Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - Datang Ke Rumah Orang Tua
Makan malam dilalui dengan kesunyian. Hanya suara denting sendok dan piring yang sesekali terdengar pelan saling beradu. Bi Senah termenung duduk di kursi di hadapan Zafira menunggu gadis itu menyelesaikan makan malamnya.
Sejujurnya Zafira sama sekali tidak memiliki nafsu makan. Hanya demi menjaga jangan sampai jatuh sakit, dia memaksakan beberapa sendok nasi masuk ke perutnya, setengah mangkuk sayuran serta 1 iris daging.
Bi Senah yang duduk berhadapan dengan Zafira hanya mampu berdiam diri memperhatikan majikannya dengan perasaan cemas yang tampak belum dapat menyingkirkan kesedihannya. Bi Senah tahu, kondisi Zafira benar-benar tidak baik saat ini. Dia makan hanya sekedar makan untuk bertahan agar tubuhnya tidak jatuh sakit. Karena itu-lah dia memilih diam dan hanya menemani dengan setia gadis yang saat ini berubah seperti gadis bisu.
Zafira telah kembali ke kamar setelah menghabiskan setengah gelas susu sebagai penutup makan malam dan sama sekali tidak menyentuh buah-buahan yang telah disiapkan bi Senah.
Malam ini adalah malam pertama tanpa Fariz di rumah ini. Hingga pukul dua belas malam dia masih setia menunggu Fariz pulang ke rumah tetapi penantiannya terasa sia-sia karena tidak ada tanda-tanda Fariz akan kembali.
Berkali-kali dia masih berusaha menghubungi ponsel Fariz tetapi tetap gagal. Berkali-kali pula matanya terus menatap pintu berharap Fariz muncul di sana tetapi hasilnya pun sia-sia.
Pada akhirnya gadis itu tanpa sadar telah tertidur di atas sofa dengan memeluk selimut yang biasa dipakai Fariz. Entah pukul berapa dia memejamkan mata, yang jelas muka serta matanya tidak dapat menipu bagi siapapun yang melihatnya, terlihat sangat letih menandakan kalau dirinya kurang tidur dan banyak menangis.
Di bawah alam sadar, air bening menetes di sudut mata Zafira. Entah masih dalam keadaan belum tertidur pulas atau mungkin juga tengah mengigau, dia merasa memeluk Fariz seperti beberapa malam lalu yang pernah mereka lewati di kamar ini. Terdengar lirih suara Zafira menangis kecil seolah merasakan antara bahagia dan sedih, menikmati hangatnya pelukan Fariz yang kini tengah memeluknya erat. Ada cinta, ada penyesalan, ada sedih, ada kecewa, ada luka dibawa gadis itu ke alam tidur
***
Keesokan hari.
Zafira memutuskan mulai melakukan pencarian. Dia berfikir sang suami pasti akan datang ke rumah orang tuanya atau ke rumah orang tua Fariz. Setelah mengisi perut dengan sarapan setengah piring nasi goreng serta satu gelas susu hangat, tanpa menunggu lama gadis itu segera menjalankan mobil keluar dari rumah mewah itu.
Selama di perjalanan Zafira berfikir keras tentang keberadaan Fariz. Apa mungkin Fariz datang ke rumahnya dan menceritakan peristiwa yang sedang terjadi di rumah tangga mereka minimal kepada Zafran sebagai sahabatnya. Jika itu memang benar, artinya dia akan dengan mudah menemukan suaminya di rumah orang tuanya.
Zafira menancap gas menambah kecepatan kendaraan. Tidak sabar ingin segera sampai di rumah untuk memastikan apakah Fariz benar ada di sana atau hanya harapannya belaka.
Setibanya di rumah orang tuanya, Zafira langsung masuk ke rumah tanpa mengucapkan salam seperti yang biasa dilakukannya. Hanya suara teriakannya yang memecah ketenangan di dalam rumah besar tersebut.
"Fariiiiz," teriak Zafira berlari memasuki ruang tamu lalu tanpa menghiraukan sekitar dia berlari ke seluruh penjuru lantai satu.
