Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 7 Ibu Kandung Vs Ibu Sambung
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (7)
Dewi diam tidak berani mengatakan apapun. Kesal sudah pasti. Namun, apa daya.
Dewi hanya bisa menatap tajam ke arah mantan mertuanya yang menunjukkan kebenciannya secara terang-terangan.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Acara pun di lanjutkan dengan makan bersama. Tidak hanya anak-anak, para orang tua juga sama.
Dewi selalu berusaha mendekati Rama dan itu tidak luput dari penglihatan Salma.
" Rama, kamu mau yang mana biar aku ambilkan?," tanya Dewi mencari perhatian Rama.
Para ibu-ibu Orang tua murid merasa jengah dengan sikap tidak tahu malu Dewi. Ia sangat terlihat mencari perhatian mantan suaminya.
" Mas, ini makanlah." tanpa banyak bertanya, Salma sudah memberikan piring berisi nasi tumpeng dan lauk pauk kesukaan suaminya.
Rama dengan senang hati menerimanya. "Terimakasih, sayang." Rama tersenyum manis pada Salma. " Maaf Wi, istriku sudah mengambilkannya untukku."
Dewi berpura-pura tersenyum. Padahal di dalam hati dia dongkol luar biasa.
Melihat itu, Ibu Marisa sangat puas. Begitu juga ibu-ibu yang lainnya. Mereka yang tahu cerita perpisahan orang tua Faisal sungguh geram. Apalagi melihat Faisal yang sering murung di sekolah awal-awal masuk sekolah.
Acara pun selesai, teman-teman Faisal berbaris menyalami Faisal dan menerima Snack ulang tahun yang sudah di siapkan.
" Terimakasih, Ical." Satu persatu temannya mengucapkan terimakasih.
Faisal pun senang.
Setelah semua anak mendapatkan Snack mereka, para orang tua menghampiri Faisal dan keluarganya untuk mengucapkannya terimakasih juga.
" Bu Salma, Ayah Ical dan Nenek Ical, terima kasih." Seorang orang tua murid mewakili ibu-ibu yang lain.
" Sama-sama, Bu."
" Sisanya di bungkus saja ibu-ibu. Saya tidak mau repot-repot untuk membawanya pulang " timpal Bu Marisa.
" Sudah, nenek Ical. Lihat nih ." Ibu-ibu yang lain menunjukkan kantong kresek berisi nasi kuning yang akan ia bawa ke rumah.
Mereka pun pergi. Setelah semua pulang, Salma menghampiri penjaga sekolah sekaligus orang yang bertugas menjaga kebersihan di sekolah.
" Pak, ini ada makanan sedikit." Salma memberikan bungkusan kepada Pak Yanto.
" Terimakasih, Bu." Pak Yanto menerima dengan senang hati.
" Ini snacknya juga ada. Untuk anak-anak di rumah. Sama saya juga minta tolong untuk di bereskan sisanya di aula,"
" Siap, Bu."
" Ini untuk Bapak " Salma menyerahkan amplop berisi uang.
" Terimakasih, Bu." Pak Yanto sangat senang.
Setelah memberikan uang dan makanan kepada Pak Yanto, Salma kembali ke aula untuk mengajak Faisal dan yang lainnya pulang. Namun, belum sampai ke aula, Dewi mwncekalnya.
" Ada apa, Wi?" tanya Salma sampa menghempaskan cekalan tangan Dewi.
" Hei, kamu pasti sudah meracuni pikiran anakku kan? Bisa-bisanya dia manggil aku Tante tapi, manggil kamu Bunda." Dewi tidak terima. Dia yang sudah mengandung Faisal tapi, Faisal seolah tak menggubris ia keberadaannya.
Salma menghembuskan nafasnya. Ia mencoba menahan rasa kesalnya. Ia tidak mengerti, bagaimana bisa ada orang seperti Dewi. Menyalahkan orang lain tanpa melihat kesalahannya sendiri.
" Dengar baik-baik ya!," Ucap Salma pelan-pelan. " Aku tidak pernah meracuni pikiran Ical. Justru jika aku tidak mengenalkan mu sebagai ibu kandungnya selama ini, dia tidak akan tahu jika kamu ibu yang sudah melahirkannya. Bukankah kamu yang meninggalkannya dan tidak pernah lagi menemuinya sejak kamu dan suamiku bercerai?,"
Di ingatkan akan kesalahannya,Dewi malah marah.
