Hidup tanpa kebahagiaan itu bagai sayap tanpa bulu,sebuah kemustahilan yang tidak dapat masuk logika,setidak berguna sayap pada ayam yang tidak bisa terbang,setidaknya sayap itu masih memiliki bulu yang indah,begitu pun juga dengan kehidupan,seburuk-buruknya hidup,akan ada setitik cahaya kebahagiaan didalamnya,namun semua itu tidak berlaku pada kehidupan yang di jalani oleh sesorang remaja cantik bernama aleza,sebesar apa memangnya penderitaan hidup yang gadis itu alami?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidup bersama nara pidana
Lampu sudah di matika,dan suasana pun mulai terasa sunyi,eza menutup matanya perlahan.
"Hidup seperti apa yang sudah kau lalui?." Tanya joan secara tiba-tiba,para nara pidana yang lain sepertinya sudah tertidur pulas.
"Aku." Tanya eza sambil membujuk dirinya sendiri,joan menganggukan kepalanya.
"Hidup yang aku jalani sangatlah berat,bahkan ketika aku baru lahir. Kamu tidak akan menanyakannya."
"Seberat apa?,apakah kau terlahir dari keluarga yang miskin?,atau kau hidup tanpa kedua orang tua?."
"Kamu salah besar!, aku punya keluarga yang besar,meskipun tanpa seoarang ibu,dan keluarga ku juga sangat kaya,namun aku begitu miskin selama hidup dikeluarga itu."
"Hah?,maksud mu bagaimana?,aku mengerti sebagian,tapi bisahkan kau menjelaskannya lebih rinci lagi?." Tanya joan yang tiba-tiba saja kepo dengan perjalanan hidup eza.
"Ibuku meninggal saat dia hendak melahirkan ku,jadi semua orang yang berada dikeluarga ku membenciku,aku selalu dikucilkan,bahkan kehidupan seorang anak pembantu dirumahku terasa jauh lebih baik dibandingkan hidupku yang notabane putri dari keluarga itu sendiri." Jelas eza panjang lebar.
"What?!!, Sialan! Keluarga brengsek!!, bagaimana mereka bisa membenci bayi tak bersalah hanya karena dia terlahir dari rahim seorang wanita yang hampir meninggal?." Kanget joan,gadis itu bahkan sampai refleks terbagun dari tidurnya.
"Hisss jojon!!, diamlah!!, kau menggangguku!!." Teriak siti sambil melemparkan batal miliknya ke arah joan.
Eza terkekeh pelan,ia benar-benar terkejut dengan ekspresi yang di tunjukkan oleh joan sekaligus terkejut dengan mbok siti yang tiba-tiba memukul joan menggunakan bantal miliknya.
"Aku sudah tidak terlalu memikirkannya,lagi pula,setelah aku bebas nanti,aku pasti akan langsung didepak dari rumah itu dan hidup sendiri diluar,itu adalah keinginan ku sedari lama."
"Sudah ya,mari kita tidur,bentar kata mbok siti,kita ajab menganggu yang lain." Lanjut eza lagi sambil membetulkan posisi selimut miliknya,joan menatap wajah eza dengan begitu lekat,tersirat sedikit kekhawatiran dalam hatinya tapi....
Ia lebih memilih abai dan segerah menutup matanya menyusul teman-temanya yang lainya menuju mimpi.
"Adududududuhhhh....,capek banget!!, gini amat elah jadi nara pidana,gue kira jadi nara pidana enak cuma diem terus dikasih makan setiap hari,eh taunya dijadiin babu kayak gini,nggak adik banget!!,jadi nyesel gue pengen masuk penjara." Keluh markonah sambil menyelesaikan pekerjaan ditanganya.
"Yeee lu kira cuma lu doang yang cape hah?,kita juga sama!!, enak aja lu." Cibir siti sambil mengacungkan jari tengahnya ke arah markona.
"Sudah-sudah!!, jangan bertengkar,jika kita ters bertengkar seperti ini,semua pekerjaan tidak akan pernah selesai dan kita tidak akan bisa kembali ke sel,lihatlah sel yang lain,mereka begitu kompak sehingga bisa menyelesaikab pekerjaanya dengan cepat dan pergi beristirahat lebih awal." Omel natasha.
