Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Hari berganti hari, tepat di hari dan malam ini, dimana acara lelang dari Queez Hotel dilaksanakan. Banyak para media yang sudah diundang berdatangan, mereka tentu sudah mendapatkan undangan khusus, dan sudah semestinya harus mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh Queez Hotel.
Mobil-mobil mewah memasuki kawasan Hotel, saat menuju lobi mereka akan melewati para media yang akan mengabdikan momen mereka.
Memasuki kawasan lobi yang terlihat sangat luas dengan lantai marmer mengkilap dan karpet merah yang terbentang. Sebuah lampu gantung kristal raksasa tergantung di tengah ruangan, memantulkan cahaya yang menambah kemilau pada setiap permukaan. Di sekelilingnya, dinding-dinding dihiasi dengan lukisan besar yang menggambarkan pemandangan-pemandangan dari era keemasan.
Di sudut lobi, sebuah meja panjang dari kayu mahoni yang dilapisi dengan taplak meja sutra berwarna emas, diatur untuk registrasi tamu yang datang.
Para tamu, berpakaian elegan, berjalan melalui koridor yang dilapisi karpet merah. Ekspresi kagum terpancar dari wajah mereka saat mereka melihat interior hotel yang seperti istana. Tentu banyak bisik-bisik yang terdengar.
"Ini begitu indah sekali."
"Saya baru melihat Hotel yang sangat memukau seperti ini."
"Yah Hotel ini sangatlah berbeda, dari hotel yang lain."
"Penyambutan para pekerja juga sangat profesional."
"Sangat beruntung bisa mendapatkan undangan untuk ke sini."
"Yah, untungnya tidak ku buang saat mendapati undangan dari Queez Hotel."
Pujian akan Queez Hotel terus berdatangan, mereka seakan lupa tentang scandal atau permasalahan yang tersebar. Mereka hanya dapat terpukau dengan penuh semangat, untuk melihat setiap detail dari interior Queez Hotel yang sepertinya dirancang, agar memukau dan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan bagi setiap orang yang memasukinya.
Owira tentu sangat tersentuh dan terharu, karena ini benar-benar di luar ekspetasinya. Tidak ada satupun bisikan buruk untuk hotelnya, hanya ada pujian dan ekspresi memukau dari para tamu hingga media. Rasa-rasanya Hotel milik keluarga mereka akan hidup kembali.
"Yuren mari kita sambut para tamu kita," ucap Owira ingin segara untuk menyambut kedatangan tamu-tamu undangan mereka.
"Tapi nyonya, nona muda sedari tadi belum terlihat," ucap Yuren, dirinya merasa menyesal karena menuruti keinginan nonanya yang memintanya duluan. Jika begini Yuren akan menunggu saja nonanya, alasannya tentu karena sampai sekarang nonanya tidak terlihat akan menyusul mereka.
"Dasar anak itu, tidak bisakah sehari saja tidak membuat kepala ku pusing," gerutu Owira saat baru sadar, ternyata sedari tadi Quella tidak bersama dengannya.
Yuren hanya dapat menutup mulut, saat kemarahan dari nyonyanya akan dimulai. Owira akan memberikan perintah, tapi suara ricuh akan sesuatu sampai membuatnya penasaran.
"Yuren, ada apa itu?" Owira merasa penasaran. "Kita harus melihatnya," ucap Owira segara berjalan melihat yang terjadi.
°°°°°
Kilatan cahaya berkedip tak henti dari arah kamera yang mengarah ke mobil mewah berwarna hitam yang perlahan berhenti tepat di depan pintu utama Queez Hotel. Pengawal berpakaian serba hitam dengan sikap yang tegap langsung membuka pintu mobil, memastikan keselamatan orang yang akan turun. Ada desas-desus tak percaya berhembus di antara kerumunan yang telah berkumpul, mencoba menebak-nebak siapa gerangan yang akan muncul dari dalam mobil tersebut.
"Bukankah itu logo keluarga Parvez."
"Mana mungkin Parvez mau datang ke tempat yang bermasalah."
"Tapi apakah kamu lupa, bahwa Tuan mudanya memiliki hubungan khusus dengan pemilik Hotel."
"Ya tapi rasa-rasanya tidak mungkin," ucapan mereka semua terbantah setelah melihat siapa yang keluar dari dalam mobil itu.
