NovelToon NovelToon
Dia Mantan Suamiku

Dia Mantan Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Single Mom / Cinta Terlarang / Wanita Karir
Popularitas:12.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Season 2 dari novel yang berjudul Dia Suamiku

Setelah 7 tahun berpisah, Mila kembali bertemu dengan mantan suaminya. Perpisahan mereka yang terpaksa oleh keadaan, membuat cinta dihati mereka tak pernah padam meski Elgar telah berstatus sebagai suami orang.

Akankan mereka kembali memperjuangkan cinta mereka demi sang buah hati?

Cerita itu adalah S2 dari novel yang berjudul DIA SUAMIKU.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca S1 nya dulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DMS 11

Tak sabar menunggu Elgar turun, Bu Dirga menyuruh ART untuk memangilya. Ini sudah molor dari jam seharusnya mereka berangkat. Yang ada jika Elgar tak segera dipanggil, mereka akan terlambat sampai di sekolah. Sejak semalam, dia begitu rindu pada Saga, rasanya tak sabar ingin bertemu dengan bocah kecil kembaran Elgar itu.

"Mana Elgar?" tanya Bu Dirga yang melihat art kembali seorang diri.

"Beliau bilang masih siap-siap, Nyonya."

Bu Dirga berdecak pelan. Tak mau lebih lama menunggu dan berakhir telat, dia menyusul Elgar kedalam kamarnya. Sesampainya disana, dia geleng geleng melihat Elgar yang masih sibuk teleponan entah dengan siapa.

"El, ayo buruan, kita bisa telat."

"Sebentar ma." Elgar menoleh sekilas pada Mamanya, mengangguk lalu kembali fokus mengobrol ditelepon.

Bu Dirga yang kesal melipat kedua lengannya didada sambil menatap Elgar garang. Ditatap seperti itu, membuat Elgar cepat-cepat menyelesaikan obrolannya lalu memutus sambungan.

Elgar benar benar tak habis pikir, kenapa Mamanya sampai sebegitu semangatnya datang ke sekolah. Demi apa, demi anak yang katanya mirip dengan dirinya, sungguh konyol.

Elgar meletakkan ponsel di atas nakas, merapikan baju serta rambutnya di depan cermin.

"Potong El, udah terlalu panjang itu. Bersihkan juga itu kumis dan jenggot. Mama risih lihatnya. Dulu kamu termasuk orang yang sangat peduli dengan penampilan, tapi sekarang, bercukur saja kamu malas," omel Bu Dirga.

Elgar menghela nafas. Tahu mau diomeli, mending tadi dia tak usah merapikan rambut dulu. Tapi sudahlah, lebih baik diam daripada urusan makin panjang. Sekarang dia memang sangat cuek untuk urusan penampilan.

"Kapan Salsa pulang?" tanya Bu Dirga yang sudah beberapa hari tak melihat batang hidung menantunya.

"Gak tahu, Ma."

"Kamu gak tanya? Dia itu punya suami, jangan biarkan keluyuran terus. Sekali-kali, kamu tegur dia." Lama lama Bu Dirga muak juga dengan kelakuan menantunya yang jarang ada di rumah.

"Udahlah, Ma, pagi-pagi gak usah bahas dia. Bikin El bad mood aja. Katanya udah telat, mending kita segera berangkat."

Bu Dirga menghela nafas lalu mengangnguk. Tapi sesaat sebelum keluar dari kamar, Bu Dirga teringat sesuatu.

"Pak Rendra masuk rumah sakit, El. Kamu sudah tahu?" Semalam dia mendapat kabar ini dari salah satu temannya. Jadi dia pikir, harus memberitahu Elgar karena bagaimanapun, Pak Rendra adalah mertuanya.

"Sudah," jawab Elgar datar.

"Kamu sudah menjenguknya?"

Elgar menggeleng. Kalau ditanya siapa orang yang paling tidak ingin dia lihat di dunia ini, dialah Pak Rendra. Bagaimanapun, pria itulah penyebab utama dia dan Mila berpisah.

Selama 5 tahun terakhir ini, Elgar berusaha mencari tahu tentang bisnis haram Pak Rendra. Tak mudah memang, mengingat pria itu bermain sangat bersih. Koneksi pria itu juga sangat banyak. Bahkan Elgar sampai syok saat mengetahui seberapa besar kerajaan bisnis bawah tanah mertuanya itu. Patutlah almarhum papanya dulu memperingatkannya untuk hati-hati.

Elgar juga menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Ternyata otak utama dibalik penculikan Mila, bukanlah Baskara, dia hanyalan wayang, dan dalangnya adalah Pak Rendra. Ternyata mertuanya itu diam-diam tahu tantang pernikahan rahasianya dengan Mila. Dan keputusannya untuk menceraikan Mila lalu menikahi Salsa, adalah keputusan paling tepat. Karena kalau tidak, nyawa Mila mungkin jadi taruhannya.