Semua orabg akhirnya terdiam,mereka mulai fokus dengan pekerjaan dan tugas masing-masing,natasha memang yang terbaik,dia bisa langsung menertibkan kelompok sel ini dengan cepat.
Namun sepertinya eza sedikit kesulitan untuk melakukan tugansya,tangannya belum terbiasa dan tidak selincah yang lain,mengayam bukanlah salah satu kelebihan yang eza miliki,dia juga sering tertinggal.
"Tidak,bukan seperti ini,tali yang ini dimasukkan ke sini,jika kau memasukkanya ke sana,maka pekerjaan mu tidak akan selesai-sekesai !!." Jelas joan sambil membantu tangan eza untuk beradaptasi.
Eza menatap tangan joan yang bisa dengan mudahnya mengayam beberapa kerajinan dengan cepat,tangan joan memanglah sangat lentur dan kuat,eza begitu kagum dengan kelihaian yang joan miliki.
"Tangan mu sangat lentur joan,kamu keren." Celetuk eza sambil terus mencoba meniru tangan lentur joan.
"Ck,tidak juga,aku hanya sudah terbiasa." Decak joan sambil tersenyum tipis.
"Apkah masih belum selesai?." Tanya natasha.
"Sebentar kak,aku akan menyelesaikan sebentar lagi." Kata eza,semua orang menatap eza sekarang,meskipun mereka seorang penjahat,namun mereka tidak melontarkan tatapan jahat kepda eza sama sekali,sebaliknya,mereka terus menunggu eza dengan sabar tanpa protes,eza bahkan sampai tak yakin jika mereka itu benar-benar seorang nara pidana berkasus.
Dari sini eza bisa belajar,jika orang dengan setatus yang tinggi dan baik belum tentu memiliki keperibadian yang benar-benar baik,namun mereka,orang-orang yang sering kita pandang sebelah mata,sebagai seorang penjahat rendahan lah satu-satunya orang yang bisa memperlakukan eza jauh lebih baik dari pada orang-orang yang berpangkat tinggi,memang tidka semua,tapi keadaan yang eza rasakan seperti itu.
Para penjahat ini memiliki hati yang lebih tulus dan baik dibandingkan para polisi sendiri yang memperkakukan eza sebagai hewan yang tidak memiliki hati.
"Selsai!!!." Teriak eza ketika dirinya telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya,semua orabg betepuk tangan.
"Uuuu eza,tanganmu cukup lincah dan bagus untuk seorang pemula seperti mu." Ujar siti sambil menepuk pelan bahu eza.
"Kerja bagus!,"
Eza tersenyum tipis,disini bahkan eza bisa mendaptkan pengakuan dan penghargaan-penghargaan kecil,tidak seperti 'di sana'.
"Ayo kita makan siang!!!!!." Teriak markona begitu bersemangat.
...****************...
Satu bulan berlalu,dan kini hubungan eza bersama keenam nara pidana lain disel semakin erat,terutama joan,gadis itu tenyata tidak seperti yang eza pikirkan ketika awal bertemu,dia adalah sosok gadis yang baik hati meskipun sedikit kasar.
Ceklek.....
Pintu terbuka,terlihatlah sipil yang kini tengah menatap para nara pidana di dalam sel dengan tatapan datarnya.
"Aleza prudence!, ikut aku." Kata sipil itu sambil memandang wajah eza,eza menunjuk dirinya sendiri dan sipil itu menganggukan kepalanya,
Semua orang menatap eza kebingungan,namun mereka tetap memberikan semangat terbaik kepada eza.
"Semangat ya eza,kalai ada apa-apa segerah kasih tahu kepada kamu,mengerti?."
"Ya eza,jangan gugup!,jangan ingat masa lalu dengan keluarga brengsek mu itu!."
Eza menatap semua orang dengan pandangan terharu,kenapa mereka begitu baik terhadapnya?.
Ternyata sipil itu membawa eza pada suatu tempat,tempat yang bagus dan tidak sekotor sel miliknya.
"Masuklah!!." Ujar sipil itu.
Ceklek...
Pintu segerah terlunci ketika eza memasuki ruangan,di sana eza bisa melihat seorang pria berjas dengan kaca mata yang bertengger di matanya,dia terlihat tampan.
"Duduklah nona." Kata pria itu,eza mendudukan bokongnya,ia menatap pria di hadapannya dengan alis terangkat.