Tiba-tiba, seorang pria paruh baya dengan setelan jas elegan keluar dari mobil, disusul oleh seorang wanita yang cantik jelita dengan gaun malam yang memukau. Mereka adalah Zafran Parvez dan istrinya, Alina Parvez, dua sosok yang sangat dihormati dan ditakuti dalam bisnis keluarga. Zafran, dengan aura kekuasaannya yang tak terbantahkan, melambaikan tangan sekilas pada kerumunan, sementara Alina memberikan senyum manis kepada kerumunan.
"Oh my God."
"Keluarga Parvez datang."
"Aura mereka memang sangat memukau."
"Tunggu..... Bukankah itu tuan muda Parvez," ucap seseorang saat melihat Xaver keluar dari dalam mobil.
Hingga kerumunan para media semakin ricuh, saat seorang berjas tuxedo hitam dengan mata biru sapphire nya yang begitu memukau seketika membuat kerumunan menjadi histeris. Xaver hanya memandangi dengan tatapan dinginnya, tidak ada satupun senyuman darinya.
"Oh my God berarti rumor itu benar."
"Queez hotel sangat beruntung."
"Sepertinya kebenaran akan hubungan mereka memang benar adanya."
"Tuan muda sangatlah tampan sekali."
"Bahkan di umurnya yang sangatlah muda sudah sangatlah sukses."
Para media berlomba-lomba mendapatkan gambar terbaik dari keluarga Parvez yang langka terlihat di acara publik seperti ini. Kelurga Parvez memang, sangat jarang sekali mengikuti kegiatan yang terpampang jelas oleh media.
Zafran dengan tenang menuntun istrinya masuk ke dalam hotel, bersama dengan Xaver yang mengikuti dari belakang. Meninggalkan gemuruh kagum dan bisikan di antara orang banyak yang masih terpaku pada kemewahan dan aura misterius yang ditampilkan oleh keluarga Parvez malam ini.
"Selamat datang di Queez Hotel," Owira datang menghampiri dan menyambut dengan antusias.
Alina tersenyum kecil menanggapi. "Senang juga bisa diundang ke tempat indah ini," ucap Alina memuji kemewahan akan Queez Hotel.
"Saya merasa senang sekali, nyonya ikut bergabung," Owira tentu tidak memperkirakan, bahwa keluarga Parvez akan datang secara lengkap begini.
"Ya, kami hanya ingin bernostalgia di tempat indah ini," Alina menanggapi ucapan Owira dengan ramah. Zafran juga menganggukkan kepalanya. "Kami merasa senang karena telah di undang, dan lagi ada benda yang ingin saya dapatkan," ucap Zafran sambil mengecup dahi Alina.
"Wah saya berdoa agar benda itu menjadi milik anda," Owira seakan tau bahwa Zafran menginginkan barang yang akan dilelangkan.
"Mari acara sebentar lagi akan di mulai," ajak Owira agar keluarga Parvez mengikutinya untuk ke tempat VIP.
Xaver sedari tadi hanya diam tidak menanggapi apapun, dirinya melihat kesana-kemari mencari sesuatu. Bahkan dirinya hampir tertinggal, jika ayahnya tidak memanggilnya.
"Xaver, ayo," ucap Zafran karena putranya hanya diam. "Hm," gumam Xaver dan mulai mengikuti dari arah belakang.
°°°°°
Di ruang lelang, kursi-kursi sudah tersusun rapi. Seorang lelangawan berdiri di atas panggung, memegang palu lelang yang terbuat dari kayu mahoni. Ia menatap ke arah para peserta dengan pandangan yang begitu ramah, siap memulai lelang.
Ketika gong dibunyikan, ruangan langsung hening. Lelangawan itu memulai dengan memperkenalkan barang pertama yang akan dilelang, sebuah lukisan langka dari abad ke-18. Para peserta menaikkan tawaran mereka, suara tawar-menawar mengisi ruangan, menciptakan tensi yang terasa sampai ke tulang.
Acara terus berlanjut, akan tetapi tidak ada yang membuat Xaver semangat atau bahkan tertarik. Dirinya merasa suntuk, orang yang menjadi alasannya untuk ke tempat ini sedari tadi tidak memunculkan batang hidungnya.
"Ayah aku ingin ke toilet," Xaver beralasan agar bisa keluar dari ballroom ini.
"Pergilah, atau perlu ayah antar," ucap Zafran sambil memberikan sebuah gurauan.
Tidak menanggapi candaan ayahnya, Xaver langsung beranjak dari kursi menuju pintu keluar. Walaupun menjadi sorotan beberapa orang, tapi seperti biasa Xaver tidak terlalu memperdulikannya.