Setahun terakhir ini, dia sibuk mencari bukti pergerakan Pak Rendra yang melangar hukum. Dia harus punya senjata agar suatu saat, pria itu tak bisa menekannya seperti yang dulu dia lalukan pada alm. papanya.

"Sudahlah, nanti kita bicarakan di mobil. Kita sudah telat, ayo buruan," ujar Bu Dirga sambil menarik lengan Elgar.

"Mama semangat banget sih, kayak mau ke sekolah cucunya aja," ledek Elgar sambil tertawa ringan.

Sementara di sekolah, Miss Naomi mengumpulkan murid-muridnya untuk berganti kostum. Memberikan wejangan-wejangan serta memompa semangat mereka biar makin kompak saat pertunjukan nanti. Saat nama kelompok mereka dipanggil, mereka langsung naik keatas panggung.

Terdengar suara sahut-sahutan saling menyemangati dari para wali murid. Hampir semua teman Saga, terlihat bahagia sambil melambaikan tangan kearah orang tuanya masing-masing. Sedangkan dia, hanya bisa tertunduk lesu karena tak ada yang menemani ke sekolah.

Saat musik pembuka mulai diputar, semua murid mengambil posisinya masing masing, sedangkan Saga, anak itu masih melamun dan diam ditempat.

"Saga, saga!" panggil Rania lirih. Saga yang melamun, tak mendengar sama sekali panggilan Rania.

Miss Naomi yang berdiri di bawah panggung, langsung naik dan menepuk pelan bahu Saga.

"Miss," gumam Saga. Dia baru sadar jika teman-temanya sudah tak ada disisinya, mengambil posisi ditempat masing-masing.

"Saga kenapa?" lirih Miss Naomi.

"Maaf Miss."

"Bisa melanjutkan pertunjukan?" Miss Naomi sambil tersenyum dan mengusap pelan kepalanya. Kalau memang Saya tak siap, dia tak akan memaksa.

Saga mengangguk pelan. "Iya Miss." Dia segera berjalan ke posisinya dan pertunjukan segera dimulai.

Bu Dirga mengomel saat turun dari mobil. Gara gara Elgar, mereka telat diacara itu. Dari depan gerbang, dia bisa melihat jika pertunjukan sudah dimulai.

Sebagai pemilik yayasan, tentu kedatangannya dan Elgar disambut dengan baik oleh penjaga sekolah beserta para guru.

Dari jauh, Bu Dirga bisa melihat Saga yang berada di atas panggung.

"Lihat El, itu yang namanya Saga. Yang mama bilang mirip kamu." Bu Dirga menunjuk Saga yang ada di atas panggung.

Elgar menyipitkan matanya. Dia tak bisa melihat dengan jelas wajah Saga karena lumayan jauh dan anak itu bergerak kesana kemari bersama teman temannya.

"Mari ikut saya." Miss Tari, mengantarkan Bu Dirga dan Elgar menuju kursi VIP yang terletak dibagian paling depan.

Sebelum duduk, Bu Dirga menyempatkan diri melambaikan tangan kearah Saga. Melihat itu, Saga belas melambai tangan sambil tersenyum. Hatinya membuncah, akhirnya dia bisa melambaikan tangan juga seperti temannya yang lain.

Elgar tertegun melihat anak bernama Saga itu. Sepertinya, mamanya tak sedang halu saking ngebet pengen cucu darinya. Bocah bernama Saga itu memang sangat mirip dengannya. Dan senyuman Saga, senyuman itu mengingatkan Elgar pada Mila.

"Silakan duduk." Elgar tersentak dari lamuannya. Dia mengangguk lalu duduk.

"Sekarang kamu percayakan? Saga itu sangat mirip dengan kamu."

Elgar terus menatap Saga. Seperti ada magnet dalam diri bocah itu yang membuat Elgar ingin terus menatapnya. Mila, kenapa dia teringat Mila saat menatap anak itu.

Sepertinya aku sudah mulai gila. Hanya karena senyumnya mirip Mila, aku seperti melihat Mila pada diri anak itu.

Tiba giliran Saga bermain piano. Dititik ini, Bu Dirga seperti merasakan dejavu. Dia pernah berada disituasi yang sama seperti ini. Ini sama persis seperti Elgar kecilnya yang bermain piano saat TK dulu. Ya, hampir semua keluarga Dirgantara piawai dalam bermain piano. Bu Dirga adalah seorang pemain piano dulunya, oleh karena itu, bakatnya menurun pada anak-anaknya, bahkan pada cucunya, Pink.

