NovelToon NovelToon
Jadilah Tempatku Untuk Pulang

Jadilah Tempatku Untuk Pulang

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Angst / Gadis Amnesia
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Wawawiee

Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.

"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.

"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Tawaran Berujung Kesalahpahaman

***

"A-Apa-apaan ini, Ya Allah?"

Masih dalam balutan handuk kimononya, Ayna terperangah sekaligus melongo saat melihat isi lemari itu. Penuh dengan baju-baju branded yang terkenal mahal, bahkan ia tahu harga satu setek itu.

Ayna mengambil salah satunya, yang bermodelkan seperti Lolita berwarna biru laut. Ia menempelkan baju itu pada tubuhnya, benar-benar pas.

"Cantik sekali... Tuan itu bagaimana bisa tahu ukuran bajuku ya? Seperti nampak pas saja. Eh tapi, apa aku boleh pakai ini?"

Ayna masih tertegun bingung, apakah ia boleh memakai baju lolita ini?

"Ah ya sudahlah, pakai saja. Toh Tuan yang bilang sendiri kan ini baju buatku? Yang penting, aku harus segera berpakaian terus turun ke bawah. Tuan sudah menunggu."

Segera, Ayna memakai baju itu. Tak lupa ia merapikan rambutnya dengan digerai saja. Bisa saja ia mengikat kepang tapi sayangnya tidak ada karet atau pita yang bisa dibuat untuk mengikat rambut indah panjangnya.

"Ini... Aku?"

Pantulan kaca menampakkan Ayna dengan baju lolita biru laut, ia benar-benar berbeda. Rupanya seperti boneka hidup yang cantik, padahal tidak ada riasan juga yang menempel di wajah.

"Memang ya, ada harga ada kualitas. Enaknya Alea kalau tiap hari baju-bajunya yang dipakai itu mahal-mahal. Aku mah apa? Yang penting masih bisa dipakai walaupun sobek sana-sini hmmm..."

Dirasa sudah selesai, Ayna segera turun ke bawah. Ia juga baru tahu kalau kamar yang ditempatinya itu ada di tingkat atas. Saat sampai di depan tangga...

"Mati aku... Bisa ngga ya aku turunnya?"

Ya, Ayna sekarang bingung sekaligus takut untuk turun ke bawah. Apalagi model tangga itu seperti berkelok.

"Huft, bisa-bisa. Yang tangga sana aja bisa masa ini ngga?"

Dengan langkah kaki yang terseok-seok, Ayna menuruni setiap anak tangga dengan hati-hati. Kedua tangannya dengan erat menggenggam pegangan tangga itu, mencegah jika langkahnya salah dan kakinya akan aman.

Di bawah... Tepatnya di ruang keluarga...

Adam melihat semuanya. Ia merutuki dirinya sendiri kenapa meninggalkan Ayna dan membiarkan wanita muda itu untuk turun tangga sendirian. Sebisa mungkin ia tidak berteriak panik.

'Ayna, Ayna, Ayna! Yang benar saja kamu Adam! Kamu membiarkan gadis kecil berjalan sendirian begitu! Sudah tahu kakinya begitu aaarggghhh!'

Dalam hatinya, ia berteriak dibalik wajahnya yang datar. Keringat dinginnya bercucuran deras di kepalanya.

TAP

"Haahh ughhh Alhamdulillah. Haahh capek juga..."

"Alhamdulillah Ya Allah..."

Langkah kaki menapak di lantai. Ayna mengucapkan syukur karena sudah berhasil turun bahkan Adam yang melihatnya pun juga berucap syukur.

Namun, kelegaan itu tak berangsur lama. Adam langsung terpana dengan penampilan baru Ayna yang dalam balutan baju lolita yang sudah dibelikannya untuk wanita itu. Apalagi, Ayna yang sudah manis menurutnya, bertambah manis dan cantik selayaknya boneka hidup.

"Boneka..." gumamnya tak sadar.

Mendengar gumaman Adam, Ayna langsung menoleh ke arah Adam. Ia melangkah sedikit dan membungkuk kepada Adam.

"Tuan. Saya sudah selesai."

"Sudah? O-Oh iya-iya. Oke. Sekarang, duduklah di sini. Mau aku bantu?" tangan Adam terulur untuk membimbing Ayna, namun Ayna sekali lagi menolak.

"T-Tidak perlu Tuan, saya... Akan kesana segera."

Lagi-lagi, pemandangan yang ada di depannya membuat dada Adam sakit. Tubuh mungilnya harus menahan rasa sakit pada kaki kanannya, bahkan setiap langkahnya, Ayna selalu meringis. Entah kesakitan atau merasa pegal.

"Huffttt..."

"Kemarikan kakimu." pinta Adam.

"E-Eh? K-Kaki?" ucap Ayna terkejut.

"Iya. Aku ngga tahu kalau kakimu bermasalah. Tahu begitu kemarin sekalian saja saat kamu diperiksa dokter. Sekarang, kemarikan."

Rasanya begitu berat saat akan menuruti permintaan Adam. Apalagi, pria di depannya baru saja ditemui.

