NovelToon NovelToon
Rahim Pengganti Untuk Kakakku

Rahim Pengganti Untuk Kakakku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Pengganti / Cinta Paksa / Romansa / Menikah Karena Anak
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: kimmysan_

"Kamu mau kan, San? Tolong, berikan keturunan untuk Niklas. Kami butuh bantuanmu," pesan Elma padaku.

Meski Elma telah merenggut kebahagiaanku, tetapi aku selalu kembali untuk memenuhi keinginannya. Aku hanyalah alat. Aku dimanfaatkan dan hidup sebagai bayang-bayang Elma. Bahkan ketika ini tentang pria yang sangat dicintainya; pernikahan dan keturunan yang tidak akan pernah mereka miliki. Sebab Elma gagal, sebab Elma dibenci keluarga Niklas—sang suami.

Aku mungkin memenangkan perhatian keluarga Niklas, tetapi tidak dengan hati lelaki itu.

"Setelah anak itu lahir, mari kita bercerai," ujar Niklas di malam kematian Elma.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimmysan_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bicarakan Perpisahan

Aku tidak mau hanya berdiam diri di rumah, meski perutku masih terasa tidak nyaman. Kalau aku di rumah terus, yang ada aku bisa memikirkan Niklas dan Bianca. Jadi, hari ini aku memilih ke sekolah untuk menyibukkan diri. Melawan rasa pusing dan mual yang mendera.

Kejadian beberapa saat lalu di rumah Niklas membuatku sedikit kesal. Ya, kesal pada Bianca yang tak punya sopan-santun.

"Bunda ...." Tiba-tiba Aurora mendekatiku saat kelas sudah selesai. Anak-anak sudah siap pulang karena dijemput para orang tua atau sopir mereka.

"Kenapa, Sayang?"

"Bunda kenapa nggak pernah masuk sekolah? Aku kangen Bunda, lho. Pasti karena Bunda sudah menikah, ya? Jadi harus sama Om yang itu terus," katanya seraya mencebikkan bibir.

Aku terkekeh sejenak. "Namanya Om Niklas, Sayang."

"Iya, siapa pun itu. Bunda udah nggak mau bertemu aku dan Om Ervin, ya?"

"Lho, kok begitu ngomongnya? Kalau di sekolah kan kita bisa ketemu, Sayang. Hari ini dijemput Om Ervin, ya? Nanti kita ngobrol bareng."

Aurora malah mendekat dan memelukku. Dari sekian banyak anak di kelas ini, dialah yang paling mudah akrab dengan siapa pun. Dia bertingkah seperti ini bukan hanya padaku, tetapi hampir semua guru. Anak ini terlalu mudah mendekatkan diri dengan orang lain.

Dia terkenal ceria, pandai bergaul, cerdas, dan banyak bicara sehingga teman-temannya mudah akrab dengan Aurora. Tak ada malu-malu sedikit pun jika diminta ke depan kelas. Untuk itulah kadang aku gemas sendiri karenanya.

"Bunda nanti punya bayi, kan? Terus nggak mau ketemu aku lagi. Pasti bakal sibuk sama adik bayi," katanya. Tuh kan! Dia asal bunyi sekali. Dia berkata seakan tahu aku sedang hamil.

"Nggak, dong. Bunda akan tetap ingat Rora, Bintang, Chika, Tedi, dan anak-anak lain."

"Benar ya, Bunda?"

Aku mengangguk sesaat. "Lagi pula, nanti Rora dan teman-teman yang lain akan lulus dari sini. Terus masuk SD, SMP, SMA, lalu berkuliah. Bunda malah takut Rora akan lupain Bunda."

"Nggak dong, Bunda. Aku kan sayang Bunda Tsania. Kayak Om Ervin yang sayang Bunda," katanya.

Hatiku sedikit nyeri saat dia membawa nama Ervin. Kegagalan kami membina rumah tangga karena ulahku, kini menjadi rasa bersalah yang sulit menghilang.

Pintu kelas diketuk oleh seseorang. Aku dan Aurora kompak menoleh dan menemukan Ervin berdiri di ambang pintu. Kemeja putih berpotongan rapi dan licin terlihat menambah ketampanannya.

Astaga, ya ampun! Kenapa aku memikirkan hal itu?

"Om Ervin!" seru Aurora seraya berlari dan memeluk kaki omnya. "Lama banget."

"Ya maaf, Tuan Putri. Macet tau."

"Uh! Selalu aja kayak gitu alasannya," protes Aurora.

Sang paman terkekeh gemas sambil mengacak puncak kepala Aurora dengan lembut. Aku sejak tadi mengamati interaksi mereka, pun memutuskan untuk mendekat. Meski aku merasa canggung setelah semua hal yang terjadi dan membuat Ervin kecewa.

"Apa kabar, San?" tanya Ervin menyapa dengan ramah seperti biasa.

Aku mengangguk sesaat. "Baik. Kamu gimana? Pekerjaan lancar?"

"Ya, alhamdulillah."

Setelahnya kami benar-benar tak punya topik pembicaraan apa pun. Astaga! Situasi ini terasa makin awkward. Aku dan Ervin hanya bisa saling bertukar senyuman kaku.

