NovelToon NovelToon
Gelapnya Jakarta

Gelapnya Jakarta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Sistem / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Preman
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Raka, seorang pemuda 24 tahun dari kota kecil di Sumatera, datang ke Jakarta dengan satu tujuan, mengubah nasib keluarganya yang terlilit utang. Dengan bekal ijazah SMA dan mimpi besar, ia yakin Jakarta adalah jawabannya. Namun, Jakarta bukan hanya kota penuh peluang, tapi juga ladang jebakan yang bisa menghancurkan siapa saja yang lengah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Perang Bayangan

Malam itu terasa seperti kemenangan kecil, tetapi di balik kemenangan itu, ada bayangan ancaman yang lebih besar. Di persembunyiannya yang sempit, Nadia sibuk membalut luka Raka dengan perban seadanya. Wajahnya yang tegas menyiratkan kecemasan, tetapi ia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Raka, meskipun terluka, tetap menunjukkan ketenangan. Ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari pertempuran yang panjang. Viktor masih hidup, dan kekuasaannya tetap kokoh.

"Kita tidak bisa terus seperti ini," kata Nadia akhirnya, memecah keheningan. "Viktor tahu kita ada di luar sana. Dia akan menggunakan segala cara untuk memburu kita."

"Aku tahu," jawab Raka, menatap matanya. "Tapi kita juga tahu lebih banyak tentang dia sekarang. Dia sudah membuat kesalahan. Fasilitas itu adalah kunci."

Nadia mengangguk, meskipun ragu. "Tapi fasilitas itu sudah hancur sebagian. Apa yang bisa kita gunakan dari sana?"

Raka berpikir sejenak, lalu berkata, "Bukan fasilitasnya yang penting, tetapi jaringan orang-orang yang terlibat. Viktor tidak bekerja sendirian. Ada pengiriman besar yang ia sebutkan. Jika kita bisa melacak itu, kita mungkin bisa menemukan celah."

Nadia terdiam, mempertimbangkan kata-katanya. Ia tahu Raka benar, tetapi risiko yang mereka hadapi jauh lebih besar dari sebelumnya.

Di sisi lain kota, Viktor duduk di ruangan gelapnya, wajahnya terlihat gelap oleh cahaya layar monitor. Ia menatap rekaman terakhir dari fasilitas yang baru saja meledak.

"Raka dan Nadia," gumamnya sambil mengepalkan tangan. "Kalian benar-benar berani."

Di depannya, salah satu anak buahnya berdiri dengan wajah tegang.

"Apa perintah Anda, Pak?" tanyanya.

Viktor tersenyum dingin. "Sebarkan informasi bahwa mereka buronan besar. Pastikan setiap mata di kota ini mencari mereka. Dan mulai persiapkan operasi berikutnya. Tidak ada waktu untuk menunggu."

Kembali ke persembunyian mereka, Raka dan Nadia mulai menyusun rencana. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa hanya bertahan. Untuk menghancurkan Viktor, mereka harus menyerang.

"Langkah pertama kita adalah menemukan orang dalam," kata Raka. "Seseorang di jaringan Viktor yang cukup frustrasi untuk membantu kita."

"Itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan," jawab Nadia sambil menghela napas. "Siapa yang mau berkhianat pada seseorang seperti Viktor?"

"Setiap orang punya kelemahan," jawab Raka tegas. "Kita hanya perlu menemukannya."

Beberapa hari kemudian, mereka memulai misi mereka di kawasan kumuh Jakarta, tempat Viktor merekrut sebagian besar anak buahnya. Dalam penyamarannya, Nadia menyamar sebagai seorang wanita biasa yang mencari pekerjaan, sementara Raka mengamati dari kejauhan.

Dari percakapan yang mereka dengar, mereka mengetahui tentang seorang pria bernama Surya, mantan anak buah Viktor yang dipecat beberapa bulan lalu. Surya dikenal sebagai pria keras kepala yang sering menentang perintah Viktor, tetapi ia juga tahu banyak tentang operasi bawah tanah jaringan itu.

