Gadis cantik selesai mandi, pulang ke gubugnya di tepi sungai. Tubuh mulus putih ramping dan berdada padat, hanya berbalut kain jarik, membuat mata Rangga melotot lebar. Dari tempatnya berada, Rangga bergerak cepat.
Mendorong tubuh gadis itu ke dalam gubug lalu mengunci pintu.
"Tolong, jangan!"
Sret, sret, kain jarik terlepas, mulut gadis itu dibekap, lalu selesai! Mahkota terengut sudah dengan tetesan darah perawan.
Namun gadis itu adalah seorang petugas kesehatan, dengan cepat tangannya meraih alat suntik yang berisikan cairan obat, entah apa.
Cross! Ia tusuk alat vital milik pria bejad itu.
"Seumur hidup kau akan mandul dan loyo!" sumpahnya penuh dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syarifah Hanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Setelah menerima kunci rumah dari sang pemilik, Nadira langsung masuk ke dalam.
Menutup pintu rapat rapat tapi ia membuka semua jendela agar udara pengap berganti dengan udara yang lebih segar.
Tubuh letihnya masih menuntut untuk diistirahatkan, sepertinya ia belum puas tidur di penginapan tadi malam.
Beruntung, di kamar ada sebuah dipan tiga kaki dengan kasur lusuh dan tipis.
Nadira mengambil kain batik panjang milik almarhum ibunya, menutupi kasur dan bantalnya sekalian.
Lalu ia merebahkan tubuhnya dan coba memejamkan matanya.
Tok tok tok...!
Baru saja matanya tertutup, terpaksa ia buka kembali dengan malas.
"Mengganggu saja", ucap Nadira ngedumel.
" Asalamualaikum, mbak..!"
Seorang perempuan memanggil namanya di depan pintu.
"Waalaikum salam", sahut Nadira membalas salam dari tamunya.
" Ini mbak, ada titipan dari ibu untuk mbaknya, kata ibu mbaknya dari jauh, pasti mbaknya lapar dan haus".
Gadis itu menyodorkan sesuatu pada Nadira begitu pintu terbuka.
"Eh terimakasih dek! Saya Nadira, kamu?"
"Saya Bella mbak, anak ibu yang punya kontrakan ini!"
"Bilang ke ibu terimakasih banyak ya!"
"Hem.. Silahkan dinikmati mbak, saya permisi".
Begitu Bella menghilang dari pandangannya, Nadira kembali.mengunci pintu kamarnya.
Ia menyesal telah ngedumel tadi, karena kedatangan Bella untuk memberinya bungkusan makanan itu.
Harum rempah menguar saat Nadira membuka kertas pembungkus.
Ternyata ibunya Bella memberi sebungkus mie rebus plus telur rebus.
" Sedapnya..!", ucap Nadira sambil menyeruput mie dengan rakus.
"Aku harus membalasnya lain kali".
Mendadak tubuh letih Nadira menjadi lebih segar setelah ia menghabiskan sebungkus mie rebus dari Bella.
Perutnya yang kenyang, membuat matanya menjadi lebih nyalang.
Tidak ada perabotan lain, satu satunya perabot ya hanya tempat tidur di kamarnya.
Setelah mandi dan berganti baju, Nadira kembali ke kamarnya.
Duduk kasur, ia memainkan ponselnya.
Sambil pikirannya mengembara kemana mana, mencari ide untuk melanjutkan hidupnya.
Jika tadinya, ia ingin mencari kerja, tapi kini Nadira berubah pikiran.
Ia akan manfaatkan sosial media miliknya untuk mencari cuan.
Kebetulan jumlah pengikutnya lumayan banyak di berbagai platform sosmednya.
Keahliannya bermain gitar dan menciptakan lagu sangat mendukung.
Bahkan di aplikasi merah ia sudah menghasilkan uang dalam jumlah lumayan besar.
Ia bermaksud untuk sering melakukan siaran langsung, namun rumah yang ia tempati ini tidak mumpuni, banyak berbagai macam suara yang berebut masuk ke dalam tentu sangat mengganggu kwalitas vidionya.
Berada di lingkungan padat penduduk, dengan suara riuh anak anak dan lalu lalang kenderaan tidak tentu tidak.memungkinkan untuk melakukan rekaman.
Tanpa sadar Nadira mengelus perutnya yang kenyang, namun tiba tiba ia menghentikan gerakkannya ketika ia teringat sesuatu.
"Ya Tuhan, bagaimana jika aku hamil? Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak mungkin menyembunyikan perutku yang kian membesar.
Atau akan ku gugurkan saja? Tapi di mana tempatnya?
Aku baru berada di daerah ini, aku belum mengenal medannya sama sekali.
Resikonya juga sangat besar, antara hidup dan mati".
Dengan kasar Nadira mendengus sambil menghembuskan nafasnya kuat kuat.
Otaknya tiba tiba buntu, tidak lagi mampu berpikir.
Tidak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa agar Tuhannya tidak menitipkan benih pria pecundang itu di rahimnya.
Setelah seminggu berlalu, da Nadira sudah merasa cukup mengurung diri, is mulai berbaur.
Semua perabotan yang dibutuhkan sudah ia beli secara online.
Tinggal kulkas dan televisi yang harus ia beli, karena ia memang membutuhkan benda benda itu.
Ia tidak.mau membeli barang elektronik secara online karena takut tertipu.