Dia berlari mencari Fariz ke setiap sudut ruangan tetapi tidak menemukan sosok yang dicarinya. Tidak lupa dia pergi ke dapur tetapi hanya menemukan asisten rumah tangga yang sedang sibuk melakukan aktivitasnya membersihkan peralatan makan sambil melihat heran tatkala Zafira berlari tanpa memberi salam seperti yang selalu dilakukannya.
"Fariiiiz, kamu dimana??," Zafira terus meneriakkan nama Fariz di sela-sela kecemasannya yang tidak dapat hilang sejak kejadian kemarin.
Dia kembali mengayunkan langkah kaki berlari tanpa menoleh kepada siapa pun yang ada di dalam rumah. Dia seolah tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya. Yang ada di fikirannya saat ini hanyalah menemukan Fariz dan ingin sekali memeluknya.
Dengan lari tergesa-gesa gadis itu menaiki tangga menuju lantai dua. Menyusuri setiap lorong lantai dua bahkan kamar serta kamar mandi. Berharap Fariz ada di salah satu ruangan. Tetapi hingga di langkah terakhir, dia tidak menemukan suaminya.
Wajahnya semakin bermuram durja. Tetesan air mulai meluncur dari kedua sudut mata. Belum lagi akibat berlari dari pekarangan rumah yang luas membuatnya dahinya dipenuhi keringat. Keadaan gadis itu benar-benar berantakan saat ini.
Dengan langkah gontai serta muka tertunduk, dia berjalan kembali menuruni anak tangga. Sedikit tertatih seakan kehilangan semua harapan dan tenaga.
Tanpa dia sadari tampak di bawah telah berdiri mama Laras, papa Arga, Zafran serta sang Oma berdiri di dekat tangga. Menatap Zafira dengan penuh kebingungan serta tanda tanya.
Semua keluarga pun menjadi resah menyaksikan kedatangan Zafira yang tiba-tiba meneriakkan nama Fariz dan mencari suaminya di setiap ruangan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi dalam rumah tangga Zafira yang baru berjalan belum genap setengah bulan tetapi sudah menunjukkan sesuatu yang besar telah terjadi.
Ke empat orang yang berdiri di dekat tangga menunggu was-was berita apa yang akan disampaikan Zafira sambil memperhatikan penampilan Zafira yang tampak semberawut dengan mata sembabnya karena dari kemarin hingga semalam terus menangis.
Mereka yakin sepertinya Zafira membawa berita besar yang pasti mengejutkan bagi setiap telinga keluarga yang mendengarnya. Terlebih mama Laras selaku sang Ibu, dia sangat menghawatirkan keadaan sang putri yang datang ke rumah dengan kondisi yang tampak memprihatinkan.
Tiba di anak tangga terakhir, Zafira langsung berlari menghampiri mama Laras lalu ambruk di pelukan wanita yang sangat menyayanginya.
"Mama..." Zafira seketika menumpahkan tangisan di dalam dada sang mama. Dadanya turun naik melupakan segala kesedihan yang kini sudah tidak terbendung karena dirinya tidak mendapati Fariz di rumahnya. Dia tidak tahu Fariz pergi kemana, otaknya benar-benar tidak dapat berfikir jernih saat ini.
Untuk beberapa menit mama Laras tak mampu berkata-kata. Dia masih dalam situasi terkejut. Hanya tangannya terulur membelai rambut putri cantiknya. Oma, papa Arga serta Zafran yang melihat itu pun spontan membulatkan mata. Tercengang melihat keadaan Zafira yang tampak begitu down.
Ke-empat orang terdekat Zafira masih menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada gadis kesayangan di rumah ini. Sebelumnya Zafira tidak pernah sekacau ini. Saat pernikahannya batal pun, Zafira tidak menunjukkan kondisi sesedih ini. Keadaannya saat itu hanya dipenuhi amarah dan kebencian terhadap Ronald. Sungguh berbeda dengan hari ini, kesedihan begitu tercetak di wajah gadis itu.
...*****...