Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 33 Rumah Sakit
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (33)
Namun,saat ia melihat ke arah rak di sudut ruangan, tiba-tiba Rama tersadar akan sesuatu.
" Kali ini kamu tidak boleh menolak. Kita ke rumah sakit." Putus Rama.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Mas kenapa kita malah mengantri disini?," tanya Salma penasaran karena suaminya malah mengajaknya menemui dokter obgyn.
" Firasatku mengatakan kamu bukan hamil, sayang. Mungkin kamu sedang mengandung buah hati kita." Rama tersenyum membayangkan apa yang ia pikirkan adalah benar.
" Bagaimana kalau aku benar-benar hanya masuk angin?,"
Salma takut jika harapan suaminya hanya tinggal harapan. Setelah berkali-kali melakukan tes dan hasilnya negatif terus, Salma jadi takut kecewa lagi. Alalukini ia malah langsung di bawa ke rumah sakit.
" Jangan khawatir. Aku yakin dia sudah ada di sini."
" Nyonya Salma Alfatunnisa"
Mendengar nama istrinya di sebuat, Rama memapah sang istri yang terlihat lemah masuknke dalam ruangan pemeriksaan mengikuti suster yang mpemanggilnya.
Keduanya duduk di hadapan seorang dokter yang sedang memeriksa data Salma.
" Apa ada keluhan?,"
" Istri saya mual dan muntah dok. Bahkan ia terus bulak balik ke kamar mandi karena mual padahal sudah tidak ada yang bisa di keluarkan kecuali cairan berwarna kuning." Jelas Rama.
" Tapi, saya pikir suami saya salah mengira kalau saya hamil dokter. Karena mungkin saja hanya masuk angin," timpal Salma.
Dokter tersenyum. " Memang sudah berapa hari mual dan muntahnya?,"
" Baru sehari,dok."
" Tapi, saya yakin istri saya hamil, Dok. Saya ingat kalau istri saya sudah lama tidak datang bulan,"
Ya, Rama melihat tumpukan pembalut milik sang istri di dalam rak yang jumlahnya tidak berkurang bahkan menumpuk karena setiap bulan saat belanja bulanan, benda itu akan tetap di beli.
Wajah Salma memerah. Merasa malu karena suaminya yang malah lebih banyak menjawab pertanyaan sang dokter.
Dokter yang bernama Amanda pun tersenyum melihat sikap pasangan suami istri di depannya ini.
" Memangnya kapan Bu Salma terakhir datang bulan?,"
Salma terdiam. " Sekitar dua bulan ini seperti saya belum datang bulan." Jawab Salma dengan ragu. Namun, jika di pikir-pikir ia memang belum datang bulan.
" Apa mungkin saya hamil, dok?,"
" Sudah melakukan tes kehamilan dengan yes pack?,"
" Belum dok." Jawab Rama yang memang lupa kalau ia tidak melakukan tes pack terlebih dahulu. " Tapi, saya yakin instri saya hamil, dok." Rama bersikukuh.
" Baiklah, kalau begitu kita tes dulu biar lebih yakin, ya."
Salma pun menuju toilet sambil membawa alat tes peck yang di berikan dokter padanya. Ia akhirnya terpaksa menerima bantuan suaminya ke kamar mandi walaupun ia malu. Namun, badannya yang lemas membuat ia tidak punya pilihan.
" Bagaimana?," tanya Salma. Ia memberikan tes pack kepada Rama karena takut kecewa akan hasilnya.
" Kamu hamil." Jawabnya dengan mata berkaca-kaca. Ini benar-benar sebuah mimpi yang menjadi nyata. Rama memeluk istrinya dengan erat.
Setelah diketahui bahwa Salma memang kemungkinan besar hamil, dokter berdiri dari duduknya dan mengajak Salma berbaring di brangkar untuk diperiksa.
" Mari kita langsung periksa saja."
Rama membantu Salma berbaring di atas brangkar. Dokter pun langsung memeriksa Salma dengan melakukan USG.
Rama dan Salma nampak berkaca-kaca. Mereka bisa melihat gambar janinnya di layar.
" Alhamdulillah kondisi janinnya sehat. Usianya sudah memasuki sepuluh Minggu." Jelas dokter singkat.
" Saya akan meresepkan obat anti mual dan beberapa vitamin." Jelas Dokter Amanda menjelaskan pada sepasang suami-istri itu.
" Kalau mual dan muntahnya parah sampai tidak masuk makanan, apa besok saya harus membawa istri saya ke rumah sakit lagi, dok?,'
" Kalau sampai tidak masuk makanan sama sekali, lebih baik di bawa ke rumah sakit. Dan tolong jaga kandungannya baik-baik. Apalagi pernah ada riwayat keguguran sebelumnya."