Raka dan Nadia melacak Surya ke sebuah bar kecil di pinggiran kota. Bar itu gelap dan penuh asap rokok, dengan suara musik keras dan tawa kasar pengunjungnya. Surya duduk di sudut, minum sendirian dengan wajah muram.

Nadia mendekatinya lebih dulu, berpura-pura menjadi salah satu dari banyak orang yang mencari perlindungan di dunia bawah tanah.

"Aku dengar kau punya informasi tentang Viktor," bisik Nadia sambil duduk di sebelahnya.

Surya menatapnya dengan mata curiga. "Siapa kau? Dan kenapa aku harus peduli?"

"Aku ingin menjatuhkannya," jawab Nadia tanpa basa-basi. "Dan aku tahu kau juga ingin itu."

Surya tertawa sinis. "Kau gila, ya? Viktor bukan orang yang bisa kau lawan begitu saja. Kalau kau pintar, kau akan pergi sejauh mungkin dari sini."

Raka mendekat, bergabung dengan mereka di meja. "Mungkin. Tapi kau tetap di sini. Jadi aku rasa kau punya alasan untuk tidak pergi."

Surya menatap Raka dengan tajam, lalu menghela napas. "Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi. Viktor punya mata di mana-mana. Jika kalian berpikir bisa mengalahkannya, kalian salah."

"Kami tidak datang untuk mendengar alasan," kata Raka dingin. "Kami datang untuk meminta bantuanmu."

Surya terdiam, lalu mengambil gelasnya dan meneguk habis isinya. "Kalian gila. Tapi aku suka orang gila. Kalau begitu, katakan rencana kalian."

Nadia dan Raka saling berpandangan. Ini adalah awal dari sesuatu yang besar—dan berbahaya.

Malam itu, mereka mendiskusikan langkah berikutnya dengan Surya. Meski awalnya enggan, pria itu akhirnya setuju untuk membantu mereka, asalkan ia dijanjikan perlindungan ketika semuanya selesai.

Di tempat lain, Viktor mendapatkan laporan bahwa seseorang sedang mengorek informasi tentang Surya.

"Sangat menarik," kata Viktor sambil tersenyum dingin. "Jika mereka ingin bermain api, maka mari kita beri mereka bahan bakar."

Surya menatap Raka dan Nadia dengan sorot mata yang penuh konflik. Ia tahu bahwa keputusan ini bukan hanya soal membantu dua orang asing, tetapi juga mempertaruhkan hidupnya sendiri. Dunia Viktor adalah dunia yang tidak mengenal ampun—siapa pun yang mencoba melawan akan dihancurkan tanpa belas kasihan.

Namun, di balik semua ketakutan itu, ada sesuatu yang menggeliat dalam hati Surya: keinginan untuk membalas dendam. Viktor telah menghancurkan hidupnya, mencampakkannya begitu saja setelah ia dianggap tidak berguna. Jika ini adalah kesempatan untuk membalikkan keadaan, Surya tidak ingin melewatkannya.

"Baiklah," katanya akhirnya, menatap Raka dengan tegas. "Aku akan membantu kalian. Tapi kita harus hati-hati. Viktor bukan orang biasa. Dia punya koneksi yang dalam, dan dia tidak akan segan-segan membunuh siapa pun yang mengancamnya."

Nadia mengangguk, lega mendengar persetujuan Surya. "Kami tahu risikonya. Kami sudah hidup dengan ancaman itu sejak hari pertama kami memutuskan untuk melawan."

Surya mengangkat gelas kosongnya, seperti ingin mengakhiri percakapan dengan simbol sederhana. "Kalau begitu, kita mulai besok. Aku punya beberapa kontak yang mungkin bisa memberikan kita petunjuk soal pengiriman besar Viktor. Tapi dengar baik-baik, jika kita gagal, tidak ada jalan keluar lagi. Viktor akan memburu kita sampai ke ujung dunia."

Raka tersenyum tipis, menunjukkan keteguhan hatinya. "Kalau begitu, pastikan kita tidak gagal."

Malam itu, mereka meninggalkan bar dengan langkah hati-hati, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Jalanan Jakarta yang gelap dan berliku-liku menjadi saksi awal aliansi baru ini. Mereka tahu bahwa langkah berikutnya akan menentukan segalanya.