Langkah kakinya terhenti, saat melihat sosok yang dirinya kenali. "Ella, sedang bersama siapa itu?" Xaver heran karena Quella tengah berbicara dengan ekspresi orang marah, terlihat juga pelayan itu yang hanya bisa menundukkan kepalanya bersamaan dengan badannya yang gemetar.
"Sepertinya ada yang tidak beres," gumam Xaver merasa sangat curiga, apalagi gerak-gerik dari pelayan itu sangat terlihat jelas mencurigakan, dan ketakutan.
Xaver merasa sangat penasaran, dirinya mendekat untuk bisa mendengarkan. Tapi dengan tetap menjaga jarak agar persembunyiannya tidak diketahui.
°°°°°
Quella menatap tajam, kearah pelayan yang tidak mau menuruti perkataannya. "Ini sama sekali tidak berbahaya, kamu hanya perlu memasukkan ke dalam minuman Elvis," ucap Quella dengan nada marah.
"Tapi nona, saya takut," pelayan itu bergetar ketakutan.
"Apa kamu tuli? Ini bukan racun," Quella sudah merasa jengkel, sepertinya dirinya salah dalam mengandalkan pelayan di depannya, tapi dirinya tidak ada waktu lagi untuk memilih orang lain.
"Tapi nona....," gumam pelayan itu ragu, bahkan semakin takut, karena nonanya seperti akan marah besar.
"Kamu ingin aku pecat," ancam Quella langsung. "Aku tau kamu memerlukan biaya untuk kuliah adikmu. Jadi turuti apa yang aku mau, atau ku pecat sekarang juga. Aku juga akan membuat, namamu di blacklist dalam mencari pekerjaan," lanjut Quella dengan tidak main-main, dirinya akan serius melakukannya jika pelayan ini tidak mau menuruti ucapannya.
"Ba_ik no_na, saya mau melakukannya. Tapi saya mohon, jangan pecat saya," ucap pelayan itu dengan terpaksa.
"Bagus, ini dan lakukan dengan baik," Quella menyerahkan sebuah botol yang berisikan bubuk obat. "Jangan sampai membuat sesuatu yang berakibat patal," ancam Quella lagi, dan segera melenggang pergi, sebelum ada yang mengetahui perbuatannya.
Pelayan itu hanya bisa pasrah, dengan tangannya yang gemetar memegang botol itu. Dirinya ragu akan hal ini, kebingungan beserta beban yang berat di pundaknya, membuatnya hanya bisa pasrah dengan keadaan.
"Apa yang akan aku perbuat ini?" gumamnya setelah melihat notifikasi handphone miliknya, uang masuk yang telah ditransferkan oleh nona Quella untuknya melakukan aksi ini.
°°°°°
Acara lelang di Queez Hotel benar-benar menjadi sorotan utama, tapi bukan hanya itu saja setelah acara lelang yang begitu memukau selesai. Queez Hotel juga mengadakan pesta jamuan. Acara ini ditunjukkan sebagai, memamerkan dan memperkenalkan makanan khas dari Queez Hotel pada para tamu undangan.
Quella menatap tajam, pada salah satu meja di sana. Terlihat Elvis yang sialnya malah membawa Loretta ke acara ini, rasa-rasanya Quella ingin menjambak rambut wanita itu hingga rontok.
"Jangan buat masalah," ucap Owira saat melihat ekspresi wajah Quella yang tidak terima.
Mereka memang sedang bersama-sama, karena harus berbasa-basi menyambut para tamu. "Baik," seru Quella.
"Kamu itu bodoh atau bagaimana? Bukannya mencari relasi, malahan pergi entah ke mana," omel Owira menyangkan Quella yang menyia-nyiakan saat penyambutan tamu di awal. "Dan ke mana kamu saat acara lelang?" Owira bertanya kembali.
"Aku bersiap-siap Oma," ucap Quella beralasan.
"Alasan saja. Sekarang diam dan jangan buat masalah. Lebih baik kamu berdiam diri seperti patung daripada harus berbuat onar," ucap Owira lagi dirinya beranjak untuk mengajak seseorang yang dirinya tahu, dapat membantu mempromosikan Hotel miliknya.
Quella hanya dapat mengendus kesal saat melihat, keromantisan antara Elvis dan Loretta. "Aghrg....., sialan...," gerutu Quella.
Andai kata Omanya tidak memberikan peringatan padanya, mungkin Quella sudah berbuat nekat dengan mengguyur Loretta dengan air. Lagi pula mereka sudah sejauh ini, Quella juga tidak mau jika sampai mengacaukan secara terang-terangan.