"El, mama seperti melihat kamu versi kecil yang saat ini bermain piano." Mata Bu Dirga tak mau sedetikpun lepas dari Saga.

Dalam hati, Elgar membenarkan ucapan mamanya. Selain wajah mereka yang mirip, ternyata keduanya juga sama-sama pandai bermain piano.

Para penonton bertepuk tangan selesai Saga bermain piano. Elgar bahkan sampai memberikan standing ovation.

"Tuh kan, kamu juga suka sama Saga."

Elgar terkesiap mendengar ucapan mamanya. Dia baru sadar jika saat ini tengah bertepuk tangan sambil berdiri. Saga benar benar seperti magnet yang menariknya kuat. Sampai-sampai dia terbius dan tak sadar dengan apa yang barusan dia lakukan.

Selepas pertunjukan, panitia membereskan semua kursi karena halaman akan dipakai untuk bermain games. Para peserta terlihat sibuk bersiap-siap. Hari ini ada tiga games yang akan dipertandingkan.

Teman-teman Saga tanpak sangat bersemangat, berbanding terbalik dengan dia. Saga merasa sangat sedih karena tak bisa ikut. Dengan langkah gontai, dia menjauh dari arena games, duduk di bangku panjang yang ada di sudut halaman. Dia meremat jari jemarinya sambil menatap teman temannya yang sedang tertawa riang bersama ayah mereka. Andai saja dia punya papa, dia pasti bisa ikut bergabung dengan teman temannya sekarang.

Melihat Saga yang duduk menyendiri, Miss Naomi langsung tanggap menghampirinya.

"Saga, kamu datang sama siapa hari ini?" tanya Miss Naomi yang melihat Saga hanya sendirian.

"Sendiri Miss," jawab Saga sambil menunduk.

Miss Naomi menghela nafas lalu mengusap pelan kepala bocah kecil itu. Sebenarnya sejak awal, dia sudah tak setuju dengan adanya acara seperti ini. Kasihan anak yang tak punya orang tua. Sayangnya suara minoritasnya tak didengar karena hampir semua guru dan komite setuju. "Gak usah sedih gitu dong. Meski gak bisa ikut lomba, Saga bisa kok nyemangatin teman-teman. Ayo kesana ikut Miss." Miss Naomi menunjuk dagu kearah lapangan. "Saga jadi panitia saja, bantuin Miss catat nama teman-teman yang menang."

Saga mengangguk. Dia menerima uluran tangan Miss Naomi lalu duduk di pinggir arena bersama guru cantiknya itu.

Dijadikan panitia, tak serta merta membuat Saga senang. Dihati kecilnya, dia tetap ingin bisa ikut games seperti teman temannya yang lain.

"Kenapa gak ikut games?"

Saga menoleh mendengar suara yang berasal dari sebelahnya. Seorang pria berdiri disampingnya dan tersenyum padanya.

"Mau Om temenin?" Tawar Elgar sambil mengulurkan tangannya kearah Saga.

Senyum Saga seketika terbit. Dan lagi-lagi, senyum itu mengingatkan Elgar pada Mila.

"Mau Om." Saga langsung meletakkan telapak tangannya diatas telapak tangan Elgar, menggenggamnya tanpa ragu, lalu berdiri.

"Let's go! Kita menangkan semua games hari ini," ucap Elgar bersemangat. Setelah perpisahannya dengan Mila 7 tahun yang lalu, hari ini, Elgar seperti mendapatkan kembali semangat hidupnya.

"Let's go!" Sahut Saga tak kalah bersemangat.

1
Chita Hasan
luar biasa 🥰🥰🥰
S
Kenapa Saga gak sama Kimmy aja.
S
Buahahaha......Elgar...Elgar....
Henik Irawati
perusahaan SE salsa - elgar pemiliknya
Akmal Azzam
Kecewa
Akmal Azzam
Buruk
tini_evel
itu anakmu elgar
Lilis Yuanita
bagus critanya
Bunga Bunga Liar
Luar biasa
Juliana Pieter
Kecewa
Juliana Pieter
Buruk
Asngadah Baruharjo
Aden nasib nasib🤣🤣🤣🤣
May Keisya
🤣🤣🤣
May Keisya
yg ada kamunya yg kasian Aden 🤣
May Keisya
🤣🤣🤣...si Aden cptan nikah wkwkwk
Asngadah Baruharjo
🤣🤣🤣
Asngadah Baruharjo
berderai air mata ku 😭😭😭😭😭
Julia Juliawati
haha lg nanggung susah nyabutnya.
Julia Juliawati
emg betul bangett
Dewi yulyas
Gak ngaruh..... kl emang udah hamil, pasti positif
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!