"Om, aku duluan ke depan!" seru Aurora memecah kecanggungan kami. Anak itu sudah berlari menjauh menuju lorong halaman depan.

Setelah Aurora pergi, Ervin menatapku lagi. Dia terlihat sangsi, mungkin ingin mengatakan sesuatu. Namun, aku tak tahu apa.

"Ayo, ke depan." Aku mengajaknya segera menjauh dari kelas.

"Em, San, kamu yakin baik-baik aja? Kamu kelihatan pucat." Ervin menoleh singkat padaku saat kami berjalan bersisian. "Aku dengar beberapa hari ini kamu nggak masuk sekolah. Rora jadi sedih memikirkan kamu. Kamu sakit, ya?"

"Cuma nggak enak badan." Aku belum siap mengatakan pads Ervin kalau aku tengah hamil. Itu hanya akan membuatnya kian terluka. "Eh, Vin, ayo! Aurora udah nungguin kamu."

Segera aku mengakhiri pembicaraan, takut Ervin mengorek lebih jauh. Aku juga takut menatap Ervin lebih lama atau pertahananku akan runtuh begitu saja.

——oOo——

Malam ini Niklas tidak pulang lebih lambat. Dia bahkan duduk denganku di ruang makan, menikmati makan malam dalam kebisuan yang canggung. Hanya suara ribut piring dan sendok yang beradu. Sesekali aku mencuri pandang padanya. Tumben dia tak membawa sekretarisnya itu.

"Apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya Niklas mendadak saja.

Aku merasa tengah dipergoki. "Ya, ada."

"Katakan sekarang," titah Niklas. Tak melanjutkan makanannya lagi. Dia meneguk segelas air, lalu bersandar ke sandaran kursi. Kedua matanya fokus padaku.

"Aku kan sudah hamil. Seperti yang kamu katakan waktu itu, kita bisa bicarakan perpisahan."

Kalimatku membuat Niklas terdiam. Tanpa permisi mendorong kursi ke belakang hingga berdecit berisik. Dia bangkit dari tempat.

"Lain kali saja. Aku lagi nggak ingin bahas itu. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan," katanya. Kentara sekali dia sedang menghindar.

"Padahal kita membahasnya sekarang."

"Lain kali, Tsania." Niklas menoleh lagi ke arahku. "Suka atau nggak, yang jelas aku ingin kita bersikap seperti suami-istri pada umumnya."

"Kamu memang seenaknya."

Hah! Lagi-lagi begini. Tadinya aku diam saja, tak berkomentar atas kehadiran Niklas di rumah saat jam segini. Semata untuk menghindar dari perdebatan. Namun, akulah yanh memulai mengajak ribut.

"Beberapa waktu lalu, kamu seakan mendorongku untuk nggak bertahan di sisi kamu, Niklas. Aku tau kamu nggak menginginkan aku, hanya butuh rahimku saja. Untuk itulah kamu ingin berpisah. Tapi, lihat sekarang ... kamu malah menahanku di sini. Padahal aku ingin mewujudkan keinginan kamu untuk berpisah setelah aku positif hamil," Aku melanjutkan.

"Kalau ini menyangkut tujuan pernikahan kita, ikuti saja, Tsania!" sergah Niklas.

"Oke!" Aku tak mau kalah. "Kalau kamu ingin kita bersikap seperti suami-istri yang saling mencintai, aku akan melakukannya. Tapi, aku nggak peduli kamu mau menjalin hubungan dengan siapa pun. Sekalipun itu Bianca. Satu hal yang aku inginkan, berhenti membawanya ke sini."

Niklas terdiam selama beberapa saat. Mungkinkah dia akan memprotes? Tak terima dengan syarat dariku?

"Aku sedang hamil dan aku nggak mau terganggu karena kedatangannya. Kamu bebas menemui dia di luar sana, asalkan jangan di rumah ini," ucapku.

Niklas menghela napas. "Tsania, kamu bisa usir dia kalau dia datang ke sini saat aku nggak ada."

Tanpa mau menjawab Niklas, aku berbalik dan melangkah ke lantai dua. Dia tak perlu mengatakan hal itu, memang sudah kulakukan. Tak akan aku biarkan Bianca merusak ketenanganku saat sedang hamil begini.

1
Rahayu Kusuma dewi
dingin " nanti cinta loh/Drool/
Bunga🌞
Luar biasa
Nur Zia Aini
munafik bngt klo mau pisah ya pisah ribet,, udh tau dya cuek gtu
Nur Zia Aini
hrs nya ayah Irfan cerita sm Niklas klk tsania trpaksa biar gk jd slh phm niklasnya tsania jg gk di bnci trus2an,, ngapain pke mnta ijin ke tsania ngomong sm Niklas,, udh tau tsania trsiksa oon bngt jd ayah jg walaupun bkn ayh kndung
kimmy-san: wkwk sabar, nanti jg ngomong😂
total 1 replies
Surinten wardana
Ceritanya bagus penulisan katanya juga semangat thor
kimmy-san: terima kasih🤗
total 1 replies
Surinten wardana
Semangat thor
GRL VJAESUKE
lanjutt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!