"Bagus, lakukanlah dengan baik," gumam Quella saat melihat pelayan yang diperintahkan olehnya tadi, bergerak bersiap memberikan minuman kepada Elvis.
Antusias di wajahnya sangat terlihat, senyuman sinis dan percaya diri akan keberhasilan kali ini. Hingga seseorang datang menghalangi arah pandangannya, untuk melihat pelayan itu bergerak.
"Sepertinya nona rumah, hanya diam tidak menyambut para tamu, sangatlah di sayangkan," Xaver datang dengan minuman jus jeruk ditangannya.
Badan Xaver yang tegap, besar, dan lebar mengahalau arah pandang Quella. Mendongakkan kepalanya, rasa kesal semakin menjadi-jadi saat Quella baru tersadar, bahwa tinggi mereka terasa cukup berjarak. "Bisakah tidak menganggu, kamu selalu saja datang tiba-tiba," ucap Quella kesal.
"Mengapa memangnya? Aku ke sini, hanya ingin berkomentar tentang jus jeruk ini," Xaver beralasan memperlihatkan jus jeruk yang dibawanya.
"Memangnya ada masalah apa dengan jus itu?" Quella bertanya dengan pandangan matanya, yang berusaha untuk melihat apakah pelayan itu berhasil atau tidak.
"Jus ini pahit, sepertinya Queez Hotel menyajikan makanan yang kurang berkualitas," ucap Xaver yang berkomentar negatif, tapi dengan wajah yang begitu datar.
Tidak langsung menanggapi, Quella tersenyum sinis saat pelayan itu telah menyerahkan minuman kepada Elvis. "Keberuntungan berada di pihak ku," gumam Quella dengan senyuman percaya diri di wajahnya, merasa bahwa rencananya akan berhasil.
"Hei, aku berbicara," ucap Xaver lagi, agar pandangan mata Quella padanya kembali.
Merasa jengkel dengan Xaver, tidak biasanya sekali orang ini lebih bawel, karena biasanya hanya akan diam seperti patung. "Mana sini," Quella mengambil jus jeruk yang ada di tangan Xaver.
"Apa susahnya tinggal meminta pelayan menggantinya?" Quella bersiap memanggil pelayan.
Xaver mencegahnya, dan memberikan sebuah kata-kata yang membuat Quella langsung darah tinggi. "Minuman ini saja tidak enak, apalagi minuman yang lainnya," Xaver berkata dengan ekspresi wajah datarnya.
Menatap sinis kearah Xaver, Quella tentu tidaklah terima. Ini seperti Xaver mengatakan bahwa, makanan mereka tidaklah berkualitas. Tanpa berkata-kata apapun, Quella meminum tandas jus jeruk yang Xaver singgung kan padanya.
"See... Tidak pahit, bahkan sangatlah manis. Sepertinya mulutmu yang bermasalah," ucap Quella dan menyerahkan kembali gelas bekas jus jeruk itu.
Xaver terdiam ternyata Quella sangatlah cepat terpancing emosi, sesuatu yang baru saja dirinya ketahui ini, membuatnya senang. "Sepertinya lidahku memang bermasalah," Xaver tidak berkomentar apa-apa lagi, alasannya karena Quella sepertinya akan meledak-ledak jika dirinya membuat permasalahan lagi.
"Dasar buang-buang waktuku saja," gerutu Quella.
Tidak menanggapi lanjut ucapan Xaver, sebaliknya Quella menatap kembali ke arah Elvis. Tatapan puas akan rencananya berhasil terpancar di mata onix nya. "Tidak rugi juga," gumam Quella yang sudah membayar mahal, untuk pelayan itu melakukan yang dimintanya.
Quella menguap dengan tiba-tiba, dirinya merasakan kantuk datang. Mulutnya cemberut, dirinya ingin tidur. Tanpa berkata apapun, atau menoleh kearah manapun. Quella berbalik dirinya akan mencuci wajah, berharap kantuk di wajahnya hilang dengan segera.
Di perjalanan menuju toilet, pandangan mata Quella mulai terasa rabun. Tubuhnya terasa lemah, kantuk beratnya malah semakin membuatnya ingin segera tidur. "Ada apa ini?" gumam Quella. Merasa tidak akan bisa untuk berjalan kembali, Quella tidak ingat apapun, hanya sebuah kegelapan yang menjadi akhir dari penglihatan matanya.
•••••
TBC
JANGAN LUPA VOTE