Jika selama seminggu ini dia hanya membeli makanan secara online, maka sekarang ia harus memasak sendiri demi hidup hemat dan sehat.
" Bella, temani kakak ke toko perabot yok!",pinta Bella ketika melihat gadis cantik.itu sedang bersantai.
"Bentar kak, Bella pamit ke ibu dulu", ucap gadis itu riang.
Wajah cantiknya berseri seri, memancarkan aura energik khas remaja.
" Mau kemana kalian?", tanya wanita cantik bertubuh subur menghampiri Nadira yang sedang berdiri di depan rumah menanti Bella.
"Mau ke toko perabot bu, ada yang ingin saya beli", sahut Nadira. Tak lupa ia menyunggingkan senyum manisnya.
" Pergi bareng ibu saja, kita naik motor, ke toko langganan ibu", cetus bu Iyus, ibunya Bella.
"Ish ibu, nggak asyik! Kak Nadira tadinya kan mau ditemani Bella, kok malah jadi ibu yang pergi?!"
Muka gadis cantik itu memberengut, kedua kakinya dihentak hentakkan di tanah
"Kamu anak kecil, mana tahu beli barang yang bagus!", kata bu Iyus sambil cengengesan.
" Maafkan kakak ya Bella! Nanti kakak belikan seblak ya!", kataku membujuk.
"Tidak suka seblak!", cetusnya dengan mimik wajah kesal.
" Jadi?", tanyaku sambil menautkan kedua ujung alis.
"Ayam.goreng kakek kakek plus minuman yang ada toping es krimnya", sahut Bella.
Aku terkekeh, dan memberikan dua jempol untuknya.
" Jangan ngelunjak kau ya!", ucap bu Iyus pada anaknya. Matanya melotot lebar memandang tak suka pada Bella.
"Sudahlah bu, tidak apa apa! Lagi pula aku memang ada rezeki sedikit untuk Bella", ucapku santai.
" Jadi orang jangan sirik bu! Ntar rezekinya kabur!"
Gadis cantik berwajah sedikit bule itu tertawa mengejek ibunya.
Tidak ingin meladeni Bella, bu Iyus meminta Nadira untuk naik.ke boncengannya, lalu wush.., motor melaju kencang.
"Huh, dasar emak emak gaul!", omel Nadira di belakang tubuh bu Iyus.
Dua puluh menit berlalu, bu Iyus menghentikan motornya di depan sebuah toko elektronik yang cukup lengkap.
"Masuklah dulu, biar ibu memarkirkan motor ini".
Karena pengunjung toko lumayan ramai, bu Iyus sedikit kesulitan untuk mencari cela memarkirkan motornya.
Sambil menunggu bu Iyus, Nadira melihat lihat barang barang yang terpajang.
Karena ia cuma sendiri, ia berpikir jika ia hanya memburuhkan kulkas satu pintu yang kecil saja.
Plok..!
" Sudah ketemu apa yang mau dibeli?", tanya bu Iyus setelah menepuk pundak Nadira.
"Bu, berapa daya listrik rumah saya?", tanya Nadira.
Ia bertanya demikian karena ia juga ingin menikmati hidup dengan nyaman dan bermaksud membeli AC.
" Seribu tiga ratus!", ucap bu Iyus.
"Cukuplah dayanya jika saya membeli AC, TV lima puluh lima inchi dan sebuah rice cooker!"
Ucapan Nadira begitu enteng, namun bu Iyus yang mendengarkannya jadi jantungan.
"Busyet, banyak betul duitmu!", cetus bu Iyus takjub.
Lantas ia sibuk mengkalkulasi berapa uang yang harus dibayarkan oleh Nadira untuk semua barang yang dibelinya.
" He he, ibu bisa saja! Hitung hitung untuk menghibur diri setelah ditinggal kabur oleh suami, bu!", sahut Nadira nyeleneh.
Entah mengapa ia bisa berucap seperti itu tanpa ia pikirkan terlebih dahulu.
"Iya bu, dia kabur setelah ketahuan oleh istri pertamanya. Saya sudah dinikahi secara siri, selama setahun.
Tapi saya telah ditipu mentah mentah olehnya, dia bilang dia lajang ternyata suami orang!
Makanya saya kabur ke pulau seberang bu, takut dicelakai oleh mereka!", dusta Nadira lancar.
" Loh kok jadi pengarang bebas?", keluh Nadira sambil mengetuk keningnya.
Ia sadar ia harus terus berdusta untuk menutupi dustanya pertama.
"Sudahlah tidak usah dipikirkan yang sudah berlalu, lebih baik kamu fokus untuk masa depanmu!
Jadi, mana yang kau beli?"
Karena pertanyaan yang dilontarkan oleh bu Iyus, Nadira menunjuk barang yang sudah jadi pilihannya.
"Kulkasnya lebih baik yang besar saja Nadira! Kau bisa membuat membuat aneka minuman dingin dan frozen food untuk jajanan. Di komplek kita banyak sekali anak anak.
Apa lagi jika kau bisa membuka les private,khusus mengaji, bahasa Inggris dan matematika", kata bu Iyus.
Siapa sangka omongan bu Iyus barusan, membuka lebar lebar pikiran Nadira.
" Ide bagus!", ucap Nadira bersorak dalam hatinya.
"Cari apa bu Iyus?", tanya seorang pemuda ramah.
" Eh, kamu..!"
"Kamu..!"
Nadira dan pemuda itu saling tunjuk dengan wajah terkejut