Namun, jauh di tempat lain, Viktor duduk di kantornya yang mewah, dengan segelas anggur merah di tangannya. Layar di depannya menampilkan rekaman CCTV dari bar tempat Surya, Raka, dan Nadia bertemu.

"Jadi, mereka merekrut Surya," gumam Viktor sambil memutar gelasnya perlahan. "Langkah yang menarik, tapi juga bodoh."

Di sebelahnya, seorang pria berpakaian rapi berdiri dengan sikap waspada. "Apa yang harus kita lakukan, Pak?" tanyanya.

Viktor tersenyum dingin, matanya menyiratkan rencana yang lebih besar. "Biarkan mereka berpikir bahwa mereka memiliki keuntungan. Aku ingin tahu sejauh mana mereka akan melangkah. Tapi pastikan setiap langkah mereka diawasi. Ketika waktunya tepat, kita akan menghancurkan mereka—sekali untuk selamanya."

Pria itu mengangguk dan segera meninggalkan ruangan, meninggalkan Viktor sendirian. Di balik senyum dinginnya, Viktor tahu bahwa ia sedang menghadapi musuh yang tidak bisa diremehkan. Tetapi dalam pikirannya, ia masih yakin bahwa kekuasaannya tidak tergoyahkan.

Di luar, Jakarta terus bergemuruh dengan kehidupan malamnya yang tak pernah berhenti. Dari lorong-lorong gelap hingga gedung-gedung tinggi yang menjulang, kota ini menyembunyikan lebih banyak rahasia daripada yang bisa dibayangkan siapa pun.

Di tempat persembunyian mereka, Raka dan Nadia duduk bersama Surya, memetakan langkah mereka berikutnya. Nadia menatap peta yang terbentang di meja kecil, jarinya menunjuk ke sebuah lokasi yang ditandai dengan tinta merah.

"Ini dia," katanya pelan. "Tempat pengiriman berikutnya. Jika kita bisa mengintervensi di sini, kita mungkin bisa menemukan bukti yang cukup untuk menjatuhkan Viktor."

Surya mengerutkan dahi. "Tempat itu dijaga ketat. Kita tidak bisa masuk begitu saja."

"Kita tidak akan masuk begitu saja," sahut Raka, matanya bersinar dengan determinasi. "Kita akan membuat rencana. Tidak ada ruang untuk kesalahan."

Malam semakin larut, tetapi tidak ada yang merasa lelah. Di tengah gelapnya malam Jakarta, tiga jiwa yang pernah hancur kini menemukan harapan baru dalam satu tujuan bersama: melawan Viktor dan membebaskan diri mereka dari belenggu dunia gelap ini.

Namun, tanpa mereka sadari, Viktor sudah menempatkan mata-matanya di sekitar mereka. Setiap langkah yang mereka ambil, setiap rencana yang mereka buat, semua itu sudah berada dalam jangkauan Viktor.

Bab ini ditutup dengan gambaran kontras: di satu sisi, Raka, Nadia, dan Surya yang penuh tekad untuk melawan; di sisi lain, Viktor yang tenang tetapi mematikan, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.

Pertempuran besar semakin mendekat, dan Jakarta akan menjadi panggung dari perang yang akan menentukan segalanya. Di balik gemerlap kota ini, kebenaran dan kebohongan terus bertarung, membawa setiap orang yang terlibat lebih dalam ke dalam jurang yang tidak bisa mereka hindari.

1
Aditya Ramdhan22
wow mantap suhu,lanjutkan huu thor
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: siap abngku
total 2 replies
Putri Yais
Ceritanya ringan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: Terima kasih kak
total 2 replies
Aditya Warman
berbelit belit ceritanya
Aditya Warman
Tolong dong tor,jangan mengulang ngulang kalimat yg itu² aja ..boring bacanya...jakarta memang keras...jakarta memang keras...
Heulwen
Dapat pelajaran berharga. 🧐
Uchiha Itachi
Bikin saya penasaran terus
Zuzaki Noroga
Jadi nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!