Baru saja ia menolak, ia keburu ketakutan saat melihat tatapan Adam yang nampak dingin menurutnya. Ayna ketakutan dan ia terpaksa menurutinya.

Kaki kanannya ia luruskan menghadap Adam. Adam meraih kaki jenjang Ayna dan ia sedikit mengurut pada bagian betis.

"Akh, sakiitt..." lirihan Ayna didengar oleh Adam.

"Apa disini saja? Kalau yang ini?" Adam kembali mengurut dan kali ini yang diurut adalah bagian lutut.

"AAAKKKKHHH!" yang ini, benar-benar sakit sampai Ayna berteriak kesakitan.

"Sakiittt... Hiks... Sakiiittt..."

"Sssttt Ayna, sudah ya, sudah. Maafkan aku, aku ngga bermaksud menyakitimu... Maaf..."

Adam yang panik saat Ayna menangis pilu, ia keburu langsung menarik Ayna dalam pelukannya. Menenangkan wanita itu yang masih kesakitan.

'Kenapa ini? Kenapa dengannya? Apa yang sudah dilakukan... Ck, sudah pasti itu mereka yang melakukan sesuatu yang buruk pada gadis kecilku. Benar-benar...'

***

Butuh waktu lama agar Ayna tenang, setelah Ayna tenang dan tak menangis lagi barulah Adam bertanya keadaan dirinya.

"Masih sakit lagi? Kita ke dokter ya, lutut dan betismu ini bermasalah. Setidaknya kita akan tahu apa yang terjadi." Adam mengajak Ayna untuk pergi ke dokter, namun Ayna tak menjawab.

Ayna masih berada di dalam pelukan Adam, ia sadar dengan apa yang sudah terjadi tapi anehnya... Ia merasa tidak ingin terlepas dari pelukan Adam. Sekali lagi, ia merasa familiar dengan pelukan hangat Adam, bahkan saat kepalanya dielus pun ia merasa demikian juga.

"Ayna?" panggil Adam lagi.

"I-Iya?"

"Kamu ngga apa-apa? kenapa ngga menjawab?"

"S-Saya... Ngga apa-apa."

Adam mengangguk, ia melepaskan pelukannya dan menatap Ayna sendu.

"Kita ke dokter ya." ajak Adam lagi.

"Tapi..." rasa tidak enak menyerang Ayna, mau seberapa lagi ia diperlakukan baik seperti ini?

"Ngga apa-apa. Biar aku yang menanggung semuanya asal kamu sembuh dan ngga kesakitan lagi. Sakit rasanya melihatmu menjadi seperti ini. Padahal, dulu kamu ini gadis yang sehat penuh semangat."

"Ya, kamu mau ya ke dokter?"

Pada akhirnya, Ayna luluh dengan bujukan rayuan Adam. Dengan anggukan lemah, Ayna menyetujui bujukan Adam. Adam tersenyum senang mendengarnya.

"Siang nanti kita akan ke dokter dan memeriksakan semuanya. Ngga apa-apa kan?"

"Iya Tuan, tidak apa-apa. Ah Tuan, saya... Mau bertanya boleh?" kesempatan, sekarang Ayna akan menanyakan siapa identitas Adam sebenarnya.

"Mau bertanya apa?"

"Nama... Nama Anda siapa? Lalu, bagaimana bisa Anda langsung kenal saya? Apa Anda tidak salah orang? Bisa saja... Anda salah orang dan kebetulan namanya sama seperti nama saya..."

Sungguh, pertanyaan polos yang mengundang tawa menurut Adam. Ia sebisa mungkin menahan tawanya karena tak ingin menyakiti perasaan Ayna. Ia berdehem, lalu menjawab pertanyaan Ayna.

"Nama lengkap ku, Adam Anandito Wicaksono. Bagaimana aku bisa kenal kamu yaaahh... Sudah terjawab kan tadi subuh. mengenai salah orang atau ngga, aku ngga salah orang. Kamu benar Ayna, karena aku melihat semuanya. Mungkin kamu ngga sadar apa maksudnya, tapi itu benar-benar kamu yang kulihat, Ayna."

Ayna melongo. bulan, bukan karena jawaban atas pertanyaan yang keduanya. Tapi karena jawaban atas pertanyaan pertama. Identitas Adam.

Adam Anandito Wicaksono, seorang CEO dari Emanuella Corporation, perusahaan terbesar senegara yang bergerak di bidang industri dan infrastruktur pembangunan. Bahkan, cabangnya sudah ada dimana-mana hampir merata di seluruh negeri.

Hal yang menarik pada Adam adalah... Rumornya. Yang Ayna pernah dengar adalah, Adam ini seorang pria yang sangat tidak menyukai wanita. Selain itu, ia juga seorang CEO yang perfeksionis, teliti, kejam, dan tak berperikemanusiaan. Yang benar saja?

"A-A-Anda... Anda... Y-Yang CEO i-itukah?" tanya Ayna terbata-bata.

"Hm? Iya benar."