Keduanya mengangguk dan keluar dari ruangan dokter Amanda dengan perasaan senang.
" Aku Nebus vitamin dulu ya. Kamu tunggu disini." Rama langsung bergegas menebus vitamin.
Salma duduk di kurs Tidak lama kemudian, ia sambil melihat suaminya yang sudah berjalan ke arahnya dengan membawa kantong kresek kecil di tangannya.
Namun, Salma mengerutkan keningnya saat seseorang mendekati suaminya dan terlihat berbicara dengan penuh minat.
Sementara itu, Rama terdiam saat seseorang menghentikan langkahnya.
" Anda ada di sini juga?," tanya seorang perempuan menyapa Rama.
Rama mencoba mengingat siapa wanita di depannya.
" Saya yang kemarin meminta bantuan anda mengantarkan kakak saya kesini saat akan melahirkan."
" Oh iya. Bagaimana kabar kakak anda?," Rama basa-basi.
" Alhamdulillah berkat bantuan anda, keduanya baik-baik saja."
" Alhamdulillah kalau begitu. Maaf saya permisi, istri saya sudah menunggu." Rama pergi meninggalkan perempuan itu tanpa ingin memperpanjang pembicaraannya
Rama berjalan ke arah Salma yang kini bermuka masam.
" Bisa pulang sekarang?" tanya Salma yang moodnya menjadi buruk saat melihat suaminya di hampiri seorang perempuan.
"Ayo pulang" Rama mengulurkan tangannya namun, Salma mengacuhkannya.
Rama hanya terkekeh melihat istrinya yang sepertinya cemburu.
" Dia hanya seseorang yang kemarin aku bantu ke rumah sakit saat kakaknya akan melahirkan."Jelas Rama seolah tahu istrinya berubah karena apa.
" Hmmm " Salma hanya berdehem. Walaupun dalam hati ia merasa lega. Perempuan tadi bukan siapa-siapa.
...******...
Keesokan harinya, saat sore hari, Rama kembali membawa Salma ke rumah sakit.
Salma kini berbaring di atas brangkar. Setelah pemeriksaan dari rumah sakit, ternyata mual muntahnya semakin parah dan dia harus di larikan ke rumah sakit karena tidak ada asupan makanan yang masuk sama sekali.
Khawatir mengalami dehidrasi yang akan berakibat buruk pada janinnya, Salma terpaksa menginap di rumah sakit sampai kondisinya lebih baik.
" Kamu mau makan apa?," tanya Rama perhatian. Namun,Salma menggelengkan kepalanya karena ia tidak ingin makan apapun.
Rama akhirnya pasrah saat Salma malah tidur.
Tidak lama kemudian, Rama mendapat telpon dari seseorang. Karena tidak ingin mengganggu istirahat istrinya, Rama keluar dari ruang rawat sang istri dan menelpon di luar ruangan.
Hanya berselang sepuluh menit, Rama masuk kembali. Ia dilema, apakah ia harus pergi atau tetap diam dan menunggu sampai Salma bangun baru ia pergi.
Karena tak kunjung bangun, Rama akhirnya keluar lagi dari ruang rawat sang istri.
Tuuttt... Tuuttt ... Tuuttt....
Salma yang tidak menemukan sang suami di ruang rawatnya, langsung menghubungi ponsel suaminya. Ia mengerutkan keningnya karena telponnya tak kunjung di jawab oleh sang suami.
Ceklek
Pintu terbuka. Seorang perempuan paruh baya masuk sambil tersenyum.
" Kamu sudah bangun?," tanyanya ramah.
Salma hanya mengangguk. Ia sedikit penasaran ada maksud apa beliau datang. Apakah hanya murni ingin menjenguknya atau ada maksud lain.
" Tante tahu dari mana saya ada di sini?," tanya Salma penasaran.
" Tadi Tante menelpon Rama, katanya dia sedang menemani kamu di rumah sakit."
Salma mengangguk. Mungkin Nenek dari Faisal ini menghubungi suaminya karena ingin meminta izin bertemu atau mengajak Faisal pergi. Karena tanpa izin Rama, Ibunya sekalipun tidak bisa mengajak pergi Faisal seenaknya.
" Berapa usia kandunganmu?,"
" Alhamdulillah sepuluh minggu."
Hening. Tidak ada yang bicara lagi. Keduanya sepertinya sama-sama canggung.
" Tante ingin bertemu Rama?," tanya Salma penasaran.
" Tidak. Tante justru ingin bertemu denganmu. Ada yang ingin Tante sampaikan.".
" Apa yang ingin Tante sampaikan?,"
Bu Ana menarik nafas panjang. " Maaf."
TBC