sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 5
Setelah itu, tak ada lagi kabar dari Reno. Keira merasakan ketidakpastian itu menjalari setiap sudut pikirannya. Hari sudah larut, dan ia masih duduk di ruangannya, dikelilingi tumpukan pekerjaan yang belum selesai. Keletihan membebani matanya, namun benaknya terus melayang pada perasaan gelisah.
“Reno, kamu kemana sih?” pikirnya. ia teringat bahwa tadi pagi reno bilang akan pergi bersama teman temannya, dan Keira mulai merasakan ketidak nyamanan yang mendalam. Ia mencoba menetralkan pikirannya, berusaha meyakinkan diri bahwa semua baik-baik saja. Namun, detak jantungnya semakin cepat saat ia melihat jam di dinding. Sudah lewat tengah malam, dan Reno belum juga memberi kabar.
Dengan ragu, ia meraih ponsel dan mencoba menelponnya. Beberapa kali panggilan itu berdering, tetapi tidak ada jawaban. Kekhawatiran mulai merayap ke dalam hatinya. "Kenapa dia gak ngangkat sih?" desisnya pelan. Keira mencoba meyakinkan diri, tetapi rasa cemas yang menggelayut di hatinya semakin mendalam.
"Ya Tuhan, semoga dia baik-baik saja," gumamnya sebelum menekan tombol telepon sekali lagi. Panggilan itu berdering, dan saat Keira berharap untuk mendengar suara Reno, suara yang di balik sana justru membuatnya terperangah.
"Emm.. Kenapa, Ra?" tanya Reno, tetapi suara di sekelilingnya terdengar bising.
Keira merasakan perutnya bergetar ketika ia mendengar tawa dan desahan wanita di latar belakang. Jantungnya serasa terhenti. "Reno, kamu di mana?" tanyanya, suaranya bergetar antara marah dan bingung.
"Aku... aku lagi sama teman-teman. Kenapa?" jawab Reno, terdengar santai dan tidak peduli.
Suara tawa itu semakin jelas, dan Keira merasa hatinya seolah diremas. “Teman-teman? Dengan siapa saja? Dan suara itu siapa?” Ia bertanya, berusaha menyembunyikan rasa sakit di suaranya.
“Udahlah, Ra. Santai saja. Kita cuma bersenang-senang,” jawab Reno dengan nada yang tidak serius. “Nggak usah curigaan gitu. Aku kan nggak kemana-mana.”
Kepala Keira berputar. Kenyataan pahit mulai mencuat. “Kamu gak pernah bisa jujur, kan?” ujarnya, suaranya bergetar. “Kamu janji gak akan bersikap seperti ini lagi!”
“Ah, sudah-sudah! Kamu terlalu berlebihan. Lagian, kamu kan sudah kerja keras. Kenapa nggak santai sedikit?” Reno mengabaikan perasaannya, membuat Keira semakin marah. “Malah bikin stres sendiri.”
Keira menutup mata sejenak, berusaha menahan air mata yang sudah menggenang. "Reno, ini bukan soal stres atau nggak. Ini tentang kepercayaan. Aku gak bisa terus-menerus di sini, menunggu kamu yang tidak jelas," ujarnya tegas, mencoba mempertahankan keberaniannya meskipun hatinya merasa hancur.
“Tapi aku kan... ah,” suara Reno terhenti. Keira bisa mendengar ketidakpastian dalam suaranya. “Aku nggak mau ribut sama kamu. Cuma ini bukan waktu yang tepat.”
“Waktu yang tepat untuk apa?” tanya Keira, air matanya kini tidak bisa ditahan lagi. “Untuk mengkhianati aku? Untuk membuatku merasa tidak berharga?”
“Ra, please. Ini bukan saatnya! Aku... ahh,” suara Reno semakin tidak jelas, dan Keira tahu ia tidak ingin mendengar lebih jauh.
“Jangan, Reno. Cukup! Aku tidak mau mendengarnya lagi,” tegasnya sebelum menutup telepon. Napasnya terasa sesak, dan ia merasa seolah dunia runtuh di sekelilingnya.
Keira meletakkan ponselnya di atas meja dengan tangan bergetar. Ia bisa merasakan kesedihan dan kemarahan bercampur menjadi satu, merusak semua pertahanan yang telah ia bangun. Selama ini, ia berjuang untuk menahan semua ini sendirian, berharap Reno akan berubah, tetapi kenyataan berkata lain.
“Kenapa aku terus berharap?” Keira bergumam sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ketika air matanya mengalir, rasa sakit itu seolah menghimpit seluruh tubuhnya. Dalam hatinya, ia tahu sudah saatnya untuk mengambil keputusan, tetapi kenyataan itu terasa begitu sulit.
Setelah beberapa menit terdiam, Keira berusaha bangkit. Ia tidak ingin terpuruk lebih lama lagi. Ia harus melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri.
“Keira, bangkitlah,” bisiknya pada diri sendiri. “Kamu kuat. Kamu layak mendapat lebih baik dari ini.”
Ia menghapus air matanya, berdiri, dan bertekad untuk tidak membiarkan Reno mengendalikan hidupnya lebih lama. Pekerjaan mungkin bisa menjadi pelarian, tetapi ia tahu, kali ini ia harus lebih berani. Keira mulai mengatur pikirannya dan kembali fokus pada apa yang harus dilakukan.
Dengan keyakinan baru, ia memutuskan untuk menjadwalkan pertemuan dengan timnya. Hari ini, ia akan menunjukkan bahwa meskipun hatinya terluka, ia masih bisa berdiri teguh. Dia akan menghadapi tantangan dalam pekerjaannya dan mulai merencanakan langkah-langkah untuk masa depannya.
Selama perjalanan menuju ruang rapat, Keira berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi membiarkan hubungan yang tidak sehat ini menghalangi impiannya. “Aku harus pergi. Ini sudah cukup,” tegasnya dalam hati.
Mungkin kali ini, dia akan menemukan kekuatan yang selama ini dia cari.
hampir mirip dengan hidupku
Semangat terus Authot
Jangan lupa mampit ya 💜