Ayna langsung shock seketika. Tak disangka, orang yang sudah menyelamatkan dari ambang kematian adalah orang yang berpengaruh di negara ini. Bahkan rumornya yang seperti itu... Apakah ia bisa hidup seterusnya setelah ini?

"Bagaimana... Bagaimana bisa..."

"Pfffttt, kenapa kamu nampak shock begitu? Padahal kamu waktu itu ngga seterkejut ini malah berdecak kagum, hehehe."

"T-Tapi... Itu mungkin waktu itu saya masih kecil, jadinya..." Ayna meremat bajunya, sungguh ia benar-benar malu bisa sampai menampakkan rasa shocknya bahkan sampai membuat Adam terkekeh.

"Ayna. Ingatanku ini selalu bagus, tapi bukannya kamu ini sehat ya? Malah kamu bisa lari kesana kemari. Apa yang sudah terjadi selama ini? Apa mereka sudah melakukan sesuatu pada kakimu?"

Pertanyaan Adam membuat Ayna terdiam sejenak. Tapi karena ia sudah mempercayai Adam, maka ia akan menceritakan semuanya. Lagipula, ia merasa kalau dirinya adalah korban sedari dulu.

"Ini... Sebenarnya saya sudah begini semenjak usia saya 16 tahun. Sewaktu saya pulang terlambat dari kerja kelompok, Tante memukul betis saya sampai terluka. Terus, malamnya saya urut sedikit dengan minyak malah membengkak dan alhasil... Saya kesusahan berjalan."

"Ada dapat beberapa hari, saya ngga sengaja memecahkan botol parfum Alea. Dia melaporkan ke Om Robi, dan saya langsung disiksa tepat di bagian lutut... Sampai saya mendengar seperti suara... Kretek mungkin? Ternyata, lutut saya seperti hancur dan merata seperti ini. Kakek dan nenek mencoba melindungi saya, tapi malah kena imbasnya sampai kakek dan nenek terluka di punggung."

Adam jadi tahu luka yang dialami kakek neneknya pada bagian punggung. Ternyata, itu karena untuk melindungi Ayna seorang. Sesayang itu Chairul dan Tiana kepada Ayna.

"Kenapa... mereka ini iblis atau manusia sih?"

Ayna memiringkan kepalanya, bingung dengan pertanyaan Adam yang tiba-tiba.

"Ayna. Setelah ini, kamu mau kemana?" tanya Adam tiba-tiba.

"Eh? Saya..."

Benar, Ayna tak ada tujuan setelah ini kemana. Kembali ke rumah mewah Robi? Tidak, tidak. Ia tidak mau menderita lagi disana.

"Tinggallah disini."

"Ya?"

"Tinggallah disini dan kamu akan aman sentosa. Kamu juga ngga akan kelaparan lagi dan kamu bisa beristirahat dengan nyaman."

Sungguh, mau seberapa lagi kebaikan Adam kepada dirinya? Kenapa Adam begitu baik kepadanya?

"Jadi... saya boleh bekerja disini?"

"Bukan bekerja. Tapi-..."

"Terima kasih banyak Tuan! Terima kasih banyak! S-Saya akan bekerja dengan rajin dan giat! Apapun yang diperintahkan Anda, saya akan menjalaninya. Terima kasih banyak!"

Saking bahagianya, Ayna memotong perkataan Adam. Adam terdiam, bingung dengan apa yang barusan ia dengar. Bukan ini yang ia maukan. Kenapa jadi begini?

'Kok jadi begini? Aduh, gimana mau menjelaskan ke kakek nenek kalau mereka melihat Ayna bekerja disini? Haaahh nasib sudah kalau bokongku ditendang...' batin Adam merana.

"J-Jadi Tuan, kapan saya bisa bekerja?"

'Ngga apa-apa kalau bekerja pada Tuan Adam yang rumornya kejam atau apa. Yang penting aku bisa hidup aman. Mau itu bersih-bersih, masak, atau bereskan kebun, bakal kulakuin agar aku terus hidup dan bisa kembali bertemu kakek dan nenek! Kumpulkan uang gajian, dan segera cari mereka!'

.

Sementara itu di mansion besar...

"Apa? Ayna ngga ada disana? Kemana cucuku?"

"Itu benar, Tuan Chairul. Kami mencarinya diam-diam, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya."

Chairul memijat kepalanya sementara istrinya Tiana menggeleng tak percaya.

"Ngga... Ngga mungkin. Abang, ngga mungkin kan Ayna..."

"Ngga. Jangan berpikir seperti itu, Tiana. Ayna masih hidup. Terus cari dia. Mau dia di pinggir jalan atau dimanapun itu, cari dia!"

"Baik Tuan!"

~Bersambung~

1
Dinar
Aku kasih bunga biar bermekar dihati Ayna
Dinar
Hallo author aku kasih 2 gelas kopi ya biar buat nemenin pas update episode 🥳🥳
Ataru Moroboshi
Saya suka sekali sama cerita ini, ayo cepat update lagi biar saya gak kesal.
Jena
Bikin terharu
valeria la gachatuber
Membuat terkesan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!