pelelangan besar di Paviliun Seribu Harta?” tanya salah satu tetua keluarga dengan rasa ingin tahu. “Kami mendengar rumor bahwa pelelangan kali ini menghadirkan benda-benda berharga yang memikat sekte-sekte kuat. Mengapa kau tertarik untuk ikut serta?” Ucap tetua keluarga.
Luo Xinfen tersenyum ringan, menundukkan kepalanya sejenak akan kebersalahannya datang ke Pelelangan tanpa memberitahu ayah dan keluarganya. “Saya hanya tertarik pada teknik-teknik kuno yang berguna dalam pelatihan” jawabnya singkat. “Di sana, saya berhasil memenangkan tumbuhan Rumput Pencerah Jiwa untuk mempercepat kultivasi” ujarnya.
Meskipun jawabannya sederhana, beberapa anggota keluarga memperhatikan ada sesuatu yang berbeda dalam sikapnya----- Ketenangan dan kejujuran yang seolah membawa kekuatan baru. Namun, tidak ada yang meragukan penjelasannya. Keluarga Luo, bagaimanapun mempercayai pemuda ini meskipun tak menyadari bahwa dibalik sikapnya yang tenang, ada rahasia yang jauh lebih besar.
“Aaahhhh…, akhirnya bisa tenang untung saja ayah dan tetua tidak menyadari bahwa saya yang melelang Teknik Pedang Cahaya yang ada di Paviliun itu…..” Ucap Luo Xinfen dalam hati. Pertemuan itu pun berakhir dan Luo Xinfen pun masuk kedalam ruang meditasi Keluarga Luo.
Setelah memasuki ruang meditasi dengan perasaan lega. Ia duduk bersila, menenangkan pikiran, dan mulai memasuki kondisi meditasi yang mendalam. Namun, kedamaian itu tak bertahan lama. Dalam keheningan, ia tiba-tiba merasakan kehadiran aura gelap yang bergerak mendekat dengan niat membunuh. Naluri tajamnya segera bereaksi, namun kali ini musuh yang datang lebih tangguh dari yang dibayangkannya.
Sebelum Luo Xinfen sempat melindungi diri sepenuhnya, Pembunuh Bayaran muncul dengan gerakan cepat. Senjata tajam berkilat di tangan sang pembunuh, mengarah langsung ke dada Luo Xinfen. Dalam hitungan detik, ia mencoba menghindar, namun gagal sepenuhnya. Pedang Pembunuh Bayaran ini melukai bahunya, meninggalkan goresan dalam yang mengalirkan darah.
Luo Xinfen mundur beberapa langkah, memegangi bahunya yang terluka, menyadari bahwa kekuatannya masih belum cukup untuk menghadapi musuh sekuat ini. Rasa sakit menyebar di tubuhnya, melemahkan konsentrasinya. Namun, di tengah keadaan genting tersebut, ia merasakan energi misterius yang mulai berdenyut di dalam dirinya—energi yang tidak asing baginya.
"Dewa Bin Jue..." gumamnya dalam hati, mengingat bahwa warisan yang ia miliki berasal dari sosok kuat tersebut.
Di saat rasa putus asa hampir menguasainya, energi Dewa Bin Jue mulai membara dalam tubuhnya. Suara yang dalam dan kuat terdengar di benaknya, "Biarkan aku membimbingmu, Luo Xinfen. Kau harus segera melatih kemampuanmu jika ingin melindungi keluargamu."
Tiba-tiba, tubuh Luo Xinfen bergerak sendiri, dikuasai oleh kekuatan Dewa Bin Jue. Mata Luo Xinfen yang awalnya mulai redup kini memancarkan cahaya biru yang menakutkan. Kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya mengalir deras melalui pembuluh darahnya, membangkitkan teknik-teknik bertarung kuno yang tak pernah ia kuasai sebelumnya.
Pembunuh bayaran itu melompat ke arah Luo Xinfen, mencoba menghabisinya dengan serangan terakhir. Namun, kali ini, Luo Xinfen bergerak jauh lebih cepat. Dengan satu gerakan gesit, ia menghindari serangan itu dan, dalam satu ayunan tangan, menciptakan bilah energi tajam yang langsung menembus tubuh sang pembunuh.
Pembunuh itu terjatuh dengan tatapan tak percaya. Ia tak menyangka bahwa pemuda yang terluka tadi tiba-tiba berubah menjadi sosok yang begitu kuat dan berbahaya. Dalam hitungan detik, pembunuh bayaran itu tewas, dan tubuh Luo Xinfen kembali normal.
Setelah kekuatan Dewa Bin Jue mereda, Luo Xinfen merasa tubuhnya lemas. Suara Dewa Bin Jue kembali terdengar dalam benaknya, lebih lembut namun tegas, "Kau memiliki potensi besar, Luo Xinfen, namun potensi itu belum sepenuhnya terbangun. Kau perlu segera melatih kekuatanmu. Ancaman seperti ini hanya akan semakin sering datang."
Luo Xinfen mengangguk, menyadari bahwa untuk melindungi keluarganya, ia harus mengasah kekuatannya lebih dalam lagi. Dengan semangat yang baru, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa mulai sekarang, ia akan berlatih lebih keras, menguasai seluruh teknik yang diwariskan oleh Dewa Bin Jue, dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.