" Heh, itu masa lalu. Sekarang aku datang untuk memperbaiki semuanya!."
" Memperbaiki seperti apa maksudnya?," Salma mengerutkan keningnya.
" Tentu kembali kepada Rama dan menjadi orang tua yang lengkap untuk Faisal "
Salma terkekeh. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Dewi secara terang-terangan mengatakan tujuan kedatangannya.
" Sudah terlambat." Jawab Salma melengos meninggalkan Dewi.
Salma tdak ingin berlama-lama di sana dan memperpanjang perdebatan mereka. Setidaknya kini ia tahu tujuan Dewi yang sesungguhnya. Menjadi duri dalam rumah tangganya.
Faisal berlari dan memeluk Salma saat ia sampai ke aula dimana anak, suami dan mertuanya berada.
" Umi, kamu pergi dulu. Terimakasih sudah mengizinkan kami mengadakan acara di sekolah." Bu Marisa menyalami Umi Syahidah.
" Sama-sama, Bu. Terimakasih atas makanannya."
"Kalau begitu, kami permisi. Assalamu'alaikum."
Salma ikut menyalami Umi Syahidah begitu pula dengan Faisal yang mencium tangan Kepala sekolahnya itu.
Mereka berjalan menuju mobil Rama berada. Rama terus memegang tangan Salma. Ia masih merasa khawatir atas diamnya Salma kepadanya.
" Kenapa kamu belum pulang?," tanya Bu Marisa tidak suka melihat Dewi berdiri di samping mobil anaknya.
" Aku menumpang lagi ya, Rama. Disini kan susah kendaraan umum." Alih-alih menjawab pertanyaan Bu Marisa, Dewi malah meminta izin pada Rama agar ia bisa menumpang mobilnya lagi.
Rama melihat ke arah Salma. Namun, Salma hanya diam. Ia ingin tahu jawaban suaminya.
" Baiklah." Jawab Rama singkat sambil melihat ekspresi wajah Salma yang biasa saja atas keputusannya.
" Terimakasih." Ucap Dewi sambil membuka pintu depan mobil yang sudah tidak terkunci.
" Tante, itu tempat duduk Bunda dan Ical. Tante di belakang." Faisal berteriak membuat Dewi mengurungkan niatnya membuka pintu depan dan beralih ke pintu belakang.
Bu Marisa senang cucunya bisa lebih peka daripada sang anak.
Perjalanan pun hanya di isi celotehan Faisal yang menceritakan ini dan itu kepada Bundanya.
Sementara Dewi yang berada di kursi penumpang bersama mantan mertuanya, merasa sangat kesal melihat pemandangan di depannya. Ia bisa melihat Rama selalu mencuri pandang pada Salma.
" Kau lihat, cucuku sudah bahagia dengan ibu sambungnya. Jadi, jangan harap kamu bisa merusak kebahagiaannya. Karena aku tidak akan membiarkannya." Bu Marisa memberi ancaman pada Dewi.
" Aku ibu kandungnya. Kenapa Mama malah lebih membela Salma daripada aku?."
Bu Marisa tersenyum sinis. " Bukan masalah ibu kandung dan ibu sambung, tapi bagiku selama Ical bahagia. Aku tidak akan mempermasalahkannya.
Dan tolong panggil aku Tante. Kita sudah tidak ada hubungan apapun setelah kamu mencampakkan anakku." tegasnya.
Dewi diam dengan tangan mengepal.
" Ram, menepi sebentar." Pinta Bu Marisa.
" Kenapa, Ma?," Rama heran walaupun ia tetap langsung melakukan permintaan Ibunya.
" Dewi, keluarlah. Tante rasa kamu bisa turun di sini. Di sini tidak susah untuk mendapatkan kendaraan umum." alih-alih menjawab, Bu Marisa malah langsung memberikan perintah pada Dewi.
" Tapi, Tan..."
" Jangan-jangan kamu berharap di antar pulang Rama," Bu Lela memotong perkataan Dewi.
" Tentu saja tidak."
Aish, padahal aku memang ingin di antar oleh Rama.
" Baiklah. Aku turun di sini saja " Dewi turun karena terpaksa.
Mobil pun melaju setelah Dewi turun dari mobil.
" Rama, jangan sampai kamu memberi celah padanya. Mama tahu tujuan dia datang bukan karena Ical. Tapi, karena kamu. " Bu Marisa memperingatkan anaknya karena ia tahu Faisal sudah tertidur di pangkuan Salma yang juga memejamkan matanya.
TBC